Kamis, 23 Januari 2014

KUTU KUTU TANAMAN

KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn.)

Kutu kebul (bemisia tabaci) atau dipanggil juga kutu putih, secara internasional dikenal dengan silverleaf whitefly, merupakan salah satu dari lalat putih yang saat ini termasuk hama penting pertanian budidaya.


Ordo : Hemiptera;
 Famili : Aleyrodidae;
Genus : Bemisia;
Species : tabaci.
Mound dan Halsey (1978) melaporkan, bahwa Genus Bemisia mempunyai 37 spesies yang diduga berasal dari Asia.


Morfologi & Siklus Hidup
Morfologi /Bioekologi
Telur berbentuk lonjong agak lengkung seperti pisang, berwarna kuning terang, berukuran panjang antara 0,2 - 0,3 mm. Telur biasanya diletakkan di permukaan bawah daun, pada daun teratas (pucuk). Serangga betina lebih menyukai daun yang telah terinfeksi virus mosaik kuning sebagai tempat untuk meletakkan telurnya daripada daun sehat. Rata-rata banyaknya telur yang diletakkan pada daun yang terserang virus adalah 77 butir, sedangkan pada daun sehat hanya 14 butir. Uniknya, kutu kebul betina adalah diploid dan muncul dari telur yang dibuahi sedangkan lalat putih jantan adalah haploid dan muncul dari telur yang tidak dibuahi. Telur diletakkan berkelompok. Telur awalnya berwarna keputihan dan berubah menjadi coklat sampai menetas dalam waktu 5 sampai 7 hari.

Nimfa terdiri atas tiga instar. Instar ke - 1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Nimfa instar ke - 2 dan ke - 3 tidak bertungkai, dan selama masa pertumbuhannya hanya melekat pada daun. Stadium nimfa rata-rata 9,2 hari.
 
Penampakan pupa yang diperbesar (tahap keempat larva)
Gambar. tahap keempat larva

Imago atau serangga dewasa tubuhnya berukuran kecil antara (1 - 1,5 mm), berwarna putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Serangga dewasa biasanya berkelompok pada bagian permukaan bawah daun, dan bila tanaman tersentuh biasanya akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih. 
 
Lama siklus hidup (telur - nimfa - imago) pada tanaman sehat rata-rata 24,7 hari, sedangkan pada tanaman terinfeksi virus mosaik kuning hanya 21,7 hari.


 Habitat
Kutu kebul tumbuh subur di seluruh dunia terutama di kawasan iklim subtropis dan tropis, seperti Indonesia. Sedangkan populasi di kawasan iklim sedang tidak terlalu besar. Lingkungan dengan suhu dingin bahkan sering menyebabkan kematian larva dan lalat dewasa. Penelitian menunjukkan bahwa
kutu kebul mungkin berasal dari India.

