Selasa, 14 Januari 2014

Isolasi fungi dari tanah gambut

Peran Penting Lahan Gambut

Secara fisik, lahan gambut merupakan tanah histosol yang umumnya selalu jenuh air atau terendam air sepanjang tahun. Menurut Foth (1991) tanah histosol terbentuk dari tanah jenuh air terus menerus paling sedikit sebulan dalam satu tahun. Tanah  histosol sangat dipengaruhi oleh vegetasi alami yang ditimbun di dalam air dan tingkat perombakannya. Suriadikarta & Mas (2007) menjelaskan bahea, dalam praktek, tanah gambut yang digunakan memiliki kedalaman minimal 50 cm. Pada tahap awal, proses pengendapan bahan organik terjadi di daerah cekungan di belakang tanggul sungai. Dengan adanya air tawar dan air payau yang menggenangi daerah cekungan, proses dekomposisi bahan organik menjadi sangat lambat. Selanjutnya secara perlahan-lahan terjadilah akumulasi bahan organik, yang akhirnya terbentuk endapan gambut dengan ketebalan yang bervariasi.
Lahan gambut adalah lahan yang terbentuk dari bahan organik  berupa (1) bahan jenuh air dalam waktu lama dengan kadar bahan organik paling sedikit 12%, atau (2) bahan tidak jenuh air selama kurang dari beberapa hari dengan kadar bahan organik paling sedikit 20% (Noor  2004).
Lahan gambut (kadang-kadang disebut rawa gambut) terbentuk dari tanaman-tanaman yang tergenang air terurai secara lambat. Gambut yang terbentuk terdiri atas berbagai bahan organik tanaman yang membusuk dan terdekomposisi pada berbagai tingkatan. Tingkat dekomposisi/kematangan gambut serta kedalaman gambut sangat mempengaruhi kualitas lahan gambut. Berdasarkan tingkat dekomposisinya gambut tergolong dalam gambut fibrik (dekompoisi awal), hemik (dekomposisi pertengahan), saprik (dekomposisi lanjut) (Noor 1996). Ciri-ciri khas dari  lahan gambut adalah mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi (lebih dari 65%). Gambut yang terbentuk dapat mencapai kedalaman lebih dari 15 m (Moore & Nina  2003).
Umumnya, kawasan gambut membentuk kubah yang tebal di bagian tengah yaitu diantara dua sungai dan makin mendekati tepi atau pinggir sungai ketebalan gambut makin tipis. Ketebalan gambut dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, dibeberapa wilayah rawa yang berada pada ketinggian 1 m – 2 m dari permukaan laut, ketebalan gambut relatif tipis, tetapi di wilayah pesisir ketebalan gambut sekitar 0,5 m – 2,0 m (Noor  2001).
Hutan rawa gambut ditumbuhi oleh beberapa jenis vegetasi. Dari arah sungai menuju ke tengah kubah gambut terdapat perubahan yang berlanjut dalam komposisi spesies dan struktur hutan. Sungai-sungai tersebut didominasi oleh rerumputan apung dan tumbuhan palem yang berduri dan melilit, yang dapat menghalangi sungai tersebut, membuat sulit bahkan tidak bisa untuk diarungi. Tumbuhan palem dan beraneka ragam pohon besar seperti Terentang, Pulai dan Meranti mendominasi di sekitar sungai. Keragaman tersebut mulai berkurang dengan jelas terlihat menuju area deposit gambut yang lebih dalam di sekitar pusat dari kubah gambut tersebut. Salah satu spesies khas di rawa gambut adalah Ramin, yang merupakan jenis pohon yang bernilai komersial tinggi.   Hanya   ada sedikit   spesies   yang   tahan   terhadap   kondisi   pasokan   unsur   hara   yang amat   sedikit   dan   juga   simpanan  air  yang  hampir   selalu   konstan  di bagian  hutan ini, membuat pertumbuhan  pohon-pohon  menjadi   terhambat. Di beberapa wilayah,  pepohonan  tumbuh  tidak lebih dari ketinggian 10 hingga 15 meter (Central Kalimantan Peatlands Project  2006).

Hasil penelitian menyimpulkan fungi yang terdapat dalam tanah gambut 

  1. Diketahui 8 spesies fungi dominan dari tanah gambut Desa Sei Siarti, Kabupaten Labuhan Batu yaitu: Aspergillus sp.1, Aspergillus sp.2,
    Fusarium sp., Penicillium chrysogenum, Penicillium digitatum,
    Penicillium
    sp., Curvularia sp., dan Mucor sp.
  2. Pada tanah gambut jenis saprik fungi yang ditemukan 4 spesies fungi yaitu: Aspergillus sp.1, Fusarium sp., Aspergillus sp.2 dan Penicillium chrysogenum, dengan total populasi sebesar 10370 cfu/ml.
  3. Pada tanah gambut jenis hemik fungi yang ditemukan 5 spesies fungi yaitu: Penicillium chrysogenum, Mucor sp., Penicillium digitatum, Curvularia sp., Penicillium sp., dengan total populasi sebesar 1970 cfu/ml.
  4. Pada tanah gambut jenis fibrik fungi yang ditemukan 2 spesies fungi yaitu: Aspergillus sp.1, dan Mucor sp., dengan total populasi sebesar 3700 cfu/ml.

 Teknik isolasi

Cara isolasi fungi dari tanah
Berdasarkan Hadioetomo (1990), isolasi fungi dilakukan dengan metode pengenceran ekstrak tanah gambut. Tanah gambut jenis fibrik dimasukkan sebanyak 10 g ke dalam tabung Erlenmeyer yang berisi air steril sebanyak 100 ml dan diaduk hingga merata, kemudian diambil 1 ml sampel dari tabung Erlenmeyer dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi I (pertama) yang berisi 9 ml air steril dengan pengenceran 10-1. Kemudian dari tabung reaksi I diambil 1 ml dan dimasukkan ke tabung reaksi II (kedua) yang berisi 9 ml air steril. Dan dari tabung II diambil 1 ml lalu dimasukkan ke tabung reaksi III (ketiga) yang berisi air steril 9 ml. Setelah itu, dari tabung reaksi I, II, dan III dituang 0,1 ml ke dalam cawan Petri I, II, dan III yang telah berisi media PDA dengan menggunakan pipet tetes mikro kemudian disebarkan dengan spatula secara merata pada permukaan PDA sampai kering dan dibiarkan sampai miselium fungi tumbuh pada media biakan tersebut. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar