Minggu, 29 Desember 2013

Manfaat Berbagai Tanaman di Alam

1.     Babadotan - Ageratum conyzoides

daun babadotan
Kandungan kimia:
Daun dan bunga mengandung saponin, flavonoida dan polifenol, di samping itu daunnya juga mengandung minyak atsiri (Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI, 2001).
Khasiat dan Penggunaan :
Untuk obat luka baru.
1. Obat Luka ( lecet, terisir pisau misalnya, memar benturan. luka bakar dan gatal-gatal ) , caranya ambil 2-3 helai daun bandotan dan remas-remas dengan tangan sehingga keluar airnya, dan airnya diteteskan ke kulit yang luka, kalau untuk yang luka memar benturan selain ditetes airnya juga daunnya ditempelkan ditempat memarnya, dijamin luka akan cepat kering, sering diistilahkan dengan nama obat anti inflamasi.
2. Obat Disentri, Diare dan Panas, Menurut Dr. Hembing akar babadotan dapat mengatasi disentri, diare atau panas, dengan cara merebus 30 gram akar Ageratum, dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, disaring dan diminum airnya selagi hangat.
3. Herbisida alami, penggunaan daun Ageratum dengan dosis 2 ton/ha dapat menekan sampai 75% pertum-buhan beberapa gulma pada perta-naman padi seperti Aeschynomene indica, Monochoria vaginalis, dan Echinochloa crusgalli var. Formosensis Ohwi. Kemampuan daun Ageratum sebagai allelopathy diidentifikasi karena adanya 3 phenolic acid yaitu gallic acid, coumalic acid dan protocatechuic acid, yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa gulma pada tanaman padi

1.     Seruni JalarWedelia  trilobata

 Seruni Jalar
Fungsi dari Seruni atau Tusuk Konde sebagai tanaman penutup tanah. Seruni dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan kimia tanah sehingga tersedianya hara bagi tanaman. Cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah yaitu dengan menanam tanaman penutup tanah. Salah satunya dengan memanfaatkan gulma Wedelia trilobata (L.) Hitchc (tusuk konde) sebagai tanaman penutup tanah karena gulma ini memenuhi kriteria tanaman penutup tanah yaitu; mudah diperbanyak, sistem perakaran tidak menimbulkan kompetisi dengan tanaman utama, tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun, tidak mensyaratkan tingkat kesuburan yang tinggi, toleran terhadap pemangkasan, resisten terhadap hama, penyakit, kekeringan, naungan, dan injakan, mampu menekan pertumbuhan gulma, tidak akan berubah menjadi gulma, dan tidak mempunyai sifat-sifat yang mengganggu seperti duri dan sulur-sulur yang membelit

 2.     JalantirErigeron sumatrensis

 Jalantir
Kandungan kimia:
Daun dan akar mengandung saponin. Daunnya juga mengandung polifenol dan akarnya juga mengandung flavonoida. Kulit batangnya mengandung alkaloida, flavonoida dan polifenol (Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI, 2001).
Khasiat dan Penggunaan:
Daun sebagai obat sakit kepala (pusing) dan akarnya sebagai obat pegal linu. Jalantir juga dapat digunakan sebagai anti hama.
Menurut Kementrian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia (2001) dalam daun dan akar tumbuhan Jalantir (Erigon sumatrensis) mengandung senyawa saponin, disamping itu daunnya mengandung polifenol dan akarnya juga mengandung flavonoida serta kulit batangnya mengandung alkaloid, flavonoida dan polifenol. Senyawa saponin yang diencerkan bersifat racun bagi hewan berdarah dingin dan hewan invertebrata seperti ulat daun. Flavonoida mempunyai rasa pahit hingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu, dan alkaloid dapat menyebabkan serangga mati (Ahmad Najib,2009).

3.     SintrongCrassocephalum aurantiaca

 sintrong
Selain dapat dimakan sebagai lalapan, sintrong juga bermanfaat untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Seperti untuk mengatasi gangguan sakit perut, sakit kepala, mengobati luka, dan lain sebagainya. Di daerah sunda, sintrong merupakan idola. Tidak perduli tua atau muda, sebagian besar dari mereka menyukai sintrong sebagai lalapan –
Kandungan kimia : Daun mengandung saponin, flavonoida dan polifenol (Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI, 2001).
Saponin, merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdirin dari dua kelompok : Saponintriterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam perak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo.Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi.
Flavonoid dan polifenol, mampu bertindak sebagai antioksidan dan berfungsi menetralisir radikal bebas dan dengan demikian meminimalkan efek kerusakan pada sel dan jaringan tubuh
Khasiat dan Penggunaan: Daun sebagai obat penenang.

 4.     KirinyuhEupatorium odoratum L

kirinyuh
kimia : mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, dan seskuiterpen yang bersifat insektisidal ekstrak etanol daun kirinyuh mempunyai aktivitas insektisidal terhadap wereng cokla t, semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol daun kirinyuh maka semakin tinggi pula tingkat kematian wereng coklat. Kirinyuh juga memiliki kandungan sesquiterpen mampu mengendalikan tingkat mortalitas pada rayap
Cara pembuatan :
Daun kirinyuh dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir, lalu dikering-anginkan. Dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40ºC sampai kering. Setelah kering, daun kirinyuh diblender sehingga menjadi serbuk. Serbuk yang didapat kemudian ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam toples kaca dan ditambah pelarut etanol 70%. Serbuk di aduk menggunakan stirer selama 6 jam, kemudian didiamkan selama 24 jam (tahap maserasi). Serbuk yang telah dimaserasi disaring dengan corong Buchner, sehingga diperoleh filtrat dan ampas. Filtrat yang diperoleh kemudian di uapkan dengan evaporator. Setelah filtrat agak kental kemudian di uapkan di waterbath sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak ini kemudian dibuat menjadi berbagai variasi konsentrasi, yaitu 3%, 6%, 9%, 12%, dan 15%.

5.     Kembang bulanTithonia diversifolia

kembang bulan
Tanaman kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A.Gray) merupakan salah satu tanaman yang secara tradisional digunakan masyarakyat untuk mengobati berbagai penyakit. saat ini penggunaan tanaman kembang bulan sebagai obat hanya digunakan sebagai obat luka atau luka lebam, dan sebagai obat sakit perut kembung. Dari penelitian yang dilakukan bahwa tanaman kembang bulan ini mengandung Zat aktif yang termasuk golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain – lain. Kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan Kembang Bulan adalah flavonoid, saponin, triterpenoiddan polifenol (Lingga et al 2010). Dari penelitian yang dilakukan oleh Asri Sulistijowati S dan Didik Gunawan Daun Kembang Bulan sedikitnya mengandung 12 senyawa terpenoid, 14 senyawa flavonoid dan gula.
Dengan adanya senyawa flanoid yang terkandung dalam tumbuhan Kembang bulan, maka diduga tumbuhan tersebut juga memiliki kemampuan untuk menghambat proliferasi sel kanker

 6.     Pakoasi (Tekelan)Chromolaena odorata

pakoasi
Di Indonesia tumbuhan Tekelan (Chromolaena odorata) digunakan sebagai pengobatan tradisonal. Daun muda dari tumbuhan ini dilumatkan, dan airnya dijadikan obat untuk menyembuhkan luka pada kulit.Tekelan juga dapat menjadi obat alternative bagi penderita Diabetes.
  • . cuci daun tekelan dengan air bersih
  • . rebus 4 gelas air atau 1 liter yang telah dicampur daun tekelan tersebut
  • . tunggu beberapa menit hingga rebusan daun tekelan tersebut mendidih dan menyisakan 2 gelas atau 500 mL
  • . setelah mendidih, mendiamkan rebusan daun PKI tersebut hingga dingin
  • . saring rebusan tersebut ke dalam wadah, gelas, atau botol
  • . kemudian gunakan dengan cara diminum

7.     Tali PuriCassytha filiformis L

 

tali putri 1
Kandungan kimia
Sejauh ini, sudah dapat dikenal belasan senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tali putri, terutama alkaloid (lebih khusus lagi: aporphin alkaloids). Komponen-komponen alkaloid tersebut sebagian besarnya adalah bersifat sitotoksik (antikanker), antiplatelet aggregation (anti pembekuan darah), Beberapa di antaranya yang sudah dikenali adalah:
  • Ocoteine
  • Cassythine = cassyfiline
  • Catafilin
  • Neolistine
  • Dicentrine
  • Actinodaphnine
beberapa senyawa lain yang belum berhasil diisolasi
Tali putri tersebar di kawasan tropik dan ditemukan tumbuh pada beberapa tanaman perdu dan semak yang rendah, baik semak belukar maupun lapangan terbuka pada daerah pantai atau jauh dari pantai. Tumbuh tidak teratur dan dapat menutup tumbuhan inang (host) hingga tidak kelihatan sama sekali. Batangnya berbentuk bulat seperti benang, lemah, bercabang, dengan diameter kurang dari 0,5 mm, berwarna cokelat muda kekuningan, panjangnya bervariasi, bisa mencapai 3-8 meter, melekat pada tumbuhan lain dengan alat pengisap. Daunnya berupa sisik kecil. Sedangkan bunganya juga berukuran kecil, berwarna putih kekuningan, berkumpul berbentuk bulir dengan panjang 2-5 cm. Buahnya berbentuk bulat, berdaging, dengan diameter 3-7 mm. (dr. Setiawan Dalimartha, “Atlas Tanaman Obat Indonesia”, Puspa Swara, 2006)
Tiap tahun tali putri menghasilkan biji yang jatuh ke tanah dan berkecambah dalam tanah. Tali putri muda panjangnya 2-4 inci, yang tumbuh dan bergerak ke arah inang. Pada musim panas dan gugur atau musim kemarau di Indonesia, tali putri menghasilkan bunga-bunga berukuran kecil berwarna putih. Bunga ini memproduksi dua sel kapsul buah yang meretak dan melepaskan 1-4 biji, di mana tiap bijinya bisa menghasilkan tumbuhan baru tiap tahun.
Sebagian berpendapat, tali putri tidak memiliki zat hijau daun (klorofil) setelah ia menggantungkan seluruh hidupnya pada tumbuhan inang. Namun, berdasarkan sejumlah studi diketahui, tumbuhan tersebut memiliki klorofil pada tunas, buah, dan batangnya. Penyebarluasan biji tali putri bisa melalui sisa panen yang berpindah, aliran air irigasi, disebarkan langsung oleh manusia, atau bersama-sama dengan sisa pembuangan semak atau gulma. Tali putri juga memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan lingkungan. Bijinya mampu “tidur” atau dormansi selama lima tahun dalam tanah, menunggu kondisi yang baik untuk pertumbuhannya.
Tumbuhan yang bisa diserang bukan hanya semak-semak belukar atau tumbuhan pagar, tapi juga tanaman hias seperti dahlia, krisan, atau helenium. Jika kebetulan menjumpai tali putri pada tanaman hias, sebaiknya segera dibasmi ketika masih belum berkembang biak. Jika sudah berbiak banyak dan menutupi permukaan tumbuhan, pengendaliannya menjadi lebih sukar. Tali putri termasuk parasit yang bandel karena sulit dibasmi jika tidak dibasmi sekaligus bersama tumbuhan inangnya. Dengan demikian, tali putri bukan saja “si genit yang parasit”, tapi juga bisa dapat julukan baru, “si genit yang bandel”.
Meski demikian, di luar sifatnya sebagai parasit, tali putri ternyata juga bisa dimanfaatkan. Menurut Dr. Setiawan Dalimantha, alat pengisap yang sering merugikan tumbuhan inang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit kanker. Rasanya manis agak pahit, sejuk, dan beracun. Herba ini masuk meridian hati dan ginjal, berkhasiat sebagai pembersih darah, pereda demam (antipiretik), antiradang, peluruh kencing (diuretic), dan penghenti pendarahan (hemostatis).
Tuhan memang Mahaadil, menciptakan setiap makhluknya dengan sempurna dan seimbang. Di balik sifat parasit satu tumbuhan, selalu tersedia potensi positif yang berguna bagi kehidupan. (Syarifah S.P./dari berbagai sumber).

8.     Kaliandra

Kaliandra
Kaliandra digunakan secara luas untuk pakan ternak karena daun, bunga,  tangkai mempunyai kandungan protein cukup tinggi (20-25%) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan produktivitas ternak, serta cepat tumbuh dan kemampuan bertunas tinggi setelah pemangkasan. Pemanfaatan kaliandra sebagai hijauan pakan ruminansia telah memperlihatkan pengaruh yang menguntungkan tidak hanya performa produksi tetapi performa reproduksi ternak juga meningkat. Selain digunakan sebagai hijauan pakan ternak, kaliandra juga banyak dimanfaatkan sebagai kayu bakar, produksi lebah madu, dan untuk konservasi lahan marginal. Kebanyakan tanaman kaliandra dimanfaatkan sebagai tanaman untuk konservasi tanah marginal seperti tepi sungai, hutan, jalan, atau daerah lahan kritis yang ditumbuhi alang-alang.

9.     BUAH KERSEN (TALOK)Muntingia calabura L.

 buah kersen
Kersen atau talok terutama yang telah masak kaya akan kandungan vitamin C. Sehingga bermanfaat meningkatkan daya tahan tubuh, membantu metabolisme lemak dan mencegah bibir pecah-pecah. Tidak hanya itu, buah dengan rasa manis ini juga memiliki kandungan vitamin A tinggi berupa betakaroten yang memiliki fungsi biologis sebagai antioksidan serta mampu menjaga fungsi biologis sebagai antioksidan serta mampu menjaga fungsi penglihatan dan kulit. Selain itu kandungan mineral penting pada talok pun begitu melimpah, baik mineral makro maupun mikro. Sementara, secara tradisional talok dapat digunakan untuk mengobati asam urat, terutama mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan akibat penyakit tersebut.
UNTUK OBAT ASAM URAT
Ambil talok yang sudah matang, pisahkan daging buahnya dari kulit dengan cara ditumbuk, lalu rebus dengan perbandingan satu bagian air dengan tiga bagian talok. Selebihnya bisa juga ditambah gula, vanila, garam, dan kayu manis secukupnya. Lalu rebus sampai mendidih sambil diaduk. Kemudian saring untuk menghilangkan ampasnya.
BUNGA TALOK
Tidak hanya buahnya, bunga talokpun memiliki manfaat, bagi Anda yang memiliki masalah kesehatan karena kolesterol tinggi, bisa diatasi dengan merebus satu hingga 2 genggam daun talok segar dengan 3 gelas air. Sisakan air rebusan hingga 1 gelas dan minum ramuan tersebut secara teratur 3x sehari. Air rebusan dari ramuan bunga talok segar tersebut juga bisa turunkan kadar asam urat dalam darah.