Tanaman Inang
Tanaman yang dipengaruhi oleh kutu kebul sangat beragam, mencakup tanaman sayuran seperti: tomat, labu, mentimun, terong, okra, buncis dan kacang-kacangan, brokoli, kembang kol, kubis, melon, kapas, wortel, ubi jalar, dan sayuran lainnya. Tanaman hias pun tak luput dari serangan, seperti mawar, poinsettia, krep murad, lantana, lili, dll. Bahkan banyak dari jenis tanaman buah seperti mangga, rambutan, anggur, dll., tak luput dari serangannya.
Hama kutu kebul biasa bersarang di balik daun bawah dari tanaman inang
Gambar 6. Hama kutu kebul biasa bersarang di balik daun bawah dari tanaman inang
Dampak Ekologis
Kutu kebul merupakan hama yang sangat merugikan dan umum di dunia pertanian. Ia bisa menghancurkan tanaman dan menyebabkan transfer berbagai virus penyakit yang mempengaruhi produktivitas tanaman dengan cara yang berbahaya.
Kerusakan umum pada tanaman meliputi: terserapnya nutrisi tanaman, rusaknya daun, gugurnya daun. Beberapa kerusakan spesifik bisa terjadi pada tanaman inang tertentu, seperti daun perak pada labu, kematangan tidak teratur pada tomat, daun tomat keriting karena virus kuning vektor, batang putih pada brokoli dan kembang kol, batang putih pada poinsettia, dan akar putih pada wortel.
Serangga kecil ini membuat kekacauan dalam dua cara sederhana:
  • Pertama, sebagai parasit yang ‘mencuri’ makanan dari tanaman inangnya, dengan cara menusuk floem atau permukaan daun bawah dengan mulut dan menghisap nutrisi di dalamnya. Daerah yang terkena dapat memunculkan klorosis setempat. Lalat putih juga menghasilkan sekresi/zat lengket yang disebut embun jelaga (honeydew) atau embun madu yang tertinggal pada inang, biasanya menutupi permukaan daun bagian bawah. Embun ini dapat menyebabkan pertumbuhan jamur jelaga, yang akhirnya akan mengurangi kemampuan tanaman untuk menyerap cahaya. Alhasil pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, hasil panen rendah dan kualitas buruk. Hal ini juga mensyaratkan bahwa tanaman dan hasil panen perlu dicuci untuk melenyapkan embun sehingga menambah beban/biaya produksi bagi petani.
  • Masalah kedua adalah status terkenal sebagai vektor untuk penyakit tanaman. Kutu kebul seringkali dituduh sebagai pengantar virus pembawa penyakit, seperti virus mosaic kuning (yellow masaic virus) atau virus gemini yang menular dan merusak tanaman terutama daun. Virus vektor ini sering sekali menyerang tanaman budidaya penting seperti tomat, selada, singkong, dll PengendalianKarena kutu kebul sangat merusak, para ilmuwan berusaha mencari berbagai cara untuk memerangi hama ini.
    Sebagian besar alat kontrol yang telah dibuat mempengaruhi tanaman dan sifat-sifat tanah pada tingkat minimal. Para ilmuwan saat ini berfokus pada penargetan kutu kebul melalui mekanisme yang aman yang tidak menimbulkan polusi atau kontaminasi (seperti insektisida kimia). Hal ini penting untuk dapat mengurangi jumlah B. tabaci individu yang hinggap pada tanaman untuk mengurangi kerusakan tanaman seperti yang disebabkan oleh transmisi virus. Hama ini dapat terhalang dengan mengurangi pengendapan, penurunan oviposisi, dan mereda pengembangan populasinya.
    Beberapa kontrol utama yang bisa membantu antara lain:
  • Penggunaan musuh alami seperti empat spesies Eretmocerus (Eretmocerus sp, Eretmocerus Mundus, Eretmocerus hayati, dan Eretmocerus emiratus)
  • Pemanfaatan tanaman perangkap
  • Pelepasan pengatur pertumbuhan serangga
  • Pelaksanaan Light-Emitting Diode Dilengkapi CC perangkap (LED-CC).
  • Penerapan insektisida organik 
  •  
  • Musuh alami 
  • Musuh alami sangat efektif sebagai kontrol biologis. Spesies parasitoid (parasit), predator (pemangsa), dan patogen dari kutu kebul dapat menjaga populasi hama ini di bawah ambang batas. Keempat spesies dari Eretmocerus yang dikembangkan di Amerika: Eretmocerus mundus, Eretmocerus hayati dan Eretmocerus emiratus merupakan sekelompok individu genetik yang bersifat parasit bagi B. tabaci (kutu kebul) dan berfungsi sebagai agen pengendali biologis. Para ilmuwan sedang mempertimbangkan ide untuk melepaskan parasit ini agar mampu mengendalikan pertumbuhan populasi penghancur tanaman penting ini.  Sayangnya, tidak semua Eretmocerus dapat berhasil ditransplantasikan ke daerah di mana kutu kebul hadir karena perbedaan dalam preferensi iklim.
    Ada delapan golongan arthropoda berbeda yang menyerang B. tabaci Ini termasuk keluarga Phytoseiidae, Coccinellidae, Syrphidae, Anthocoridae, Nabidae, dan Miridae, Chrysopidae dan Coniopterygidae. Saat ini ada empat jenis yang tersedia secara komersial, mereka termasuk Delphastus pusillus, Macrolophus caliginosus, C. carnea, dan Chrysoperla rufilabris. D. pusillus adalah spesies kumbang kecil yang mengkilap hitam. Kumbang ini bisa menyedot habis isi kutu kebul dengan cara menusuk. Larva dan kumbang dewasa menyantap semua tahap kehidupan kutu kebul. Sedangkan C. rufilabris hanya memakan tahap larva atau tahap belum dewasa dari kutu kebul.
    Kutu pemangsa (Orius sp.) yang sedang memangsa pupa kutu putih
    Gambar. Kutu pemangsa (Orius sp.) yang sedang memangsa pupa kutu putih

