Rabu, 29 Januari 2014

Zat Aktif Dalam Tanaman

1.    Musilago (Lendir)
Musilago terdapat pada banyak tanaman , bahan ini berasal dari polisakarida. Musilago dengan banyak air membentuk massa kental seperti “jelly”. Musilago dapat melapisi dinding bagian dalam saluran pencernaan dan melindungi dari iritasi, keasaman, dan perdangan. Musilago dapat bermanfaat untuk melapisi dan melindungi dinding bagian dalam tenggorok, saluran kencing dan lain-lain. Contoh : camcao.
2.    Fenol
Minyak atsiri yang terdapat pada tanaman sering mengandung zat yang termasuk kelompok fenol. Beberapa contoh timol terdapat pada tanaman Timi, eugenol pada sirih, fenol juga terdapat pada Cabai jawa dan lada. Fenol berguna sebagai antiseptik untuk mengurangi radang. Fenol murni menimbulkan iritasi pada kulit dan harus dilunakkan atau diencerkan.
3.    Tanin
Tanin terdapat dalam bagian tanaman tertentu, seperti daun, buah, kulit kayu, dan batang. Pada buah yang muda sering terdapat tanin, kadar tanin menurun sejalan dengan menuanya buah. Tanin merupakan antiseptik untuk mencegah hama serangga dan kapang yang akan menganggu kehidupan yanaman bersangkutan. Tanin dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
                            a.       Katekol, Contoh : Gambir
                            b.       Pirogalotamin, Contoh : Manjakan
Tanin banyak dimanfaatkan sebagaiobat keputihan, peradangan, dan untuk melangsingkan tubuh. Kulit delima putih, manjakan, dan gambir merupakan bahan baku yang mengandung tanin.
4.    Kumarin
Kumarin dalam bentuk berbeda-beda banyak terdapat pada rempah dan sayuran. Bergapten terdapat pada seledri, digunakan untuk tabir surya. Kumarin terdapat pada biji seledri.
5.    Antrakuinon
Antrakuinon terdapat pada tanaman kelembak, sena, trengguli digunakan untuk mengobati sembelit. Zat ini bersifat laxans. Dalam penggunaannya yang berlebihhan dapat menimbulkan iritasi pada dinding intestinal. Antrakuinon akan mempermudah buang air besar, kadang-kadang tinja tidak berbentuk padat, tetapi berbentuk cair (Mencret).
6.    Flavonoid
Flavonoid banyak terdapat pada tumbuhan. Selain berguna sebagai antiradang, zat ini terutama berguna dalam menjaga kesehatan. Rutin merupakan flavonoid yang benyak terdaat pada tanaman jeruk, seperti jeruk nipis, jeruk lemon dan bayam duri. Rutin bermanfaat untuk memperkuat dinding kapiler.
7.    Antosian
Pigmen yang memberi warna biru, merah dan ungu pada bunga dan buah. Warna pada bunga bermanfaat untuk membantu penyerbukan. Bagi manusia, pigmen tersebut ada yang dimanfaatkan untuk memberi warna pada makanan.pada dunia pengobatan, antosian digunakan untuk mencegah mengerasnya pembuluh darah.
8.    Glukosilinat
Glukosianat terdapat pada tumbuhan yang termasuk dalam kelompok bumbu. Glukosilinat mempunyai efek iritasi pada kulit menyebabkan radang dan lepuh. Param yang mengandung zat ini digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri, dan untuk melencarkan peredaran darah sehingga sumbat pada saluran darah dapat disingkirkan dan aliran darah diperlancar. Glukosilinat dapat juga mengurangi fungsi dari tiroid.  Zat ini terdapat pada tanaman sunapis Alba dan Lobak.
9.    Minyak atsiri
Kebanyakan bahan baku yang digunakan untuk jamu bersal dari familia Zingiberaceae, komponen aktif yang dikandung antara lain minyak atsiri. Selain terdapat tanaman familia Zingiberaceae seperti jahe, kencur, dan temulawak. Minyak atsiri juga terdapat pada familia Labiatae (berasal dari rambut kelenjar), piperaceae (berasal dari sel paenchym) , umbelliferae (berasal dari kelenjar minyak), Rutaceae (berasal dari kelenjar lisigin atau sizolisigen). Tanaman yang menganung minyak atsiri adalah kapulogo, adas, kayu putih, pala, selasih, kemukus, jahe dan lain-lain. Minyak atsiri berkhasiat sebagai antiseptik yang kuat. Beberapa minyak atsiri yang mengandung seskuisperten berkhasiat sebagai antiradang.
10. Saponin
Saponin antara lain terdapat pada tanaman yang termasuk familia Liliaceae, Amaryllidaceae, dan Dioscoreceae. Saponin dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu saponin triterpenoid dan saponnin steroid. Saponin steroid mempunyai aktivitas sebagai hormon. Saponin triterpenoid sering dimanfaatkan sebagai ekspektoran mengangkat lendir kotoran (obat batuk). Saponin untuk obat luar dapat bersifat membersihkan. Disamping itu tanaman yang mengadung saponin sering dimanfaatkan untuk meracuni ikan. Contoh tanaman yang mengandung saponin adalah daun mangkokan , nilam, jenu, gandung, dan bangkoang.
11.Glikosida jantung
Glikosida jantung jarang digunakan untuk jamu karena beracun. pada saat ini banyak dibutuhkan obat jantung maka yanaman yang mengandung zat aktif sebagai glikosida jantung banyak diteliti. Sebagai contoh digitalis yang langsung berfungsi pada jantung memberi kekuatan bila jantung melemah. Glikosida jantung biasanya mempunyai sifat peluruh air seni (Diuretik) yang berakibat menurunkan tekanan darah dan mengobati bengkak.
12. Galikosida sianogen
Dalam dosis berlebihan glikosida ini beracun karena mengandung ikatan sianida. Dalam dosis kecil zat ini mempunyai sifat sebagai  sedatif dan sebagai relaksan jantung dan otot. Sengitan mengandung glikosida sianogen dan sering untuk pengobatan masuk angin (batuk).  Singkong genderuwo yang pernah digunakan untuk obat kenker kemungkinan mengandung zat ini.
13.Alkaloid
Alkaloid terdapat pada tanaman yang termasuk familia Leguminosae, Papaveraceae, Ranunculaceae, Rubiaceae, Solanaceae dan Berberidaceae. Alkaloid dapat dijumpai pada berbagai bagian tanaman, misalnya biji (pinang, kopi), buah (lada, kemukus), daun (tembakau, kecubung), kulit kayu (kina, pulai), akar (delima), dal lain-lain. Alkaloid termasuk zat aktif yang beracun. rasa pahit merupakan peringatan agar manggunakannya secara hati-hati. Alkaloid digunakan untuk berbagai penyakit. Alkaloid pada tanaman tapak dara sering digunakan untuk pengobatan kanker.
14.Zat pahit
Banyak tanaman yang mengandung bahan aktif yang rasaya pahit. Rasa pahit tersebut merangsang sekresi pada glandula salivari dan organ pencernaan. Dengan meningkatkan nya fungsi pencernaan dan absorbsi sari makanan, mengakibatkan nafsu makan akan meningkat dan tubuh akan menjadi sehat bugar.
Zat pahit juga berungsi untuk membersihkan darah sehingga kulit menjadi bersih dan terhindar dari berbagai penyakit kulit.
15.Vitamin
Vitamin merupakan zat esensial yang diperlukan tubuh manusia. Kekurangan vitamin akan menggagu kesehatan. Vitamin sangat diperlukan oleh tubuh karena zat ini merupakan katalis dari suatu proses. Vitamin dari bahan alam terdapat pada sayuran, buah-buahan. Biji padi-padian, dan lain-lain. Vitamin ada beberapa maca, sebagai berikut :
Vitamin A
Vitamin A belum pernah didaptkan dialam. Dialam terdapat provitamin A (beta karoten) yang kemudian diubah oleh hati menjadi vitamin A.  Provitamin A terdapat pada wortel, bayam, buah-buahan dan sayuran berwarna. Vitamin A diperlukan untuk kesehatan mata,  pertumbuhan,  dan kesegaran selaput lendir usus.
Vitamin B
Vitamin ini terdapat dalam biji padi-padian dan khamir. Vitamin yang terpenting adalah :
Vitamin B1  = bermanfaat pada sistem saraf
Vitamin B2 = bermanfaat pada sistem pencernaan, membantu produksi energi, dan perawatan funsi syaraf.
Vitamin B6   = berpengaruh pada pencernaan protein
Vitamin C
Vitamin ini terdapat dalam buah-buahan seperti jeruk lemon, dan tomat. Vitamin C diperlukan untuk mencegah nfeksi (Sariawan), pembentukan tulang, mengaktifkan fungsi sel perfnafasan, dan pembuluh darah.
Vitamin D
Provitamin D terdapat dalam jumlah kecil pada biji coklat, buah avokad dan khamir. Kekurangan vitamin D mengakibatkan penyakit rakhitis, kaki bengkok bentuk O dan X.
Vitamin E
Vitamin E terdapat dalam biji padi-padian, salada air, kecambah,  buah avokad dan lain-lain. Vitamin E meningkatkan fungsi otot, mengembangkan kelenjar kelamin dan menyuburkan peranakan.
Vitamin F
Kekurangan vitamin F belum diketahui dampaknya.bahan ini digunakan untuk mengobati eksim, luka bakar dan penyakit kulit lainnya. Sebagai obat dalam, vitamin ini digunkana untuk mengurangi kadar kolesterol dalam darah.
Vitamin K
Vitamin ini berfungsi sebagai ko-aguulan darah. Vitamin K terdapat dalam bayam.
Vitamin P
Vitamin ini berfunsi untuk memperbaiki fungsi sistem pembuluh darah. Dalam tanaman terdapat bersama-sama dengan vitamin C.
16.Mineral
Mineral berasal dari tumbuh-tumbuhan. Mineral seperti vitamin sangat dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk menjaga agar organ tubuh dapat berfungsi secara normal. Beberapa contoh mineral adalah sebagai berikut :
Kalsium dan fosfor untuk kesehatan gigi dan tulang
Seng mencegah gangguan prostat
Selenium mempengaruhi proses penuaan dan mengerasnya jaringan
Besi untuk pembentukan butir darah merah
Mangan untuk menjaga sistem saraf pusat agar berfungsi normal dan dapat membantu memperbaiki daya ingat
Tembaga dan kobalt untuk pembentukan hemoglobin
Belerang untuk perawatan kulit, kuku dan rambut
Vanadium untuk mencegah meningkatnya kadar kolesterol dalam darah.
Contoh tanamana yng mengandung mineral, Greges otot, keji beling, bayam duri, kumis kucing, bambu dan lain-lain. Kebanyakan tanaman, terutama tanaman laut, banyak mengandung kalium. Yodium banyak terdapat pada tanamana yang tumbuh di atau dekat laut, semakin ke pegunungan semakin sedikit kadar yodiumnya.