10.             Kecoak/kecoa (Cockroach) atau lipas
kecoa
Kecoa namanya berasal dari kata Spanyol ‘cucaracha’. Nama ilmiah berasal dari Bahasa Latin Yunani “blátta” atau “blátte”Dari penemuan fosil, kecoa tertua telah menghuni bumi 354.000.000 tahun yang lalu. Dinosaurus menghuni bumi sekitar 230.000.000 tahun lalu. jadi, kecoa telah jauh lebih dulu menghuni bumi dibandingkan dinosaurus. Kecoa juga termasuk fosil hidup.
Kecoa adalah salah satu serangga paling tabah di planet ini. Beberapa spesies mampu tetap aktif selama sebulan tanpa makanan dan mampu bertahan hidup pada sumber daya terbatas seperti lem dari belakang prangko. Beberapa bisa pergi tanpa udara selama 45 menit. Dalam satu percobaan, kecoa mampu pulih dari yang terendam air selama setengah jam. Kecoa tidak membutuhkan kepala untuk dapat bertahan hidup.
Sebagai pembanding, fungsi kepala bagi manusia:
* bernapas melalui hidung dan mulut, dan pernapasan dikontrol oleh otak
* kehilangan kepala menyebabkan kehilangan darah secara drastis; dan
* kita makan melalui mulut.
Namun bagi kecoa:
* mereka bernapas melalui ventilator di seluruh tubuhnya dan otak tidak mengontrol fungsi ini;
* serangga tidak memiliki tekanan darah seperti pada mamalia dan tidak akan ‘bleed out’; dan
* sebagai seekor hewan berdarah dingin, makanan yang sedikit dapat bertahan sebulan penuh. Seekor kecoa mampu bertahan hidup tanpa makanan selama 9 hari
Kecoa tanpa kepala dapat bertahan hidup cukup lama bahkan sampai 9 hari, sebelum ahirnya mati kelaparan. Selama ini kecoa dianggap binatang yang menjijikan dan dapat menyebabkan penyakit. Tetapi sebenarnya kecoa mempunyai manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan besarnya kerugian yang diakibatkan oleh binatang ini. Salah satunya adalah kandungan defensin dan cecropins dalam otak dan sistem syaraf kecoa merupakan beberapa senyawa yang dapat digunakan sebagai antibiotik dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit infeksi. Menurut penelitian Lee tahun 2007 menunjukkan otak serangga dapat membunuh 90% bakteri penyebab MRSA (Multi-drug Resistant Staphylococcus aureus) dan E.colli tanpa merusak sel – sel tubuh manusia.
Oleh karena itu memanfaatkan kandungan defensins and cecropins dari otak dan sistem syaraf kecoa, diharapkan mampu menghasilkan inovasi baru untuk menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri penyebab penyakit infeksi, sebagai terapi pada penderita penyakit infeksi. Pemanfaatan kandungan defensins and cecropins dari otak dan sistem syaraf kecoa ini relatif aman jika dikonsumsi, tanpa khawatir akan adanya dampak negatif bagi kesehatan apabila digunakan dalam dosis yang sesuai, hal tersebut ditunjukkan oleh penelitiaan Khan tahun 2008, mengatakan bahwa kandungan aktif dalam otak dan sistem syaraf serangga tidak memiliki efek sitotoksik uji pada sel endotel otak mikrovaskuler (HBMECs) sampai pada konsentrasi 99,99%. Berdasarkan uraian tersebut perlu dikembangkan lagi pemanfaatan kecoa untuk sebagai alternatif antibiotik yang selektif menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit infeksi.
Tugas kecoak dalam rantai makanan
Kecoak itu merupakan bagian dari rantai makanan. Selain sebagai santapan binatang lain, kecoak membantu membersihkan lingkungan kita dari sisa-sisa organisme.
Fakta kecoak
Efek positif :
  • Ø Lipas sesungguhnya serangga yang peduli akan kebersihan diri. Dia akan berusaha mencari sisa-sisa makanan atau sampah untuk segera diurai menjadi zat yang tidak berbahaya. Sehingga lingkungan menjadi lebih bersih.
  • Ø kecoa yang memiliki antibiotik yang kuat ini sering hidup dalam lingkungan yang tidak sehat dan tidak higienis, di mana mereka menghadapi berbagai jenis bakteri. Oleh karena itu, logis jika serangga tersebut mengembangkan pertahanan untuk melindungi diri terhadap mikroorganisme.
  • Ø Lipas mengandung protein yang tinggi dan memiliki rasa lezat, sehingga bisa digunakan sebagai salah satu sumber makanan.
Penelitian tentang pemanfaatan insekta sebagai salah satu sumber makanan sudah lama dilakukan. Salah satunya dilakukan oleh WS Bristowe tahun 1932 yang meneliti di Siam (Laos dan Siam, kini disebut negara Thailand dan Laos, Bodenhmeir, 1951). Kebiasaan mengkonsumsi insekta juga dikenal di Indonesia, namun hanya pada golongan masyarakat tertentu, dan pada skala yang terbatas. Ada beberapa jenis insekta yang sangat populer dan diusahakan secara komersial seperti misalnya lebah madu, jangkrik, rayap, dan semut.
Dari hasil analisis ternyata kecoa mempunyai kandungan protein dan lemak yang tinggi. Pada kecoa Jerman (Blatella germanica), rata-rata mengandung protein sebesar 40-60 persen dan lemak sebesar 10-15 persen. Perlu diketahui juga, bahwa sepasang induk kecoa tersebut akan menghasilkan keturunan sebanyak 300.000 dalam waktu setahun. Melihat kemampuan berkembangbiak kecoak yang cukup cepat, maka sangat besar peluang dan prospek untuk memanfaatkan kecoak sebagai sumber protein hewani.
Bagaimana cara memasaknya? caranya cabut dulu semua kaki dan sayapnya. Potong bagian kepala, dan buat irisan di tengah badan. Sebelum dipanggang, campur dengan bawang dan garam.

11.            Air kelapa
kelapa

Air kelapa mempunyai unsur kimia yang salah satu yaitu berupa unsur makro dan mikro yang meliputi nitrogen dan karbon yang sangat penting bagi tubuh manusia terdapat pada air kelapa, masing – masing unsur tersebut memilki uraian kandungan tersendiri, diantaranya :
Pada unsur nitrogen air kelapa memiliki kandungan sendiri diantaranya protein yang terdiri dari asam amino, seperti alanin, sistin, arginin, alin, dan serin. Kandungan asam amino buah kelapa lebih tinggi dibanding asam amino yang terdapat pada susu sapi.
Unsur karbon juga meilki kandungan dalam bentuk karbonhidrat seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, inositol dan lainnya.
Unsur mikro dalam air kelapa juga sangat dibutuhkan tubuh sebagai pengganti ion tubuh, untuk mengembalikan stamina dan energi baru bagi tubuh.
Selain kandungan kimia diatas, apabila diteliti lebih mendalam air kelapa banyak sekali kandungan / unsur kimia alami yang sangat baik bagi tubuh, diantaranya :
Vitamin C yang memiliki uraian kandungan didalamnya, sperti asam nikotinat, asam folat, asam pantotenat, bitin, serta riboflavin. Air kelapa kaya akan potasium ( kalium ). Air kelapa selain mengandung mineral, juga mengandung gula dengan kisaran antara 1,7-2,6 % dan protein 0,07-0,55 %.
Air kelapa memiliki tingkat keasaman yang rendah, dan air kelapa merupakan media tumbuh yang baik bagi mikroba terutama dari kelompok bakteri . Air kelapa mengandung senyawa karbon dan nitrogen yang dibutuhkan bagi pertumbuhan mikroba. Selain mengandung senyawa karbon dan nitrogen, air kelapa juga mengandung gula yaitu glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Glukosa dan fruktosa yang terkandung dalam air kelapa merupakan gula sederhana (monosakarida) sehingga lebih mudah dimanfaatkan bakteri asam laktat. Mikroba-mikroba ini kemudian akan merubah gula dalam air kelapa menjadi senyawa asam (Kataren dan Jatmiko, 1985).
Hampir semua bakteri asam laktat hanya mempeoleh energi dari metabolisme gula sehingga habitat pertumbuhannnya hanya terbatas pada lingkungan yang menyediakan cukup gula atau bisa disebut dengan lingkungan yang kaya nutrisi.
*Semoga Bermanfaat ^_^

sumber :http://infohikmatuliman.wordpress.com/2013/11/08/fungsi-dan-manfaat-bahan-bahan-yang-dipakai-untuk-membuat-pupuk-organik-prodigy/
 

cara membuat pupuk hayati kaya khasiattt......

Salam Pertanian!! Saya kira rekan-rekan Gerbang Pertanian telah tahu semua tentang score atau beberapa orang menyebutnya sebagai boster padi. Fungisida produk PT Syngenta berbahan aktif difenokonazol ini memang sangat populer dan laris pada tanaman padi walaupun sebenarnya pertama keluar bukan direkomendasikan untuk tanaman padi.  Saking larisnya sehingga banyak perusahaan berbondong-bondong membuat dan memasarkan  produk generiknya score atau bahan lain yang satu golongan dengan difenokonazol.
Memang score ini jika diaplikasikan ke tanaman padi memberikan kesan yang bening, kuning atau bersih sehingga disebut sebagai booster padi. Layaknya seperti TV yang dikasih antena dan boosternya menjadi jelas dan bersih gambarnya. Bahkan ada beberapa petani didaerah maspary yang keliru dalam menggunakan score tersebut, mereka mengalihkan biaya pembelian pupuk dasar untuk membeli score. Mereka anggap kalau score itu adalah pupuk yang mampu menggantikan fungsi pupuk organik. Padahal kita ketahui kalau score adalah fungisida untuk mencegah serangan jamur pada tanaman padi, itupun tidak semua jamur bisa diatasi dengan score tersebut. Cuma kelebihan score adalah mempunyai efek booster tersebut.

clip_image002

Kini maspary akan sedikit berbagi informasi dengan pembaca semua tentang cara membuat score atau booster padi secara organik karena menggunakan bahan-bahan organik yang berada disekitar lingkungan kita.

Bahan pembuatan booster padi/ score organik :
  1. 1/4 kg telor ayam atau bebek
  2. 1/2 kaleng susu kental manis
  3. 100 ml madu murni
Cara membuat score/ boster padi organi :
  1. Campurkan semua bahan (cangkang telurnya jangan dimasukkan)
  2. Bender sampai benar-benar homogen atau tercampur merata
  3. Masukkan dalam botol yang tertutup rapat
Cara menggunakan booster padi/ score organik :
  1. Semprotkan pada tanaman padi ketika umur 30, 45 dan hst
  2. Konsentrasi penggunaan adalah 6 - 7 sendok makan per tangki atau sekitar 2 ml/ liter air
Sisa booster padi organik yang tidak habis jangan dibuang, tapi simpan saja dalam botol tersebut. Yang penting botol harus tertutup rapat dan jika terjadi fermentasi dicirikan dengan mengembangnya botol maka tiap pagi harus dibuka sebentar dan dikocok - kocok agar tekanan dalam botol keluar sehingga botol tidak meledak. Jika sudah tidak terjadi fermentasi lagi tidak perlu dibuka tiap hari.
Booster organik yang kita buat tersebut kurang mampu mengendalikan penyakit pada tanaman padi, tetapi lebih ke fungsi mensuplai kebutukan unsur hara. Dengan tercukupinya kebutuhan unsur hara pada tanaman akan membuat tanaman sehat dan tahan terhadap serangan penyakit. Selain itu, jika suplai unsur hara cukup maka pengisian bulir padi juga akan maksimal sehingga bulir-bulir padi akan terlihat montok dan mengkilap.
Harapan maspary, mudah-mudahan resep tersebut bisa bermanfaat bagi rekan-rekan semua. Bisa mengurangi biaya produksi dan meningkatkan penghasilan. Karena kita ketahui harga score yang 80 ml saja sekarang sudah hampir Rp.40.000.
Selamat mencoba dan sukses selalu buat Petani Indonesia !!
   
     Maspary



http://www.gerbangpertanian.com/2012/04/membuat-score-booster-padi-organik.html
 
Terimakasih telah berkunjung ke Gerbangpertanian.com, jika ingin melengkapi artikel ini silahkan tulis di kolom komentar. Jika anda menyukai artikel ini bagikan ke rekan-rekan anda dengan mengklik tombol suka dibawah ini.

Khasiat Tanaman Putri Malu

Putri malu (Mimosa pudica L.) adalah tumbuhan liar. Ciri khas tumbuhan ini adalah daunnya mengatup jika disentuh serta memiliki duri di batangnya. Baik secara medis maupun empiris, putri malu bisa mencegah dan mengobati beberapa penyakit. 

> Kandungan :
- Tanin 
- Mimosin
- Asam pipekolinat.

> Khasiat :
Rebusan putri malu telah diuji mampu mencegah dan mengobati hepatitis. Caranya dengan merebus putri malu sebanyak 10 gram dengan air 200 cc sampai mendidih selama 15 menit. Hasil rebusan diminum rutin. Khasiat lain, putri malu secara empiris dapat mengatasi insomnia, batuk bronkitis, dan rematik.

Putri malu (Mimosa pudica L.) banyak kita jumpai di rumput-rumput liar dan juga merupakan salah satu tumbuhan liar. Bagi yang masih belum tau putri malu, tanaman ini memiliki bentuk daun kecil-kecil tersusun majemuk, bentuk lonjong dengan ujung lancip, warna hijau (ada yang warna kemerah-merahan), memiliki duri di batangnya. Tanaman ini kadang berbunga juga, bentuk bunganya bulat seperti bola, warna merah muda, bertangkai. Ciri khas tumbuhan ini adalah tumbuhan ini sensitif sekali dengan sentuhan sehingga daunnya akan mengatup begitu disentuh dan tumbuhan ini.

Walaupun banyak orang tau dan pernah lihat tanaman putri malu ini akan tetapi tidak banyak yang tau kalau ternyata putri malu ini berkhasiat sekali baik secara medis maupun empiris. Putri malu bisa mencegah dan mengobati beberapa penyakit. Hampir semua bagian dari putri malu ini berkhasiat, dari daun, akar, sampai ke seluruh tanaman, baik masih segar atau dikeringkan. 

Akar dan bijinya berkhasiat untuk merangsang muntah. Bahkan para ahli pengobatan Cina dan juga penelitian AS serta Indonesia mengindikasikan bahwa tanaman putri malu bisa mengobati berbagai macam penyakit antara lain radang mata akut, kencing batu, panas tinggi pada anak-anak, dan herpes. Hal ini dikarenakan putri malu mengandung sifat kimiawi dan efek farmakologis manis, astringen, agak dingin. Penenang (tranquiliser), sedative, peluruh dahak (expectorant), anti batuk (antitusive), penurun panas (antipiretic), anti radang (anti-inflammatory), peluruh air seni (diuretic). 

> Berikut beberapa enyakit yang mungkin bisa disembuhkan dengan menggunakan tanaman putri malu :

1. Bronchitis Kronik
Penyakit Bronchitis adalah merupakan salah satu penyakit paru-paru. Bagi yang punya penyakit, bisa merebus 60 gram akar putri malu dengan sebanyak 600 cc air, direbus dengan api kecil sehingga menjadi 200 cc. Lalu airnya dibagi untuk dua kali minum. Mimosa pudica 30 gram, Akar peristrophe roxburghiana 10 gram, keduanya direbus, dibagi menjadi 2 dosis/hari.

2. Rematik
15 gram akar Mimosa pudica direndam dalam arak putih 500 cc selama 2 minggu. Kemudian ditempelkan di tempat yang sakit.

3. Susah Tidur (Insomnia)
Bagi orang yang menderita susah tidur, bisa mencoba untuk merebus sebanyak 30-60 gram daun putri malu dan diminum airnya. Atau rasanya mungkin akan lebih enak kalau mencampur 15 gram daun putri malu dengan 15 gram daun sawi langit (vemonia cinerea) dan 30 gram daun calincing lalu direbus dan airnya kemudian diminum.

4. Hepatitis
Putri malu ini mengandung tanin, mimosin, dan asam pipekolinat dan berkhasiat untuk mencegah dan mengobati hepatitis. Caranya dengan merebus putri malu sebanyak 10 gram dengan air 200 cc sampai mendidih selama 15 menit. Hasil rebusan diminum rutin. Khasiat lain ternyata putri malu secara empiris dapat mengatasi insomnia, batuk bronkitis, dan rematik.

5. Batuk berdahak 
Tanaman ini juga berkhasiat untuk yang sedang batuk apalagi yang banyak dahaknya. Caranya rebus akar putri malu sebanyak 10-15 gram lalu airnya diminum.

Peringatan :
Tapi harus diperhatikan juga kalau tanaman ini berbahaya bagi Ibu hamil. Jadi, bagi ibu hamil, tidak boleh mengkonsumsi tanaman ini karena bisa mengakibatkan kematian pada janin. Juga harus diperhatikan bahwa penggunaan akar putri malu dalam dosis yang tinggi bisa menyebabkan keracunan dan muntah-muntah.

Jumat, 27 Desember 2013

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN EKSTRAK PESTISIDA NABATI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Residu sejumlah bahan kimia yang ditinggalkan pestisida sintetik melalui berbagai siklus secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi manusia. Namun kenyataan bahwa pestisida atau bahan pembasmi serangga kini digunakan secara luas oleh masyarakat petani. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, dirasa sebagai kebutuhan pokok masyarakat dalam usaha budidaya pertanian. Masyarakat juga belum mengerti pengetahuan akan pemakaian pestisida kimia secara tepat sesuai dengan peraturan ambang ekonomi. Oleh karena itu diperlukan solusi agar masyarakat mengurangi ketergantungannya terhadap pestisida kima. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah mengalihkan penggunaan pestisida kimia menjadi pestisida nabati.
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau  bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian  tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan. Keunggulan pestisida nabati adalah  murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani, relatif aman terhadap lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama, kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain, menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama belalang dan penggerek batang padi.
Namun setelah ditemukannya pestisida sintetik pada awal abad ke-20, pestisida dari bahan tumbuhan atau bahan alami lainnya tidak digunakan lagi. Selain memiliki  senyawa aktif utama  dalam ekstrak tumbuhan  juga terdapat senyawa lain yang kurang aktif, namun keberadaannya dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi). Serangga tidak mudah menjadi resisten terhadap ekstrak tumbuhan dengan beberapa bahan aktif, karena kemampuan serangga untuk membentuk sistem pertahanan terhadap beberapa senyawa yang berbeda sekaligus lebih kecil daripada terhadap senyawa insektisida tunggal. Selain itu  cara kerja senyawa  dari bahan nabati berbeda dengan bahan sintetik sehingga kecil kemungkinannya terjadi resistensi silang. Pada umumnya  pestisida sintetik dapat membunuh langsung organisme sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan pestisida  nabati, insektisida nabati tidak dapat mematikan langsung serangga, namun bersifat Refelen, artinya yaitu menolak kehadiran serangga terutama disebabkan baunya yang menyengat. Selain itu pestisida nabati bersifat Antifidan atau menyebabkan serangga tidak menyukai tanaman, misalnya
disebabkan rasa yang pahit.
1.2  Tujuan
Mengetahui cara pembuatan pestisida nabati beserta karakter (aroma, warna, dan endapan) pada berbagai jenis bahan pestisida nabati.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
           
Penggunaan  pestisida sintetik  merupakan metode umum  dalam  upaya pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman  pertanian. Kebanyakan pestisida sintetik memiliki  sifat non spesifik, yaitu tak  hanya membunuh jasad sasaran tetapi juga membunuh organisme lain. Pestisida sintetik dianggap sebagai bahan pengendali hama penyakit  yang  paling praktis, mudah diperoleh, mudah dikerjakan dan hasilnya cepat  terlihat. Padahal  penggunaannya sering menimbulkan masalah seperti  pencemaran lingkungan, keracunan terhadap manusia dan hewan peliharaan dan dapat mengakibatkan  resistensi  serta  resurgensi bagi hama (M.Thamrin et al.,2005).
Ekstrak mimba dan cengkeh telah banyak dapat menghambat pertumbuhan jamur patogenik tanaman ekstrak atau eugenol asal daun, bunga dan gagang cengkeh telah dibuktikan toksik terhadap  F. oxysporum, F. solani, R. lignosis, P. capsici, S. Roflsii dan R. solani. Kombinasi penggunaan produk  cengkeh dan kompos limbah tanaman  telah terbukti dalam mengendaliakan  penyakitbusuk batang panili (BBP) an-tara  75  –85% (Tombe Mesak, 2008).
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida nabati tidak meninggalkan residu berbahaya pada tanaman maupun lingkungan serta dapat dibuat dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang seerhana. Berikut beberapa jenis tumbuhan yang berkhasiat mengendalikan hama pada tanaman Mimba (Azadirachta indica). Daun dan biji dari tanaman mimba dapat digunakan untuk mengendalikan ulat, kumbang, serta kutu daun yang selalu menyerang tanaman pangan dan hortikultura. Zat yang terkandung dalam mimba mampu menghambat pertumbuhan serangga hama. Tanaman mimba mengandung zat azadirachtan, triol, salanin, dan nimbin. Selain mimba, tembakau (Niocotiana tabacum L.) juga berpotensi digunakan sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan hama. Bagian tanaman tembakau yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan daunnyaa, karena mengandung zat beracun berupa nikotin (Raharjo., et al, 2010).
Pengendalian penyakit dengan fungisida dan bakterisida sintetis oleh para petani kentang selama ini tidak efektif dalam mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh kapang patogen, banyak masalah yang merugikan bagi kehidupan manusia secara langsung atau tidak langsung diantaranya menimbulkan residu yang melekat pada hasil tanaman yang akan mengganggu kesehatan konsumen, pencemaran lingkungan serta membunuh organisme lainnya yang bukan  sasaran. Penggunaan agen hayati berbahan baku biofungisida sehingga menjadi alternatif yang tepat untuk mengendalikan mikroba patogen penyebab penyakit pada tanaman budidaya (Purwantisari,2008).
Pengendalian hama dengan menggunakan pestisida alami dapat dijadikan pilihan paling tepat, murah dan lestari. Pestisida organik bersifat mudah terurai menjadi bahan tidak berbahaya dan juga dapat pula dipergunakan sebagai bahan pengusir atau repelen terhadap serangga hama tertentu, menjadikannya alternatif dalam pengenalian hama lestari yang ramah lingkungan (Octavia Dona.,et al, 2008).
Pembuatan insektisida hayati dari bahan tumbuhan dapat diambil dari ekstrak biji mimba dan ekstrak biji lada. Penggunaan insektisida dari ekstrak tumbuhan bersifat aman bagi manusia dan ternak. Biji mimba dipilih sebagai bahan dasar pembuatan insektisida non hayati karena sangat pahit da beracun. Sedang biji lada dipilih karena rasa pedas dan panas yang ditimbulkan. Kedua estrak ini dihaapkan efektif dan mempunyai daya bunuh terhadap dua jenis ulat Plutella xylostella danCrocidolomia binotalis (Santosa dan Sumarmi, 2008).
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman. Ekstrak biji mimba dapat berperan sebagai larvisida dan ovisida, menghambat perkembangan larva, memperpendek umur imago, dan mengurangi fekunditas. Pemanfaatan biji mimba sebagai pestisida nabati dapat dibuat dengan dua cara, yaitu serbuk dan ekstrak. Cara pertama adalah cara sederhana, dibuat serbuk. Biji mimba dibuat serbuk sampai halus, direndam dalam air, disaring dan disemprotkan. Cara kedua adalah ekstrak, yaitu biji mimba dibuat dengan cara melarutkan serbuk biji mimba dalam pelarut organik (Subiyakto, 2009).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
     Praktikum acara “Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati” ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 21 November 2012 pukul 07.00 – selesai, bertempat di Laboratorium Hama Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.2 Alat
- Penumbuk/ penghalus
- Jirigen 5 liter
- Cutter
3.2.3 Bahan
1. Ekstrak Nimba
- Air 1 liter
- Alkohol 70% 1 cc
- Biji nimba 50 gram
2. Ekstrak Sirsak
- 50 lembar daun sirsak
- Satu genggam (100 gram) rimpang jeringau
- Satu siung bawang putih
- Sabun colek 20 gram
- Air 2 liter
3. Ekstrak Sirtem (Sirih dan Tembakau)
- 50 lembar daun sirih
- 50 lembar daun tembakau atau satu genggam tembakau
- Air 2 liter
- Sabun colek 20 gram
4. Ekstrak Balengse (Nimba, Lengkuas dan Serai)
- Daun nimba 400 gram
- Lengkuas 300 gram
- Serai 300 gram
- Sabun colek 20 gram/detergen
- Air 2 liter
3.3 Cara Kerja
1. Ekstrak Nimba
- Menumbuk daun nimba dengan halus dan mengaduk dengan alkohol
- Mengencerkan dengan 1 liter air
- Melarutkan denga mengendapkan semalam lalu menyaringnya
- Mengaplikasikan larutan ke tanaman
- Serangga mati setelah 2-3 hari
2. Ekstrak Sirsak
- Menghaluskan daun sirsak, jeringo, dan bawang putih
- Mencampur seluruh bahan dan merendam dengan air selama 2 hari
- Menyaring larutan
- Untuk aplikasi 1 liter larutan mencampur dengan 10-15 liter air
- Mengaplikasikan larutan
3. Ekstrak Sirtem (Sirih dan Tembakau)
- Menumbuk halus daun sirih dan daun tembakau
- Mencampur bahan dengan air dan mengaduk hingga rata
- Mendiamkan bahan selama satu malam
- Menyaring larutan kemudian mengencerkan (menambah dengan 50-60 air)
- Menggunakan larutan yang sudah siap
4. Ekstrak Balengse (Nimba, Lengkuas, Serai)
- Menghaluskan daun nimba, lengkuas dan serai
- Melarutkan bahan yang telah halus ke dalam 2 liter air
- Mendiamkan selama satu malam
- Menyaring larutan dan mengencerkan dengan 60 liter air
- Mengaplikasikan larutan yang sudah siap untuk 1 ha lahan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
            Tabel 1. Tabel Pengamatan Pestisida Nabati Parameter Warna Pestisida
No.
Jenis Pestisida
Nabati
Warna
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
1.
Ekstrak Daun Mimba
Hijau
Hijau
Hijau
2.
Ekstrak Daun Sirsak
Hijau tua
Hijau tua
(Lumut)
Hijau kehitaman
3.
Ekstrak Daun Sirtem
Hijau
Hijau
Hijau kekuningan
4.
Ekstrak Daun Balengse
Hijau
Hijau kekuningan
Kuning kehijauan
             
Tabel 2. Tabel Pengamatan Pestisida Nabati Parameter Aroma Pestisida
No.
Jenis Pestisida
Nabati
Aroma
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
1.
Ekstrak Daun Mimba
Daun mimba
Bawang putih
Bawang putih
2.
Ekstrak Daun Sirsak
Daun sirsak
Sabun colek, Bau wangi tapi menyengat
Sabun colek, Bau menyengat, Daun sirsak
3.
Ekstrak Daun Sirtem
Daun sirih
Daun sirih dengan bau menyengat
Bau serai menyengat
4.
Ekstrak Daun Balengse
Daun serai (dominan)
Bau serai menyengat
Bau serai menyengat
            Tabel 3. Tabel Pengamatan Pestisida Nabati Parameter Endapan Pestisida
No.
Jenis Pestisida
Nabati
Endapan
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
1.
Ekstrak Daun Mimba
Ada
Ada
Ada
2.
Ekstrak Daun Sirsak
Belum ada
Ada
Ada
3.
Ekstrak Daun Sirtem
Belum ada
Belum ada
Belum ada
4.
Ekstrak Daun Balengse
Belum ada
Ada
Ada
4.2 Pembahasan
Pestisida merupakan campuran dari berbaga senyawa-senyawa kimia yang mampu membasmi berbagai organisme pengganggu tanaman. Ada beberapa jenis pestisida, yaitu insektisida untuk mengendalikan hama (serangga pengganggu), herbisida (untuk mengendalikan gulma), nematisida (untuk mengendalikan nematoda), dan bakterisida untuk mengandalikan batkeri penyebab penyakit. Berdasarkan sumber bahannya pestisida ada dua, yaitu pestisida sintetik dan pestisida nabati. Pestisida sintetik dibuat dari bahan-bahan kimia (non alami) biasa diproduksi di pabrikan, sedangkan pestisida nabati dibuat dari bahan-bahan nabati (alami), dari tumbuh-tumbuhan atanu tanaman yang mengandung senyawa-senyawa yang bisa mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Berhubung penggunanaan pestisida sintetik mulai dirasakan dampak negatifnya, maka mulai diadakan konversi penggunaan pestisida yang berasal dari bahan-bahan alami (pestisida nabati).
Pestisida nabati ini tidak menimbulkan efek racun sebagaimana jika menggunakan pestisida sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Hal inilah yang menjadi salah satu keunggulan dari penggunaan pestisida nabati. Beberapa keunggulan yang lain yaitu biaya pembuatan pestisida nabati ini sangat terjangkau, sehingga bisa diterapkan oleh berbagai kelas petani, dari petani yang berekonomi rendah sampai yang berekonomi tinggi dan tidak meninggalkan residu yang berbahaya, yang bisa mencemar lingkungan terutama air tanah yang nantinya akan dikonsumsi manusia yang akibatny bisa keracunan. Oleh karena sifatnya yang ramah ligkungan da bernilai ekonomi, penggunaan pestisida nabati ini merupakan inovasi yang cukup baik untuk dikembangkan juga turut mendukung terciptanya sistem pertanian yang berkelanjutan.
Pestisida nabati yang saat ini sering digunakan adalah untuk pengendalian hama, jadi dalam hal ini digunakan sebagai insektisida. Beberapa tumbuhan yang bisa digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun mimba, daun pacar cina, daun sirsat, dan daun mindi. Beberapa jenis daun dari tumbuh-tumbuhan tersebut mengandung senyawa-senyawa yang merupakan bahan aktif dalam insektisida, sehingga bisa digunakan secara langsung sebagai insektisida nabati. Pestisida nabati diaplikasikan dalam bentuk ekstrak dari tumbuh-tumbuhan tersebut, berupa larutan cair hasil dari pengekstrakan daun-daun dari beberapa jenis tumbuhan yang telah disebutkan sebelumnya. Untuk pengaplikasiaannya bisa langsung disemprotkan pada bagian tanaman yang terserang.
Pestisida berbahan nabati bersifat sebagai racun perut yang tidak membahayakan terhadap musuh alami atau serangga bukan sasaran, sehingga penggunaan pestisida berbahan nabati dapat dikombinasikan dengan musuh alami. Selain memiliki senyawa aktif utama dalam ekstrak tumbuhan juga terdapat senyawa lain yang kurang aktif, namun keberadaannya dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi). Serangga tidak mudah menjadi resisten terhadap ekstrak tumbuhan dengan beberapa bahan aktif, karena kemampuan serangga untuk membentuk sistem pertahanan terhadap beberapa senyawa yang berbeda sekaligus lebih kecil daripada terhadap senyawa insektisida tunggal. Selain itu cara kerja senyawa dari bahan nabati berbeda dengan bahan sintetik sehingga kecil kemungkinannya terjadi resistensi silang.  Pada umumnya pestisida sintetik dapat membunuh langsung organisme sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan pestisida nabati, sebagai contoh insektisida nabati yang umumnya tidak dapat mematikan langsung serangga, biasanya berfungsi seperti berikut: Refelen, yaitu menolak kehadiran serangga terutama disebabkan baunya yang menyengat, Antifidan menyebabkan serangga tidak menyukai tanaman, misalnya disebabkan rasa yang pahit, Attraktan sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat digunakan sebagai perangkap, mencegah serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur, pestisida nabati bersifat racun syaraf dan mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga.
Pada praktikum ini bahan alami yang digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati adalah nimba, lengkuas, serai, daun sirsak, dan daun tembakau. Bahan-bahan tersebut memiliki kandungan kimia yang berbeda, sehingga sasaran hama yang ditujupun juga berbeda. Berikut keterangan dari bahan-bahan baku tersebut
1.      Mimba (Azadirachta indica)
            Daun dan biji dari tanaman mimba dapat digunakan untuk mengendalikan ulat, kumbang, serta kutu daun yang selalu menyerang tanaman pangan dan hortikultura. Zat yang terkandung dalam mimba mampu menghambat pertumbuhan serangga hama. Tanaman mimba mengandung zat azadirachtan, triol, salanin, dan nimbin. Tanaman ini dapat mengendalikan OPT seperti : Helopeltis sp,; Empoasca sp.; Tungau jingga (Erevipalpis phoenicis), ulat jengkal (Hyposidra talaca), Aphis gossypii, Epilachna varivestis, Fusarium oxyporum, Pestalotia, sp.; Phytophthora sp.; Heliothis armigera, pratylenchus sp.; Nilaparvata lugens.
2.     Tembakau (Niocotiana tabacum L.)
            Selain mimba, tembakau juga berpotensi digunakan sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan ham. Bagian tanaman tembakau yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan hama. Bagian tanaman tembakau yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati adalah batang dan daunnya. Tembakau mengandung zat beracun berupa nikotin.
3.    Sirsak (Annona muricata L.)
Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati daun sirsak efektif untuk mengendalikan hama trip. Jika ditambahkan daun tembakau dan sirsak akan efektif mengendalikan hama belalang dan ulat. Sedangkan jika ditambahkan jeringau dan bawang putih akan efektif mengendalikan hama wereng coklat. OPT sasaran : wereng batang coklat.
4.    Lengkuas (Alpinia galanga SW.)
             Daun lengkuas memiliki bahan aktif berupa tanin, saponin, alkaloid, terpenoid dan flavanoid yang dapat digunakan untuk mengendalikan serangga.
5.    Sirih (Piper betle)
            Kandungan kimia daun sirih adalah minyak atsiri 0,8 - 1,8 %  (terdiri atas chavikol, chavibetol (betel phenol), allylprocatechol (hydroxychavikol), allypyrocatechol-mono dan diacetate, karvakrol, eugenol, p.cymene, cineole, caryophyllene, cadinene, esragol, terpenena, seskuiterpena, fenil propane, tannin, diastase, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, gula, pati dan asam amino.  Chavikol yang menyebabkan sirih berbau khas dan memiliki khasiat antibakteri (daya bunuh bakteri lima kali lebih kuat daripada fenol biasa).
Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap.
6.    Serai (Andropogon nardus L.)
            Daun serai wangi (Andropogon nardus L.). Serai wangi memiliki kandungan kimia yang terdiri dari saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid dan minyak atsiri. Minyak atsiri serai wangi terdiri dari sitral, sitronelal, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, metilheptenon, dipentena, eugenol metil eter, kadinen, kadinol dan limonene. Senyawa geraniol dan sitronellal dilaporkan dapat berfungsi sebagai fungisida nabati. Eugenol yang terkandung dalam serai wangi mempunyai pengaruh dalam menghambat pertumbuhan dan perkembangan jamur patogen.  Tanaman ini dapat mengendalikan Tribolium sp,; Sitophilus sp.; Callosobruchus sp.; Meloidogyne sp.; dan Pseudomonas sp.
7.    Rimpang Jeringau
            Rimpang jeringau mengandung bahan aktif arosone, kalomenol, kalomen, kalameone, metil eugenol yang jika dikombinasi dengan bahan aktif daun sirsak akan efektif mengendalikan hama wereng.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa ekstrak daun mimba, ekstrak daun sirsak, ekstrak daun sirih-tembakau, dan ekstrak belengse dari karakter fisik (warna dan endapan) sama, secara umum ekstrak yang terbentuk berwarna korelasi hijau dan semua ekstrak kecuali ekstrak daun sirih-tembakau terdapat endapan yang merupakan suspensi dari ekstrak yang telah dibuat. Pada saat baru diekstrak semua perlakuan daun beraroma menyengat daun (aroma bisa dipengaruhi dari berbagai zat yang terkandung di dalam ekstrak). Hal ini menunjukkan bahwa senyawa-senyawa yang terkandung di dalam ekstrak, yang berupa senyawa fenol pada daun bereaksi sehingga menimbulkan aroma pada setiap perlakuan. Selain berbahan baku ekstrak daun, pembuatan pestisida nabati juga ditambahkan senyawa pelarut seperti sabun colek dan alkohol. Penambahan sabun colek pada ekstrak daun-daun tersebut bertujuan agar bisa merekatkan berbagai senyawa yang terdapat pada larutan ekstrak  nabati, yang pada dasarnya saling terlepas, sehingga dengan adanya penambahan detergen diharapkan senyawa-senyawa (senyawa yang mengandung bahan aktif untuk mengendalikan hama) tersebut saling berikatan, sehingga pestisida nabati akan menjadi cukup efektif dalam mengendalikan hama, juga agar pestisida nabati ini saat disemprotkan bisa melekat cukup lama pada tanaman.
Setelah disimpan selama 24 jam, terjadi perubahan aroma dan perubahan warna pada ekstrak. Secara umum aroma ekstrak yang tadinya menyengat dan beraroma sabun colek menjadi lebih meningkat dan warna ekstraknya pun menjadi lebih kecoklatan dan kekuningan. Pada ekstrak daun mimba setelah setelah disimpan sehari warnanya cenderung sama yaitu hijau, namun aroma ekstrak ini berubah menjadi aroma mirip bawang putih. Untuk ekstrak daun sirsak, warnanya juga tidak terlihat mengalami perubahan yaitu tetap hijau tua, sedangkan aromanya berubah semakin menyengat. Ekstrak daun sirih-tembakau, ekstrak ini menggunakan dua bahan yang sama-sama beraroma kuat, namun sejak pertama hingga hari kedua aroma ekstrak ini lebih kuat beraroma daun sirih, dibandingkan aroma daun tembakau. Ekstrak balengse juga terbuat dari beberapa bahan baku, yaitu mimba, lengkuas dan serai. Bahan-bahan tersebut memiliki aroma kuat dan bisa dibedakan dengan jelas. Namun setelah dari awal pengamatan hingga hari kedua aroma serai lebih tercium kuat daripada bahan lain, sedangkan warna ekstrak ini berubah menjadi hijau kekuningan.
 Pada pengamatan hari ke-3,atau pengamatan terakhir secara umum aroma ekstrak yang tadinya menyengat menjadi lebih meningkat dan warna ekstraknyapun menjadi kekuningan dan kehitaman. Ekstrak daun mimba diakhir pengamatan diketahui berwarna tetap seperti semula, yaitu hijau, beraroma bawang putih menyengat, dan terbentuknya endapan. Untuk ekstrak daun sirih warnanya berubah menjai hijau kehitaman, beraroma menyengat dan terbentuk endapan. Ekstrak daun sirih-tembakau telah berubah warna menjadi hijau kekuningan, aroma daun sirih semakin menyengat meskipun sampai akhir pengamatan tidak ada endapan. Ekstrak balengse telah berubah warnanya menjadi kuning kehijauan, bau serai semakin menyengat dan endapan putih telah terbentuk.
Penyebab ekstrak beraroma lebih menyengat bisa dikarenakan adanya fermentasi pada ekstrak tersebut yang kemungkinan besar adanya peran dekomposisi dari mikrobia yang mungkin terlarut dalam ekstrak sehingga muncul aroma yang lebih busuk, sebagaimana sampah-sampah organik yang jika dibiarkan akan semakin beraroma busuk. Sedangkan terjadi perubahan warna bisa karena terjadi pengendapan (suspensi yang mengandung warna hijau akibat klorofil terendapkan) sehingga larutan nampak lebih coklat bida juga warna hijau yang ditimbulkan klorofil mulai hilang karena klorofil sudah mulai rusak tidak ada produksi klorofil sebagaimana dedaunan yang masih melekat pada pohon, sehingga semakin lama klorofil daun akan rusak dan warna hijaunya mulai terdegradasi menjadi lebih kecoklatan. Endapan yanng terjadi semakin banyak. Walaupun pestisida nabati banyak keunggulannya dibandingkan dengan pestisida sintetik, keefektifannya dalam mengendalikan hama masih lebih efektif jika menggunakan pestisida kimia karena memang diproduksi dari bahan-bahan beracun, sehingga jika menggunakan pestisida nabati perlu pengaplikasian yang lebih sering dibandingkan pengaplikasan pestisida sintetik. Hal tersebut dibuktikan pada pembuatan pestisida nabati pada praktikum ini yang selalu mengalami perubahan indikator setelah melewati masa penyimpanan.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pembuatan pestisida nabati yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau  bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah.
2.    Pestisida nabati tidak bisa digunakan secara langsung, namun harus melewati tahap penyimpanan dan fermentasi. Terbukti melalui pengamatan karakter ekstrak pestisida nabati selau meningkat setelah masa penyimpanan.
5.2 Saran
            Praktikan diharapkan lebih fokus dan efisien waktu terhadap jalannya proses praktikum. Praktikan juga diharapkan lebih cermat dalam melakukan pengamatan agar data yang diperoleh lebih detail. Selain itu alat yang digunakan saat praktikum hendaknya ditambah, sehingga praktikan lain tidak menunggu lama.
DAFTAR PUSTAKA
M.Thamrin, S. Asikin, Mukhlis dan A.Budiman. 2005. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Jurnal Pertanian. Vol.3(1): 35-54
Octavia Dona, Dkk  .2008. Keaneka ragaman jenis tumbuhan sebagai pestisida alami di Savana Bekol Taman Nasional Baluran. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol.5(4):355-365.
Raharjo, Ari, dkk. 2010. Membuat Pestisida Organik. Jakarta : PT AgroMedia Pustaka.
Santosa, S.J dan Sumarmi. 2008. Pengendalian Plutella xylostella dan Crocidolomia binotalis pada Tanaman Kobis dengan Insektisida Hayati. Jurnal Eksplorasi Vol. XX, No 1 tahun 2008.
Subiyakto. 2009.  Ekstrak Biji Mimba Sebagai Pestisida Nabati: Potensi, Kendala, dan Strategi Pengembangannya. Perspektif Vol. 8 No. 2 / Desember 2009. Hlm 108 – 116
Tombe, Mesak. 2008. Pemanfaatan Pestisida Nabati Dan Agensia  Hayati Untuk Pengendalian Penyakit Busuk  Jamur Akar Putih Pada Jambu Mete. Buletin Littro. Vol.19(1): 68 -77