    Pengatur Pertumbuhan Serangga
    Insektisida diketahui sangat mahal. Ditambah lagi, ‘perlawanan’ atau resistansi hama terhadap insektisida semakin hari semakin meningkat. Untuk mengatasi masalah ini, para ahli terus mengembangkan berbagai teknologi. Salah satunya yang kini banyak diaplikasikan di negara-negara maju adalah pyriproxyfen, yakni hormon pengatur pertumbuhan serangga atau insect growth regulator (IGR). Pyriproxyfen merupakan hormon yang bisa mempengaruhi keseimbangan hormonal dan kitin pada serangga muda, yang akan menyebabkan deformasi dan kematian selama fase berganti kulit dan pupa. Oleh karena itu pyriproxyfen dipandang efektif dalam mengurangi populasi kutu kebul, sehingga dapat mengurangi kerusakan buah, meningkatkan ukuran, berat, dan kualitas buah.
    Bemisia tabaci berganti kulit di daun. Kulit merupakan struktur kosong yang berwarna perak transparan
    Gambar. Bemisia tabaci berganti kulit di daun. Kulit merupakan struktur kosong yang berwarna perak transparan
    IGR tidak membunuh lalat putih dewasa, melainkan mensterilkan telur dari lalat dewasa. IGR juga merupakan inhibitor poten dari embriogenesis, pembentukan dewasa dan metamorfosis. Membunuh larva dan menjaga lalat dewasa dari menyelesaikan tahap nymphal terakhir. IGR dikatakan memiliki toksisitas yang rendah terhadap mamalia, ikan, burung dan lebah.

    Penggunaan Perangkap dan Penutup
    Sistem perangkap Light-Emitting Diode Equipped CC (LED-CC) yang dikembangkan oleh ahli fisiolog tanaman  Chang-Chi Chu dan Thomas Henneberry dikabarkan cukup efektif untuk menangkap hama bemisia tabaci. Awalnya, perangkap itu digunakan untuk sekedar memantau populasi kutu kebul, tetapi perangkap ditingkatkan efektivitasnya untuk program pengendalian hama kutu kebul sehingga populasinya dapat dibatasi.
    Perangkap itu sendiri terdiri dari cahaya LED hijau yang menarik lalat dan akhirnya lalat akan terjebak. Perangkat LED bekerja paling baik pada malam hari, investasinya murah dan tahan lama. Keuntungan lainnya, LED adalah parasit yang ramah lingkungan karena tidak membahayakan predator dari kutu kebul itu sendiri. Perangkap ini juga tidak menggunakan pestisida.
    Teknik lain yang dapat digunakan untuk mengurangi kerusakan akibat kutu kebul adalah penggunaan FRC, yakni penutup baris terapung, yang digunakan untuk menjaga tanaman dari paparan hama. Studi lapangan yang dilakukan di Australia telah menunjukkan bahwa penggunaan FRC dapat meningkatkan kualitas dan hasil panen.
    Penggunaan Tanaman Perangkap
    Kontrol lain yang juga penting adalah pemanfaatan tanaman lain sebagai perangkap. Tanaman squash (sebangsa labu, ketela, gambas) diketahui dapat bertindak sebagai tanaman perangkap untuk kutu kebul karena daya tarik lalat terhadap tanaman ini. Kutu kebul sebenarnya lebih tertarik pada tanaman labu daripada tomat dan tanaman budidaya lainnya.
    Tanaman Squash dapat efektif digunakan sebagai tanaman perangkap untuk menarik kutu kebul
    Gambar. Tanaman Squash dapat efektif digunakan sebagai tanaman perangkap untuk menarik kutu kebul
    Ketika labu difungsikan sebagai tanaman perangkap, ancaman virus gemini pada tomat dapat dikontrol. Percobaan ilmiah telah membuktikan bahwa menanam labu di sekitar tanaman tomat dapat mengatur populasi kutu kebul serta mengendalikan transmisi virus kuning. Tanaman lainnya yang dapat berfungsi sebagai tanaman perangkap termasuk melon dan mentimun.