sumber:http://www.syindjia.com/2011/03/manfaat-zat-aktif.html

Buat Mandiri Tanaman Sekeliling Kita....!!!!!!!!



bagi yang hobi bertanam, ingat niee.... jangan terlalu dimanjakan tanamannya......

ternyata istilah manja tidak hanya untuk manusia, untuk tanaman pun saya rasa berlaku juga....
gimana ?? kok bisa ??
setelah saya pikir-pikir mengapa sekarang ini banyak hama dan penyakit baru yang bermunculan, tanaman menjadi rentan terhadap hama penyakit, dan munculnya berbagai macam obat-obatan pertanian.
alasanya adalah sekarang ini setiap ada hama baru yang muncul maka akan memunculkan produk obat pertanian baru, hal tersebut saya rasa akan semakin menambah biaya produksi petani, selain itu juga akan berdampak pencemaran lingkungan mengingat para petani dalam mengaplikasikan ke lapang pada umumnya melebihi dosis yang dianjurkan.

selain dampak lingkungan, apakah hasil pertanian yang menggunakan obat-obatan tersebut tidak beresiko terhadap kesehatan jika dikomsumsi. jawabanya tentu beresiko, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

trus bagaimana dunkkk ??

hemm..... caranya budayakan pertanian organik.....
kenapa harus organik,,, karena dengan budidaya organik akan membuat tanaman menjadi mandiri....
pertama ni yang bisa dilakukan yaitu menggunakan pupuk organik dalam budidaya....
menggunakan pupuk organik sangat banyak keuntunganya dalam jangka pendek maupun jangka panjang, diantaranya nie selama saya bergelut dengan organik;

  • tanah menjadi lebih gembur.
  • makrofauna dan mikrofauna dapat aktif bergerak dan berkembangbiak
  •  dengan berkembangnya mikrofauna (bakteri, cendawan, actinomiset) akan membantu dalam proses penyediaan hara
  • keberlanjutan kehidupan dalam tanah akan lestari 
  • tanah menjadi sehat.... tanaman tumbuh baik dan sehat... 
sebenarnya masih banyak lagi keuntungan yang lainya dan yang ga kalah penting adalah membuat tanaman mandiri, mencari hara dengan memperlebar perkembangan akar sehingga perakaran menjadi luas,,,,,, semakin luas perakaranya maka bakteri-bakteri menguntungkan yang bersimbiosis semakin banyak sehingga ketersediaan hara akan tercukupi. nah selain itu juga bisa melindungi akar tanaman dari pathogen jahat lohh, penambahan bahan organik kedalam tanah juga meningkatkan aktivitas dan populasi mikroba tanah yang mungkin juga berperan sebagai mikroorganisme antagonis yang dapat berfungsi sebagai antagonis bagi patogen penyakit tanaman (Yulianti dan Nidar, 1999). Pemberian pupuk organik menjadikan vigor akar dan batang tanaman lebih kokoh sehingga mengurangi serangan beberapa OPT


Keuntungan lain penggunaan pupuk organic yang lain adalah, tanah tidak akan mengalami “over dosis” atau pencucian hara karena hara dari pupuk organic akan terjerap atau terdapat dalam ikatan tanah maupun berada dalam jerapan mikroorganisme.
 



Jumat, 24 Januari 2014

Aplikasi pestisida

salah satu cara mengaplikasikan pestisida nabati pada tanah sawah untuk hama yang berada di dalam tanah maupun dipermukaan tanah.

  • tutup saluran masuk air pada petakan sawah.
  • kuras air (air pada petakan dikeluarkan)
  • pestisida dituangkan dalam ember/bak,  tambahkan beberapa liter air.
  • ember/bak diletakan dibawah tempat masuknya air
  • air dan pestisida akan tersebar merata seiring dengan meratanya air mengalir pada lahan sawah.

Kamis, 23 Januari 2014

KUTU KUTU TANAMAN

KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn.)

Kutu kebul (bemisia tabaci) atau dipanggil juga kutu putih, secara internasional dikenal dengan silverleaf whitefly, merupakan salah satu dari lalat putih yang saat ini termasuk hama penting pertanian budidaya.


Ordo : Hemiptera;
 Famili : Aleyrodidae;
Genus : Bemisia;
Species : tabaci.
Mound dan Halsey (1978) melaporkan, bahwa Genus Bemisia mempunyai 37 spesies yang diduga berasal dari Asia.


Morfologi & Siklus Hidup
Morfologi /Bioekologi
Telur berbentuk lonjong agak lengkung seperti pisang, berwarna kuning terang, berukuran panjang antara 0,2 - 0,3 mm. Telur biasanya diletakkan di permukaan bawah daun, pada daun teratas (pucuk). Serangga betina lebih menyukai daun yang telah terinfeksi virus mosaik kuning sebagai tempat untuk meletakkan telurnya daripada daun sehat. Rata-rata banyaknya telur yang diletakkan pada daun yang terserang virus adalah 77 butir, sedangkan pada daun sehat hanya 14 butir. Uniknya, kutu kebul betina adalah diploid dan muncul dari telur yang dibuahi sedangkan lalat putih jantan adalah haploid dan muncul dari telur yang tidak dibuahi. Telur diletakkan berkelompok. Telur awalnya berwarna keputihan dan berubah menjadi coklat sampai menetas dalam waktu 5 sampai 7 hari.

Nimfa terdiri atas tiga instar. Instar ke - 1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Nimfa instar ke - 2 dan ke - 3 tidak bertungkai, dan selama masa pertumbuhannya hanya melekat pada daun. Stadium nimfa rata-rata 9,2 hari.
 
Penampakan pupa yang diperbesar (tahap keempat larva)
Gambar. tahap keempat larva

Imago atau serangga dewasa tubuhnya berukuran kecil antara (1 - 1,5 mm), berwarna putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Serangga dewasa biasanya berkelompok pada bagian permukaan bawah daun, dan bila tanaman tersentuh biasanya akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih. 
 
Lama siklus hidup (telur - nimfa - imago) pada tanaman sehat rata-rata 24,7 hari, sedangkan pada tanaman terinfeksi virus mosaik kuning hanya 21,7 hari.


 Habitat
Kutu kebul tumbuh subur di seluruh dunia terutama di kawasan iklim subtropis dan tropis, seperti Indonesia. Sedangkan populasi di kawasan iklim sedang tidak terlalu besar. Lingkungan dengan suhu dingin bahkan sering menyebabkan kematian larva dan lalat dewasa. Penelitian menunjukkan bahwa
kutu kebul mungkin berasal dari India.

Tanaman Inang
Tanaman yang dipengaruhi oleh kutu kebul sangat beragam, mencakup tanaman sayuran seperti: tomat, labu, mentimun, terong, okra, buncis dan kacang-kacangan, brokoli, kembang kol, kubis, melon, kapas, wortel, ubi jalar, dan sayuran lainnya. Tanaman hias pun tak luput dari serangan, seperti mawar, poinsettia, krep murad, lantana, lili, dll. Bahkan banyak dari jenis tanaman buah seperti mangga, rambutan, anggur, dll., tak luput dari serangannya.
Hama kutu kebul biasa bersarang di balik daun bawah dari tanaman inang
Gambar 6. Hama kutu kebul biasa bersarang di balik daun bawah dari tanaman inang
Dampak Ekologis
Kutu kebul merupakan hama yang sangat merugikan dan umum di dunia pertanian. Ia bisa menghancurkan tanaman dan menyebabkan transfer berbagai virus penyakit yang mempengaruhi produktivitas tanaman dengan cara yang berbahaya.
Kerusakan umum pada tanaman meliputi: terserapnya nutrisi tanaman, rusaknya daun, gugurnya daun. Beberapa kerusakan spesifik bisa terjadi pada tanaman inang tertentu, seperti daun perak pada labu, kematangan tidak teratur pada tomat, daun tomat keriting karena virus kuning vektor, batang putih pada brokoli dan kembang kol, batang putih pada poinsettia, dan akar putih pada wortel.
Serangga kecil ini membuat kekacauan dalam dua cara sederhana:
  • Pertama, sebagai parasit yang ‘mencuri’ makanan dari tanaman inangnya, dengan cara menusuk floem atau permukaan daun bawah dengan mulut dan menghisap nutrisi di dalamnya. Daerah yang terkena dapat memunculkan klorosis setempat. Lalat putih juga menghasilkan sekresi/zat lengket yang disebut embun jelaga (honeydew) atau embun madu yang tertinggal pada inang, biasanya menutupi permukaan daun bagian bawah. Embun ini dapat menyebabkan pertumbuhan jamur jelaga, yang akhirnya akan mengurangi kemampuan tanaman untuk menyerap cahaya. Alhasil pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, hasil panen rendah dan kualitas buruk. Hal ini juga mensyaratkan bahwa tanaman dan hasil panen perlu dicuci untuk melenyapkan embun sehingga menambah beban/biaya produksi bagi petani.
  • Masalah kedua adalah status terkenal sebagai vektor untuk penyakit tanaman. Kutu kebul seringkali dituduh sebagai pengantar virus pembawa penyakit, seperti virus mosaic kuning (yellow masaic virus) atau virus gemini yang menular dan merusak tanaman terutama daun. Virus vektor ini sering sekali menyerang tanaman budidaya penting seperti tomat, selada, singkong, dll PengendalianKarena kutu kebul sangat merusak, para ilmuwan berusaha mencari berbagai cara untuk memerangi hama ini.
    Sebagian besar alat kontrol yang telah dibuat mempengaruhi tanaman dan sifat-sifat tanah pada tingkat minimal. Para ilmuwan saat ini berfokus pada penargetan kutu kebul melalui mekanisme yang aman yang tidak menimbulkan polusi atau kontaminasi (seperti insektisida kimia). Hal ini penting untuk dapat mengurangi jumlah B. tabaci individu yang hinggap pada tanaman untuk mengurangi kerusakan tanaman seperti yang disebabkan oleh transmisi virus. Hama ini dapat terhalang dengan mengurangi pengendapan, penurunan oviposisi, dan mereda pengembangan populasinya.
    Beberapa kontrol utama yang bisa membantu antara lain:
  • Penggunaan musuh alami seperti empat spesies Eretmocerus (Eretmocerus sp, Eretmocerus Mundus, Eretmocerus hayati, dan Eretmocerus emiratus)
  • Pemanfaatan tanaman perangkap
  • Pelepasan pengatur pertumbuhan serangga
  • Pelaksanaan Light-Emitting Diode Dilengkapi CC perangkap (LED-CC).
  • Penerapan insektisida organik 
  •  
  • Musuh alami 
  • Musuh alami sangat efektif sebagai kontrol biologis. Spesies parasitoid (parasit), predator (pemangsa), dan patogen dari kutu kebul dapat menjaga populasi hama ini di bawah ambang batas. Keempat spesies dari Eretmocerus yang dikembangkan di Amerika: Eretmocerus mundus, Eretmocerus hayati dan Eretmocerus emiratus merupakan sekelompok individu genetik yang bersifat parasit bagi B. tabaci (kutu kebul) dan berfungsi sebagai agen pengendali biologis. Para ilmuwan sedang mempertimbangkan ide untuk melepaskan parasit ini agar mampu mengendalikan pertumbuhan populasi penghancur tanaman penting ini.  Sayangnya, tidak semua Eretmocerus dapat berhasil ditransplantasikan ke daerah di mana kutu kebul hadir karena perbedaan dalam preferensi iklim.
    Ada delapan golongan arthropoda berbeda yang menyerang B. tabaci Ini termasuk keluarga Phytoseiidae, Coccinellidae, Syrphidae, Anthocoridae, Nabidae, dan Miridae, Chrysopidae dan Coniopterygidae. Saat ini ada empat jenis yang tersedia secara komersial, mereka termasuk Delphastus pusillus, Macrolophus caliginosus, C. carnea, dan Chrysoperla rufilabris. D. pusillus adalah spesies kumbang kecil yang mengkilap hitam. Kumbang ini bisa menyedot habis isi kutu kebul dengan cara menusuk. Larva dan kumbang dewasa menyantap semua tahap kehidupan kutu kebul. Sedangkan C. rufilabris hanya memakan tahap larva atau tahap belum dewasa dari kutu kebul.
    Kutu pemangsa (Orius sp.) yang sedang memangsa pupa kutu putih
    Gambar. Kutu pemangsa (Orius sp.) yang sedang memangsa pupa kutu putih

    Pengatur Pertumbuhan Serangga
    Insektisida diketahui sangat mahal. Ditambah lagi, ‘perlawanan’ atau resistansi hama terhadap insektisida semakin hari semakin meningkat. Untuk mengatasi masalah ini, para ahli terus mengembangkan berbagai teknologi. Salah satunya yang kini banyak diaplikasikan di negara-negara maju adalah pyriproxyfen, yakni hormon pengatur pertumbuhan serangga atau insect growth regulator (IGR). Pyriproxyfen merupakan hormon yang bisa mempengaruhi keseimbangan hormonal dan kitin pada serangga muda, yang akan menyebabkan deformasi dan kematian selama fase berganti kulit dan pupa. Oleh karena itu pyriproxyfen dipandang efektif dalam mengurangi populasi kutu kebul, sehingga dapat mengurangi kerusakan buah, meningkatkan ukuran, berat, dan kualitas buah.
    Bemisia tabaci berganti kulit di daun. Kulit merupakan struktur kosong yang berwarna perak transparan
    Gambar. Bemisia tabaci berganti kulit di daun. Kulit merupakan struktur kosong yang berwarna perak transparan
    IGR tidak membunuh lalat putih dewasa, melainkan mensterilkan telur dari lalat dewasa. IGR juga merupakan inhibitor poten dari embriogenesis, pembentukan dewasa dan metamorfosis. Membunuh larva dan menjaga lalat dewasa dari menyelesaikan tahap nymphal terakhir. IGR dikatakan memiliki toksisitas yang rendah terhadap mamalia, ikan, burung dan lebah.

    Penggunaan Perangkap dan Penutup
    Sistem perangkap Light-Emitting Diode Equipped CC (LED-CC) yang dikembangkan oleh ahli fisiolog tanaman  Chang-Chi Chu dan Thomas Henneberry dikabarkan cukup efektif untuk menangkap hama bemisia tabaci. Awalnya, perangkap itu digunakan untuk sekedar memantau populasi kutu kebul, tetapi perangkap ditingkatkan efektivitasnya untuk program pengendalian hama kutu kebul sehingga populasinya dapat dibatasi.
    Perangkap itu sendiri terdiri dari cahaya LED hijau yang menarik lalat dan akhirnya lalat akan terjebak. Perangkat LED bekerja paling baik pada malam hari, investasinya murah dan tahan lama. Keuntungan lainnya, LED adalah parasit yang ramah lingkungan karena tidak membahayakan predator dari kutu kebul itu sendiri. Perangkap ini juga tidak menggunakan pestisida.
    Teknik lain yang dapat digunakan untuk mengurangi kerusakan akibat kutu kebul adalah penggunaan FRC, yakni penutup baris terapung, yang digunakan untuk menjaga tanaman dari paparan hama. Studi lapangan yang dilakukan di Australia telah menunjukkan bahwa penggunaan FRC dapat meningkatkan kualitas dan hasil panen.
    Penggunaan Tanaman Perangkap
    Kontrol lain yang juga penting adalah pemanfaatan tanaman lain sebagai perangkap. Tanaman squash (sebangsa labu, ketela, gambas) diketahui dapat bertindak sebagai tanaman perangkap untuk kutu kebul karena daya tarik lalat terhadap tanaman ini. Kutu kebul sebenarnya lebih tertarik pada tanaman labu daripada tomat dan tanaman budidaya lainnya.
    Tanaman Squash dapat efektif digunakan sebagai tanaman perangkap untuk menarik kutu kebul
    Gambar. Tanaman Squash dapat efektif digunakan sebagai tanaman perangkap untuk menarik kutu kebul
    Ketika labu difungsikan sebagai tanaman perangkap, ancaman virus gemini pada tomat dapat dikontrol. Percobaan ilmiah telah membuktikan bahwa menanam labu di sekitar tanaman tomat dapat mengatur populasi kutu kebul serta mengendalikan transmisi virus kuning. Tanaman lainnya yang dapat berfungsi sebagai tanaman perangkap termasuk melon dan mentimun.

    Pengendalian Berbasis Budaya

    Melalui metode kontrol budaya, diharapkan populasi kutu kebul dapat ditekan dan kerusakannya dapat diminimalisir. Ada beberapa usaha yang bisa diupayakan, antara lain:
  • Sanitasi yang baik diperlukan untuk pemeliharaan tanaman dan pengendalian populasi lalat.
  • Penanaman tanaman inang yang berbeda satu sama lain akan mengurangi jumlah tanaman lalat yang akan menginfeksi. Dengan demikian, kontrol yang terbaik adalah memaksimalkan jarak dan interval waktu penanaman antara tanaman inang. Daerah penanaman yang berbeda dapat membatasi risiko terinfeksi tanaman.
  • Gulma dan sisa-sisa tanaman inang harus segera dibuang untuk menghindari hadirnya kutu kebul.
  • Penerapan mulsa perak/aluminium dapat mengusir kutu kebul dewasa. Jadi, ketika menanam benih, pastikan bedeng tanam ditutup mulsa perak sehingga dapat mengurangi tingkat kolonisasi hama.
Penerapan Insektisida Organik
Selain dari solusi-solusi yang telah uraikan di atas, satu solusi lainnya yang juga cukup ampuh dalam mengendalikan hama kutu putih adalah dengan penerapan insektisida organik. Dewasa ini telah banyak beredar produk-produk insektisida organik yang bisa Anda beli di toko-toko pupuk. Insektisida organik tidak lain pengendali hama serangga yang diramu dari berbagai bahan alami, biasanya rempah-rempah, akar dan daun tanaman tertentu, dan terkadang sejumlah mikroba bermanfaat.

Beberapa kelebihan dari insektisida organik antara lain:
  • Meningkatkan daya tahan tanaman di mana tanaman tidak mudah terserang hama dan penyakit.
  • Insektsida alami umumnya bekerja menangkal berbagai hama umum sekaligus seperti: wereng, thrip, tungau, penggorok daun, dan serangga kecil lainnya.
  • Hama akan terusir (buka dibunuh seperti cara kerja insektisida kimia). Bersifat protektif, yang bereaksi dengan cara menolak hama (repellen) akibat rasa, aroma dan bau yang tidak disenangi oleh hama.
  • Karena alami, insektisida organik sangat ramah lingkungan (mudah terurai dan tidak meninggalkan residu).
  • Tidak menyebabkan kekebalan/resistensi terhadap hama.
  • Relatif aman bagi manusia.
 sumber:
http://www.taniorganik.com/kutu-kebulkutu-putih-bemisia-tabaci/
http://saungsumberjambe.blogspot.com/2011/08/kutu-kebul-bemisia-tabaci-genn.html

Rabu, 22 Januari 2014

Hama Tanaman Pertanian

Perilaku serangga hama merusak tanaman sehingga merugikan pertanian, diantaranya adalah:
a. Serangga menyerang (menggerek, melubangi, menghisap cairan, menggorok, menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada akar tanaman sehingga proses pengisapan/penyerapan unsur hara, air, dan lain-lain terganggu.
b. Serangga menyerang (menggerek, melubangi, menghisap cairan, menggorok, menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada batang atau cabang dan ranting sehingga pengangkutan (transportasi) zat makanan terganggu atau terhenti sama sekali sehingga tanaman menjadi layu atau mati.
c. Serangga menyerang (menggerek, melubangi, menghisap cairan, menggorok, menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada bagian daun sehingga proses fotosintesis terganggu (terhambat).
d. Serangga menyerang (menggerek, melubangi, menghisap cairan, menggorok, menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada bagian buah atau biji sehingga buah rusak ataupun bijinya hampa.
e. Serangga menyerang atau merusak (menggerek, melubangi, menghisap cairan, menggorok, menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada titik tumbuh tanaman.
f. Serangga sebagai vektor atau penular penyakit tanaman.
g. Mengambil bagian-bagian tertentu tanaman untuk dijadikan sarang atau tempat meletakkan telur, sehingga merusak tanaman.
h. Membawa serangga jenis lain yang berpotensi menjadi hama tanaman. 

Gejala Serangan Serangga Hama
Bentuk Gejala serangan serangga hama diantaranya ditentukan oleh jenis hama dan tipe alat mulut dari serangga hama tersebut. Berikut ini adalah contoh gejala serangan serangga hama menurut ordo serangga.
A. Ordo Lepidoptera (kupu-kupu & ngengat)
Dari ordo ini yang banyak merusak tanaman adalah larvanya (ulat). Tipe alat mulut larva menggigit-mengunyah. Akibat serangannya ialah bagian organ tanaman hilang atau rusak, pertumbuhan tidak normal, bahkan dapat menimbulkan kematian tanaman atau bagian tanaman.
B. Ordo Hemiptera (kepik)
Tipe alat mulut ordo Hemiptera adalah menusuk-mengisap. Bagian tanaman yang diserang akan mengalami kehilangan cairan sel. Bekas tusukan bisa menimbulkan nekrosa (kematian jaringan tanaman).
C. Ordo Orthoptera (belalang)
Tipe alat mulut ordo Orthoptera adalah menggigit-mengunyah. Akibat serangan hama ordo ini ialah bagian organ tanaman, terutama daun, mengalami kerusakan, bolong-bolong sehingga kemampuan fotosintesis berkurang.
D. Ordo Thysanoptera (thrips)
Tipe alat mulut ordo Thysanoptera adalah memarut-mengisap atau menusuk-mengisap. Serangan sering diikuti dengan masuknya udara ke dalam sel-sel yang telah diisap cairannya, sehingga tampak berwarna putih seperti perak.
E. Ordo Homoptera (aphid)
Tipe alat mulut hama ordo Homoptera adalah menusuk-mengisap. Akibat serangan hama ini tanaman mengalami kehilangan cairan sel sehingga warna daun menguning. Pada serangan berat, tanaman tampak seperti terbakar.
F. Ordo Diptera (lalat)
Stadium hama yang banyak merugikan tanaman adalah larvanya. Larva ordo Diptera sering disebut belatung atau tempayak. Tipe alat mulut tempayak adalah menggigit-mengunyah. Umumnya tempayak menyerang tanaman dengan cara menggerek dan masuk ke bagian dalam tanaman, kemudian memakan bagian dalam tanaman tersebut. Akibat serangannya bisa menim-bulkan perubahan bentuk, pembusukan, atau pertumbuhan tanaman ter-hambat (kerdil).
G. Ordo Coleoptera (kumbang)
Tipe alat mulut ordo Coleoptera adalah menggigit-mengunyah. Akibat serangan hama ordo ini ialah bagian organ tanaman hilang atau mengalami kerusakan.
Gejala serangan khas beberapa serangga hama penting, dibahas pada Sub Pokok Bahasan: Serangga Hama Penting Tanaman Pertanian. 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga
Kehidupan dan perkembangan hama tanaman dipengaruhi oleh faktor dalam (intern) yang dimiliki jenis hama itu sendiri dan faktor luar(ekstern), yaitu kondisi lingkungan, tempat hama melakukan aktivitasnya.
Faktor Dalam
A. Kemampuan Berkembang Biak
Kemampuan berkembang biak setiap hama berbeda-beda. Misalnya: penggerek padi putih (Tryporyza innotata) dapat bertelur rata-rata 150 butir dan maksimum 420 butir, kumbang beras (Sitophillus oryzae) bertelur maksimum 575 butir, lembing batu (Scotinophara sp.) selama hidupnya dapat menghasilkan telur 300-680 butir, Ngengat Heliothis assulta dapat ber­telur 500-2.000 butir.
Tinggi rendahnya kemampuan berkem­bang biak dipengaruhi oleh kecepatan berkembang biak" dan "perbandingan kela­min" (sex ratio). Hama tersebut semakin cepat berkembang biak, semakin tinggi kemampuan berkembangbiaknya. Perbandingan kelamin binatang umumnya 1:1. Misalnya: penggerek padi putih 1:2 (lebih banyak betina), kutu daun kelapa (Aspidiotus destructor), bila keadaan makanan cukup, perbandingan kelamin jantan dengan betina bisa 1:3. Namun, bila makanan kurang, bisa terjadi 90% jantan sehingga populasi berikutnya menurun.
Kecepatan berkembang biak dipengaruhi lagi oleh "keperidian" dan "jangka waktu perkembangan". Keperidian adalah besarnya kemampuan jenis hama untuk melahirkan keturanan baru, sedangkan jangka waktu perkembangan adalah waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan sejak dilahirkan atau telur dikeluarkan sampai masak kelamin (mulai dapat berkembang biak).
Waktu perkembangan (daur hidup) serangga hama umumnya relatif pendek. Misalnya: Ulat kubis (Plutella xylostella L.) 2-3 minggu, Wereng cokelat (Nilaparvata lugens) 21-28 hari, Ulat titik tumbuh kubis (Crocidolomia binotalis) 22-32 hari, Penggerek padi putih (Tryporyza innotata) 34-40 hari, Kumbang beras (Sitophillus oryzae) 30-45 hari, Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) ± 100 hari, Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.) 42-56 hari.
B. Sifat Mempertahankan Diri
Hama tanaman mempunyai alat dan kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap gangguan organisme lain di sekitarnya. Bentuk alat pertahanan tersebut bermacam-macam. Ada yang berupa bulu-bulu tajam, selubung, racun, bau-bauan, atau warna yang mirip tempat tinggalnya.
Contoh beberapa jenis hama dengan alat pertahanannya, diantaranya ulat kantong (Metisa plana Wlk.) membuat kantong sebagai tempat tinggal. Bila diganggu, ia akan segera menutup pintu kantong dan sembunyi di dalamnya; walang sangit (Leptocorixa acuta thumb.) mengeluarkan bau kurang sedap; belalang setan (Aularches miliaris), bila dipegang, akan mengeluarkan cairan berbau busuk; ulat perusak daun jeruk (Papilio memnon), bila diganggu, akan me­ngeluarkan bau yang menyengat hidung; ulat api (Darna trima mr., thosea asigna mr., dan setora nitens wlk.) memiliki bulu beracun sehingga bila terkena kulit akan terasa panas.
C. Umur Imago
Umur imago mempengaruhi peningkatan populasi hama. Semakin lama umur imago betina, semakin banyak pula kesempatan untuk bertelur. Bila keadaan (kondisi) lingkungan mendukung, imago bisa mencapai umur maksimal.
Kisaran umur imago beberapa jenis hama, antara lain sebagai berikut: Ngengat penggerek padi putih (Tryporyza innotata) 4-14 hari, Kepinding tanah (Scotinophara lurida Brum.) ± 7 bulan, Kepik Helopeltis theivora 5-10 hari. 
Faktor Luar
A. Iklim
Pengaruh Suhu. Serangga adalah organisme berdarah dingin (poikilotermal), dimana suhu tubuhnya sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Setiap serangga memiliki kisaran suhu tertentu. Di luar kisaran suhu yang ideal, serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Dekat titik minimum dan maksimum, serangga masih dapat bertahan hidup, tetapi tidak aktif. Keadaan ini dikenal dengan istilah "tidur" (diapauze). Keadaan tidak aktif karena berada dekat titik mini­mum disebut "tidur dingin" (hibernation), sedangkan yang terjadi dekat titik maksimum disebut "tidur panas" (aestivation). Kisaran suhu antara titik hibernasi dan titik aestivasi disebut "suhu efektif". Untuk melakukan aktivitasnya, setiap serangga memiliki kisaran suhu masing-masing. Suhu optimal bagi kebanyakan serangga adalah 26°C. Situasi hibernasi umumnya dimulai pada suhu 15°C, dan aestivasi pada suhu 38°C-45°C. Pada suhu optimum, kemampuan hama untuk melahirkan keturunan amat besar, dan kematian (mortalitas) sedikit. Misalnya, kumbang beras (Sitophillus oryzae) suhu efektifnya 26°C-29°C. Bila lebih dari 35°C, kumbang tersebut tidak bisa bertelur. Umur hama pun dipengaruhi suhu lingkungan. Wereng cokelat betina dewasa (Nilaparvata lugens) pada suhu 25°C dapat mencapai umur 42 hari, pada suhu 29°C mencapai 30 hari, dan pada suhu 33°C hanya mampu men­capai 9 hari.
Pengaruh Kelembapan. Kelembapan besar pengaruhnya terhadap kehidupan hama. Bila kelembapan sesuai dengan kebutuhan hidup serangga, serangga tersebut cenderung tahan terhadap suhu-suhu ekstrim. Pada suhu 18°C dengan kelembapan 70%, perkembangan telur hama gudang (Sitophillus oryzae) sampai menjadi dewasa membutuhkan waktu 110 hari. Sedangkan, pada suhu 18°C tetapi kelembapannya mencapai 89%, perkembangannya hanya mem­butuhkan waktu 90 hari. Aktivitas penyerangan pun dipengaruhi kelembapan. Hama gudang baru bisa menyerang apabila kadar air beras atau jagung di atas 14%. Hama thrips akan berkembang biak dengan normal pada kelem­bapan di atas 70%.
Pengaruh Curah Hujan. Air merupakan kebutuhan primer bagi setiap makhluk hidup. Begitu pula bagi hama tanaman pertanian. Bila air berlebihan, akan berakibat tidak baik terhadap perkembangbiakan dan pertumbuhan organisme hama. Banjir dan hujan deras bisa menimbulkan kematian kupu-kupu yang sedang beterbangan, Derasnya aliran air dapat menghanyutkan hama tanaman. Beberapa hama, seperti ulat daun kubis (Plutella xylostella) dan tungau, tidak tahan terhadap curah hujan yang besar sehingga pada keadaan demikian populasinya akan menurun.
Pengaruh Cahaya. Cahaya merupakan salah satu faktor ekologi yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan hama tanaman. Beberapa jenis hama mempunyai reaksi positif terhadap cahaya. Misalnya Penggerek padi putih (Tryporyza innotata), wereng cokelat (Nilaparvata lugens), anjing tanah (Gryllotalpa africana), waiang sangit (Leptocorixa acuta), kumbang katimumul hijau (Anomala viridis), dan kumbang beras (Sitophillus oryza) tertarik cahaya lampu pada malam hari. Ada beberapa hama yang aktif pada saat tidak ada cahaya atau malam hari (nokturnal), misalnya ulat grayak (Spodoptera litura), tikus (Rattus-rattus sp.), ulat tanah (Agrotis ipsilon}, dan jenis kalong (Pteropus sp.). Banyak pula hama yang aktif pada siang hari (diurnal), seperti waiang sangit, wereng cokelat, dan belalang kayu (Valanga nigricornis).
Pengaruh Angin. Angin berpengaruh terhadap perkembangan hama, terutama dalam proses penyebaran hama tanaman. Misalnya: Kutu daun (Aphid) dapat terbang terbawa angin sejauh 1.300 km. Kutu loncat (Heteropsylla cubana), penyebarannya dipenga­ruhi oleh angin. Seperti halnya pada tahun 1986, pernah terjadi letusan hama (outbreak atau explosive) kutu loncat lamtoro gung pada daerah yang luas dalam waktu relatif singkat. Belalang kayu (Valanga nigricornis zehntneri Krauss), bila ada angin dapat terbang sejauh 3 km-4 km. Selain mendukung penyebaran hama, angin kencang bisa menghambat bertelurnya kupu-kupu, bahkan sering menimbulkan kematian.
B. Tanah
Struktur dan kelembapan tanah berpengaruh besar terhadap kehidupan hama. Tanah berstruktur gembur, dengan kandungan bahan organik tinggi, dan kelembapan yang cukup, dapat mendukung perkembangan hama yang seluruh atau sebagian hidupnya di dalam tanah. Belalang kayu (Valanga nigricornis zehntneri Krauss) dan bekicot (Achatina fulica) meletakkan telurnya di dalam tanah yang gembur. Ulat tanah (Agrotis ipsilon), untuk pembentukan pupa dan bersembunyi pada siang hari, membutuhkan tanah yang gembur. Ulat heliothis (Heliothis armigera), penggerek buah durian (Hypoperigea leprosticta Hps.), ulat buah mangga (Philotroctis eutraphera Meyr), ulat petal (Mussidia pectinicornella Hamps), lalat buah (Bactrocera sp.), ulat titik tumbuh kubis (Crocidolomia binotalis), dan lain-lain menghendaki tanah gembur sebagai tempat berkepompong. Kumbang badak (Oryctes rhinoceros Linnaeus), kumbang catut (Dynastes gideon), dan kumbang kati­mumul (Holotrichia helleri), sebagian hidupnya berada di dalam tanah yang lembap, gembur, dan banyak mengandung bahan organik.
C. Tanaman Inang
Tanaman inang adalah tanaman yang menjadi makanan dan tempat tinggal organisme hama. Bila tanaman yang disukai terdapat dalam jumlah banyak, populasi hama cepat meningkat. Sebaliknya, bila makanan kurang, populasi hama akan turun. Pada musim kemarau (ketika tanaman padi tidak ada) sampai pengolahan tanah musim berikutnya, populasi tikus menurun dengan cepat sampai 70%. Kutu daun kelapa (Aspidiotus destructor rigidis), pada saat makanan kurang tersedia, akan menghasilkan keturunan hampir seluruhnya berkelamin jantan. Kumbang tembakau (Lasioderma serricorne} yang merupakan hama gudang, bila diberi makan bungkil kacang, hidupnya hanya 34-39 hari, sedang bila diberi daun tembakau kering, umurnya bisa mencapai 42-63 hari. Selain jumlah tanaman yang disukai, sifat tanaman pun mempengaruhi perkembangan hama tanaman. Ada tanaman yang tahan terhadap gangguan hama (resisten); ada pula tanaman yang tidak tahan (peka) terhadap hama.
Tanaman resisten adalah tanaman yang menderita kerusakan lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman yang lain dalam keadaan tingkat populasi hama dan keadaan lingkungan yang sama. Pada tanaman yang tahan, kehidupan dan perkembangbiakan hama akan terhambat. Penyebab resistensi tanaman, antara lain, adalah hal-hal berikut ini:
a. Antibiotik dalam Tubuh Tanaman
Antibiotik adalah semua pengaruh fisiologis pada serangga hama yang sifatnya sementara atau tetap, sebagai akibat serangga tersebut makan dan mencerna jaringan atau cairan tanaman tertentu. Bila suatu serangga dipindahkan dari tanaman yang tidak memiliki antibiotik ke tanaman yang memiliki antibiotik, akan terlihat gejala penyimpangan fisiologis pada serangga ter­sebut. Bentuk penyimpangan bisa berupa kematian larva, pengurangan laju pertumbuhan, peningkatan mortalitas (kematian) pupa, imago tidak bisa keluar dari pupa, morfologi imago tidak normal, dan lain-lain. Keadaan ini bisa terjadi antara lain karena hal-hal berikut ini, yaitu (1) ada metabolik toksik pada jaringan tanaman (alkaloid, glukosid, dan quinon); (2) unsur hara utama yang dibutuhkan serangga tidak terdapat pada tanaman inang; perbandingan unsur hara yang tersedia dalam tubuh tanaman tidak seimbang (tidak sesuai) dengan kebutuhan serangga; (3) ada enzim-enzim yang mampu menghalangi proses pencernaan ma-kanan dan pemanfaatan unsur hara oleh serangga hama.
Antibiotik yang telah dimanfaatkan untuk pengendalian hama, antara lain kandungan gosipol pada kapas, untuk ketahanan terhadap hama Heliothis; pengurangan kadar asparagin pada varietas padi agar tahan terha­dap wereng cokelat; kandungan dimboa (glucoside) pada tanaman jagung, untuk ketahanan terhadap penggerek batang Ostrinia furnacalis.
b. Nonpreference (Ketidaksukaan)
Nonpreference ialah adanya rasa ketidaksukaan serangga hama terhadap tanaman untuk makan, berkembang biak, dan berlindung. Kumbang mentimun (Diabrotica undecimpunctata Howardi) lebih menyukai mentimun yang memiliki kandungan kukurbitasin (suatu zat attraktan dan penggairah makan) tinggi dibanding dengan jenis mentimun lain yang kandungan kukurbitasinnya sedikit. Wereng daun kapas (Empoasca sp.) tidak menyukai tanaman kapas yang berbulu karena bulu-bulu tersebut menghalangi alat mulutnya (rostrum) dalam mengisap cairan tanaman. Penggerek padi kuning (Tryporyza incertulas) tidak menyukai kulit batang padi yang keras.
c. Sifat Toleran
Sifat "toleran" dalam resistensi tanaman ialah suatu kemampuan tanaman untuk menyembuhkan luka akibat serangan hama atau pertumbuhan tanaman yang lebih cepat sehingga serangan hama kurang berpengaruh terhadap basil bila dibandingkan dengan tanaman lain yang peka (rentan). Sifat toleran menunjukkan reaksi tanggap (respons) tanaman terhadap serangan hama. Sifat ini merupakan kebalikan dari mekanisme antibiotik dannonpreference sehingga ada beberapa ahli yang memisahkan antara sifat toleran dan resis­tensi tanaman.
D. Faktor Hayati
Prinsip faktor hayati adalah organisme yang berada dalam lingkungan hama tersebut. Faktor hayati dapat berupa binatang, bakteri, cendawan, dan virus yang menghambat perkembangbiakan hama tanaman karena memakan-nya, memparasiti, menjadi penyakit hama, atau bersaing dalam mencari makanan dan ruang hidup.
Binatang yang membunuh dan memakan binatang lain disebut "preda­tor", sedangkan binatang yang dimakannya disebut "mangsa". Ukuran preda­tor biasanya lebih besar daripada mangsanya. Predator hama amat banyak macamnya.
Parasit adalah binatang atau serangga yang hidupnya tergantung dari binatang atau serangga lain. Binatang yang digunakan sebagai tempat hidup dan makannya, disebut "inang". Ukuran parasit umumnya lebih kecil daripada inangnya. Bila predator memerlukan beberapa mangsa untuk melengkapi perkembangannya, parasit hanya memerlukan seekor inang saja. Parasit dapat menyerang telur, larva, nimfa, kepompong, dan inang dewasa.

Serangga Hama Penting pada Tanaman Pertanian
Contoh serangga hama penting tanaman pertanian dan gejala serangannya adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Contoh Serangga Hama Penting Tanaman Pertanian dan Gejala Serangannya
No
Ordo/Jenis hama
Tanaman inang
Gejala serangan
1. Ordo Lepidoptera:
a. Ulat plutella
- Kubis, kubis bunga, lobak, dan sawi
- Daun berlubang-lubang, pada serangan berat tinggal tulang daun saja.
b. Ulat croci
- Kubis
- Krop kubis berlubang-lubang.
c. Ulat tanah
- Kubis, bawang, seledri, melon, padi, dan lain-lain
- Tanaman muda terpotong, layu terkulai, dan mati.
d. Ulat jengkal
- Tembakau, kedelai, kubis, tanaman kacang2an.
- Daun bolong-bolong, kadang-kadang tinggal tulang daun saja.
Ordo/Jenis hama
Tanaman inang
Gejala serangan
e. Ulat grayak
- Bawang, cabai, kubis, kacang-kacangan, kapas, tembakau, dan lain-Iain (polifag).
- Bagian daun tampak putih karena tinggal lapisan epidermis saja.
- Pada serangan berat disisakan tulang daun tua saja.
f. Penggerek putih, kuning, bergaris, dan merah jambu
- Padi
- Daun muda menggulung, berwarna kuning kecokelatan, mudah dicabut; pangkalnya terdapat bekas gigitan ulat (sundep).
- Malai berwarna putih, berdiri tegak, hampa, mudah dicabut; pangkalnya terdapat bekas gigitan ulat (beluk).
g. Hama putih
- Padi
- Tampak jalur-jalur putih tembus cahaya
- karena hijau daun dimakan.
h. Hama putih palsu
- Padi
- Daun bagian ujung menggulung; tampak adanya jalur-jalur putih tembus
- cahaya karena hijau daun dimakan.
i. Heliothis
- Kapas, tomat, jagung, dan lain-lain (polifag)
- Buah muda berlubang; sebagian badan ulat sering tampak di bagian luar buah yang diserang.
2. Ordo Hemiptera
a. Kepik hijau
- Kacang-kacangan, kentang, dan lain-lain (polifag)
- Biji hitam, busuk, kulit biji keriput dan bercak-bercak cokelat; kadang-kadang polong kempes dan gugur. Daun bintik-bintik.
b. Kepik tanah
- Padi
- Bekas isapan berwarna cokelat. Bila serangan hebat, tanaman menjadi kering.
c. Walang sangit
- Padi, kangkung
- Bulir padi tampak kecokelatan, hampa.
- Bila masih berisi, kualitasnya rendah.
- Daun kangkung muda bintik-bintik hitam atau kecokelatan.
d. Helopeltis
- Teh, kakao
- Daun teh muda bercak-bercak cokelat kehitaman.
- Pada buah tua terdapat bercak-bercak hitam.
- Pada buah muda terdapat bercak hitam, keriput; kadang-kadang buah
- gugur.
3. Ordo Orthoptera
a. Belalang kayu
- Polifag, terutama pohon jati
- Daun bolong-bolong. Pada serangan berat, tinggal tulang daun saja.
b. Belalang bersungut pendek
- Padi
- Daun bolong-bolong besar memanjang.
c. Belalang sexava
- Polifag, terutama kelapa
- Daun tua rusak dimakan.
d. Anjing tanah
- Padi, kentang, tebu, dan lain-lain.
- Tanaman merana, layu, dan mati karena diserang akarnya.
4. Ordo Thysanoptera
a. Selenothrips
- Jambu biji, mangga, jambu monyet, salam, dan lain-lain (polifag)
- Terdapat putih perak pada daun, akhirnya cokelat dan mati.
b. Heliothrips
- Polifag, terutama kina
- Timbul warna putih perak, lalu daun gugur.





No
Ordo/Jenis hama
Tanaman inang
Gejala serangan
c. Drichromothrips
- Anggrek
- Timbul warna putih perak pada daun; tangkai bunga kerdil; mahkota bunga rontok.
d. Thrips tabaci
- Bawang merah, cabai bai, kentang, kacang- kacangan, tembakau, tomat, dan lain-lain
- Timbul warna putih perak, kadang-kadang mengeriting ke atas.
- Buah berubah bentuk; terdapat goresan cokelat muda pada kulit buah.
5. Ordo Homoptera
a. Wereng batang
- Padi
- Tanaman tampak seperti terbakar karena cairan tanaman diisap pada bagian pangkal batang.
b. Wereng daun
- Padi
- Daun tampak bercak-bercak cokelat. Serangan berat pada tanaman muda menyebabkan daun kering dan akhirnya mati.
c. Empoasca sp.
- Keluarga Malvaceae, Solanaceae, dan Leguminoseae
- Daun keriting; warna lebih tua, kadang-kadang kemerahan dan rontok.
d. Kutu daun
- Kapas, kentang, cabai, apel, bawang merah, jeruk, tomat, dan lain-lain
- Daun salah bentuk menjadi keriting atau
- keriput; warna pucat; kadang-kadang bunga dan buah gugur.
e. Kutu kebul
- Tanaman kacang-kacangan, kapas, tembakau, dan lain-lain
- Daun menguning, kemudian cokelat, akhirnya mengering dan mati.
6. Ordo Diptera
a. Ganjur
- Padi
- Daun muda berubah bentuk seperti tabung mirip daun bawang merah dengan warna putih ungu.
b. Lalat bisul
- Mangga
- Jaringan daun membesar, timbul bisulbisul bulat berwarna hijau, hijau kecokelatan atau keunguan. Di dalamnya sering terdapat tempayak
c. Lalat kacang
- Tanaman kacang-kacangan, jagung, dan padi
- Terdapat bintik-bintik putih dan alur lengkung pada kotiledon, daun pertama atau daun kedua. Akhirnya, tanaman
- layu dan mati.
d. Lalat penggerek batang
- Kedelai
- Terdapat bintik-bintik putih dan alur lengkung pada daun muda. Bila batang dibelah terdapat bekas gerekan hama berwarna cokelat, tanaman kerdil.
e. Lalat penggerek pucuk
- Kedelai
- Pucuk tampak layu kemudian mati (2-3 ruas). Bila bagian pucuk dibelah, terdapat bekas gerekan hama berwarna cokelat.
f. Lalat buah asia
- Mangga, pisang, pepaya, jambu biji, jeruk, dan lain-lain
- Bentuk buah kurang baik, benjol-benjol, busuk dan mudah rontok; di dalamnya terdapat tempayak.
7. Ordo Coleoptera
a. Kumbang catut dan kumbang badak
- Kelapa
- Daun muda seperti digunting berbentuk segi tiga atau huruf V Pelepah daun kadang kadang dimakan sehingga patah. Bila menyerang titik
- tumbuh, tanaman kelapa akan mati.





No
Ordo/Jenis hama
Tanaman inang
Gejala serangan
b. Kumbang katimumul
- Padi, jagung, tebu, pisang, kacang-kacangan, jeruk, dan lain-lain (polifag)
- Bila uret menyerang akar, tanaman merana Serangan uret pada kulit batang, menyebabkan tanaman mati
c. Epilachna
- Kentang, kedelai, tembakau, dan kangkung.
- Terdapat bercak ternbus cahaya pada daun Pada serangan berat tinggal tulang daun saja.
d. Hama boleng
- Ubi jalar
- Permukaan ubi bercak-bercak cokelat kehitaman. Bila ubi dibelah, terdapat terowongan-terowongan berwarna cokelat kehitaman dan mengeluarkan bau yang khas.
e. Kumbang bubuk beras
- Beras, jagung
- Beras atau biji jagung bolong-bolong. Pada serangan berat biji-bijian hancur atau
- bubuk.




sumber: http://aranthasclubhomevision.blogspot.com/2010/02/serangga-hama-tanaman.html [23/01/14]