    Pengendalian Berbasis Budaya

    Melalui metode kontrol budaya, diharapkan populasi kutu kebul dapat ditekan dan kerusakannya dapat diminimalisir. Ada beberapa usaha yang bisa diupayakan, antara lain:
  • Sanitasi yang baik diperlukan untuk pemeliharaan tanaman dan pengendalian populasi lalat.
  • Penanaman tanaman inang yang berbeda satu sama lain akan mengurangi jumlah tanaman lalat yang akan menginfeksi. Dengan demikian, kontrol yang terbaik adalah memaksimalkan jarak dan interval waktu penanaman antara tanaman inang. Daerah penanaman yang berbeda dapat membatasi risiko terinfeksi tanaman.
  • Gulma dan sisa-sisa tanaman inang harus segera dibuang untuk menghindari hadirnya kutu kebul.
  • Penerapan mulsa perak/aluminium dapat mengusir kutu kebul dewasa. Jadi, ketika menanam benih, pastikan bedeng tanam ditutup mulsa perak sehingga dapat mengurangi tingkat kolonisasi hama.
Penerapan Insektisida Organik
Selain dari solusi-solusi yang telah uraikan di atas, satu solusi lainnya yang juga cukup ampuh dalam mengendalikan hama kutu putih adalah dengan penerapan insektisida organik. Dewasa ini telah banyak beredar produk-produk insektisida organik yang bisa Anda beli di toko-toko pupuk. Insektisida organik tidak lain pengendali hama serangga yang diramu dari berbagai bahan alami, biasanya rempah-rempah, akar dan daun tanaman tertentu, dan terkadang sejumlah mikroba bermanfaat.

Beberapa kelebihan dari insektisida organik antara lain:
  • Meningkatkan daya tahan tanaman di mana tanaman tidak mudah terserang hama dan penyakit.
  • Insektsida alami umumnya bekerja menangkal berbagai hama umum sekaligus seperti: wereng, thrip, tungau, penggorok daun, dan serangga kecil lainnya.
  • Hama akan terusir (buka dibunuh seperti cara kerja insektisida kimia). Bersifat protektif, yang bereaksi dengan cara menolak hama (repellen) akibat rasa, aroma dan bau yang tidak disenangi oleh hama.
  • Karena alami, insektisida organik sangat ramah lingkungan (mudah terurai dan tidak meninggalkan residu).
  • Tidak menyebabkan kekebalan/resistensi terhadap hama.
  • Relatif aman bagi manusia.
 sumber:
http://www.taniorganik.com/kutu-kebulkutu-putih-bemisia-tabaci/
http://saungsumberjambe.blogspot.com/2011/08/kutu-kebul-bemisia-tabaci-genn.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar