LAPORAN
PRAKTIKUM PEMBUATAN EKSTRAK PESTISIDA NABATI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Residu
sejumlah bahan kimia yang ditinggalkan pestisida sintetik melalui berbagai
siklus secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi manusia. Namun
kenyataan bahwa pestisida atau bahan pembasmi serangga kini digunakan secara
luas oleh masyarakat petani. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi
serangga, dirasa sebagai kebutuhan pokok masyarakat dalam usaha budidaya
pertanian. Masyarakat juga belum mengerti pengetahuan akan pemakaian pestisida
kimia secara tepat sesuai dengan peraturan ambang ekonomi. Oleh karena itu
diperlukan solusi agar masyarakat mengurangi ketergantungannya terhadap
pestisida kima. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah mengalihkan
penggunaan pestisida kimia menjadi pestisida nabati.
Pestisida
nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian
tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi
berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin
yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan
atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan
sebagai pestisida. Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan. Keunggulan
pestisida nabati adalah murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani,
relatif aman terhadap lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman,
sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama, kompatibel digabung dengan cara
pengendalian yang lain, menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas
residu pestisida kimia.
Pestisida
dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan,
bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih
dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa
memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu
tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan
nabati sebagai pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk
mengendalikan hama belalang dan penggerek batang padi.
Namun
setelah ditemukannya pestisida sintetik pada awal abad ke-20, pestisida dari
bahan tumbuhan atau bahan alami lainnya tidak digunakan lagi.
Selain memiliki senyawa aktif utama dalam ekstrak
tumbuhan juga terdapat senyawa lain yang kurang aktif, namun keberadaannya
dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi). Serangga
tidak mudah menjadi resisten terhadap ekstrak tumbuhan dengan beberapa bahan
aktif, karena kemampuan serangga untuk membentuk sistem pertahanan terhadap
beberapa senyawa yang berbeda sekaligus lebih kecil daripada terhadap senyawa
insektisida tunggal. Selain itu cara kerja senyawa dari
bahan nabati berbeda dengan bahan sintetik sehingga kecil kemungkinannya
terjadi resistensi silang. Pada umumnya pestisida sintetik dapat membunuh
langsung organisme sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan pestisida nabati,
insektisida nabati tidak dapat mematikan langsung serangga, namun bersifat
Refelen, artinya yaitu menolak kehadiran serangga terutama disebabkan baunya
yang menyengat. Selain itu pestisida nabati bersifat Antifidan atau menyebabkan
serangga tidak menyukai tanaman, misalnya
disebabkan rasa yang
pahit.
1.2 Tujuan
Mengetahui
cara pembuatan pestisida nabati beserta karakter (aroma, warna, dan endapan)
pada berbagai jenis bahan pestisida nabati.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan pestisida
sintetik merupakan metode umum dalam upaya
pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman pertanian.
Kebanyakan pestisida sintetik memiliki sifat non spesifik, yaitu
tak hanya membunuh jasad sasaran tetapi juga membunuh organisme
lain. Pestisida sintetik dianggap sebagai bahan pengendali hama
penyakit yang paling praktis, mudah diperoleh, mudah
dikerjakan dan hasilnya cepat terlihat. Padahal penggunaannya
sering menimbulkan masalah seperti pencemaran lingkungan, keracunan
terhadap manusia dan hewan peliharaan dan dapat mengakibatkan resistensi serta resurgensi
bagi hama (M.Thamrin et al.,2005).
Ekstrak
mimba dan cengkeh telah banyak dapat menghambat pertumbuhan jamur patogenik
tanaman ekstrak atau eugenol asal daun, bunga dan gagang cengkeh telah
dibuktikan toksik terhadap F. oxysporum, F. solani, R. lignosis, P.
capsici, S. Roflsii dan R. solani. Kombinasi penggunaan produk cengkeh
dan kompos limbah tanaman telah terbukti dalam mengendaliakan penyakitbusuk
batang panili (BBP) an-tara 75 –85% (Tombe Mesak, 2008).
Pestisida
nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida nabati tidak
meninggalkan residu berbahaya pada tanaman maupun lingkungan serta dapat dibuat
dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang seerhana. Berikut
beberapa jenis tumbuhan yang berkhasiat mengendalikan hama pada tanaman Mimba (Azadirachta
indica). Daun dan biji dari tanaman mimba dapat digunakan untuk
mengendalikan ulat, kumbang, serta kutu daun yang selalu menyerang tanaman
pangan dan hortikultura. Zat yang terkandung dalam mimba mampu menghambat
pertumbuhan serangga hama. Tanaman mimba mengandung zat azadirachtan,
triol, salanin, dan nimbin. Selain mimba, tembakau (Niocotiana
tabacum L.) juga berpotensi digunakan sebagai insektisida nabati untuk
mengendalikan hama. Bagian tanaman tembakau yang dapat dimanfaatkan sebagai
insektisida nabati untuk mengendalikan daunnyaa, karena mengandung zat beracun
berupa nikotin (Raharjo., et al, 2010).
Pengendalian
penyakit dengan fungisida dan bakterisida sintetis oleh para petani kentang
selama ini tidak efektif dalam mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh
kapang patogen, banyak masalah yang merugikan bagi kehidupan manusia secara
langsung atau tidak langsung diantaranya menimbulkan residu yang melekat pada
hasil tanaman yang akan mengganggu kesehatan konsumen, pencemaran lingkungan
serta membunuh organisme lainnya yang bukan sasaran. Penggunaan agen
hayati berbahan baku biofungisida sehingga menjadi alternatif yang tepat untuk
mengendalikan mikroba patogen penyebab penyakit pada tanaman budidaya (Purwantisari,2008).
Pengendalian
hama dengan menggunakan pestisida alami dapat dijadikan pilihan paling tepat,
murah dan lestari. Pestisida organik bersifat mudah terurai menjadi bahan tidak
berbahaya dan juga dapat pula dipergunakan sebagai bahan pengusir atau repelen
terhadap serangga hama tertentu, menjadikannya alternatif dalam pengenalian
hama lestari yang ramah lingkungan (Octavia Dona.,et al, 2008).
Pembuatan
insektisida hayati dari bahan tumbuhan dapat diambil dari ekstrak biji mimba
dan ekstrak biji lada. Penggunaan insektisida dari ekstrak tumbuhan bersifat
aman bagi manusia dan ternak. Biji mimba dipilih sebagai bahan dasar pembuatan
insektisida non hayati karena sangat pahit da beracun. Sedang biji lada dipilih
karena rasa pedas dan panas yang ditimbulkan. Kedua estrak ini dihaapkan
efektif dan mempunyai daya bunuh terhadap dua jenis ulat Plutella
xylostella danCrocidolomia binotalis (Santosa dan Sumarmi,
2008).
Pestisida
nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman. Ekstrak biji
mimba dapat berperan sebagai larvisida dan ovisida, menghambat perkembangan
larva, memperpendek umur imago, dan mengurangi fekunditas. Pemanfaatan biji
mimba sebagai pestisida nabati dapat dibuat dengan dua cara, yaitu serbuk dan
ekstrak. Cara pertama adalah cara sederhana, dibuat serbuk. Biji mimba dibuat
serbuk sampai halus, direndam dalam air, disaring dan disemprotkan. Cara kedua
adalah ekstrak, yaitu biji mimba dibuat dengan cara melarutkan serbuk biji
mimba dalam pelarut organik (Subiyakto, 2009).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
acara “Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati” ini dilakukan pada hari Rabu tanggal
21 November 2012 pukul 07.00 – selesai, bertempat di Laboratorium Hama
Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.2 Alat
- Penumbuk/ penghalus
- Jirigen 5 liter
- Cutter
3.2.3 Bahan
1. Ekstrak Nimba
- Air 1 liter
- Alkohol 70% 1 cc
- Biji nimba 50 gram
2. Ekstrak Sirsak
- 50 lembar daun sirsak
- Satu genggam (100
gram) rimpang jeringau
- Satu siung bawang
putih
- Sabun colek 20 gram
- Air 2 liter
3. Ekstrak Sirtem (Sirih
dan Tembakau)
- 50 lembar daun sirih
- 50 lembar daun
tembakau atau satu genggam tembakau
- Air 2 liter
- Sabun colek 20 gram
4. Ekstrak Balengse
(Nimba, Lengkuas dan Serai)
- Daun nimba 400 gram
- Lengkuas 300 gram
- Serai 300 gram
- Sabun colek 20
gram/detergen
- Air 2 liter
3.3 Cara Kerja
1. Ekstrak Nimba
- Menumbuk daun nimba
dengan halus dan mengaduk dengan alkohol
- Mengencerkan dengan 1
liter air
- Melarutkan denga
mengendapkan semalam lalu menyaringnya
- Mengaplikasikan
larutan ke tanaman
- Serangga mati setelah
2-3 hari
2. Ekstrak Sirsak
- Menghaluskan daun
sirsak, jeringo, dan bawang putih
- Mencampur seluruh bahan
dan merendam dengan air selama 2 hari
- Menyaring larutan
- Untuk aplikasi 1 liter
larutan mencampur dengan 10-15 liter air
- Mengaplikasikan
larutan
3. Ekstrak Sirtem (Sirih
dan Tembakau)
- Menumbuk halus daun
sirih dan daun tembakau
- Mencampur bahan dengan
air dan mengaduk hingga rata
- Mendiamkan bahan
selama satu malam
- Menyaring larutan
kemudian mengencerkan (menambah dengan 50-60 air)
- Menggunakan larutan
yang sudah siap
4. Ekstrak Balengse
(Nimba, Lengkuas, Serai)
- Menghaluskan daun
nimba, lengkuas dan serai
- Melarutkan bahan yang
telah halus ke dalam 2 liter air
- Mendiamkan selama satu
malam
- Menyaring larutan dan
mengencerkan dengan 60 liter air
- Mengaplikasikan
larutan yang sudah siap untuk 1 ha lahan.
BAB 4. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel
1. Tabel Pengamatan Pestisida Nabati Parameter Warna Pestisida
No.
|
Jenis Pestisida
Nabati
|
Warna
|
||
Hari ke-1
|
Hari ke-2
|
Hari ke-3
|
||
1.
|
Ekstrak Daun Mimba
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
2.
|
Ekstrak Daun Sirsak
|
Hijau tua
|
Hijau tua
(Lumut)
|
Hijau kehitaman
|
3.
|
Ekstrak Daun Sirtem
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau kekuningan
|
4.
|
Ekstrak Daun Balengse
|
Hijau
|
Hijau kekuningan
|
Kuning kehijauan
|
Tabel 2. Tabel
Pengamatan Pestisida Nabati Parameter Aroma Pestisida
No.
|
Jenis Pestisida
Nabati
|
Aroma
|
||
Hari ke-1
|
Hari ke-2
|
Hari ke-3
|
||
1.
|
Ekstrak Daun Mimba
|
Daun mimba
|
Bawang putih
|
Bawang putih
|
2.
|
Ekstrak Daun Sirsak
|
Daun sirsak
|
Sabun colek, Bau wangi tapi menyengat
|
Sabun colek, Bau menyengat, Daun sirsak
|
3.
|
Ekstrak Daun Sirtem
|
Daun sirih
|
Daun sirih dengan bau menyengat
|
Bau serai menyengat
|
4.
|
Ekstrak Daun Balengse
|
Daun serai (dominan)
|
Bau serai menyengat
|
Bau serai menyengat
|
Tabel
3. Tabel Pengamatan Pestisida Nabati Parameter Endapan Pestisida
No.
|
Jenis Pestisida
Nabati
|
Endapan
|
||
Hari ke-1
|
Hari ke-2
|
Hari ke-3
|
||
1.
|
Ekstrak Daun Mimba
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
2.
|
Ekstrak Daun Sirsak
|
Belum ada
|
Ada
|
Ada
|
3.
|
Ekstrak Daun Sirtem
|
Belum ada
|
Belum ada
|
Belum ada
|
4.
|
Ekstrak Daun Balengse
|
Belum ada
|
Ada
|
Ada
|
4.2 Pembahasan
Pestisida
merupakan campuran dari berbaga senyawa-senyawa kimia yang mampu membasmi
berbagai organisme pengganggu tanaman. Ada beberapa jenis pestisida, yaitu
insektisida untuk mengendalikan hama (serangga pengganggu), herbisida (untuk
mengendalikan gulma), nematisida (untuk mengendalikan nematoda), dan
bakterisida untuk mengandalikan batkeri penyebab penyakit. Berdasarkan sumber
bahannya pestisida ada dua, yaitu pestisida sintetik dan pestisida nabati.
Pestisida sintetik dibuat dari bahan-bahan kimia (non alami) biasa diproduksi
di pabrikan, sedangkan pestisida nabati dibuat dari bahan-bahan nabati (alami),
dari tumbuh-tumbuhan atanu tanaman yang mengandung senyawa-senyawa yang bisa
mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Berhubung penggunanaan pestisida
sintetik mulai dirasakan dampak negatifnya, maka mulai diadakan konversi
penggunaan pestisida yang berasal dari bahan-bahan alami (pestisida nabati).
Pestisida
nabati ini tidak menimbulkan efek racun sebagaimana jika menggunakan pestisida
sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Hal inilah yang menjadi salah satu
keunggulan dari penggunaan pestisida nabati. Beberapa keunggulan yang lain
yaitu biaya pembuatan pestisida nabati ini sangat terjangkau, sehingga bisa
diterapkan oleh berbagai kelas petani, dari petani yang berekonomi rendah
sampai yang berekonomi tinggi dan tidak meninggalkan residu yang berbahaya,
yang bisa mencemar lingkungan terutama air tanah yang nantinya akan dikonsumsi
manusia yang akibatny bisa keracunan. Oleh karena sifatnya yang ramah ligkungan
da bernilai ekonomi, penggunaan pestisida nabati ini merupakan inovasi yang
cukup baik untuk dikembangkan juga turut mendukung terciptanya sistem pertanian
yang berkelanjutan.
Pestisida
nabati yang saat ini sering digunakan adalah untuk pengendalian hama, jadi
dalam hal ini digunakan sebagai insektisida. Beberapa tumbuhan yang bisa
digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun mimba, daun pacar cina, daun
sirsat, dan daun mindi. Beberapa jenis daun dari tumbuh-tumbuhan tersebut
mengandung senyawa-senyawa yang merupakan bahan aktif dalam insektisida,
sehingga bisa digunakan secara langsung sebagai insektisida nabati. Pestisida
nabati diaplikasikan dalam bentuk ekstrak dari tumbuh-tumbuhan tersebut, berupa
larutan cair hasil dari pengekstrakan daun-daun dari beberapa jenis tumbuhan
yang telah disebutkan sebelumnya. Untuk pengaplikasiaannya bisa langsung
disemprotkan pada bagian tanaman yang terserang.
Pestisida
berbahan nabati bersifat sebagai racun perut yang tidak membahayakan terhadap
musuh alami atau serangga bukan sasaran, sehingga penggunaan pestisida berbahan
nabati dapat dikombinasikan dengan musuh alami. Selain memiliki senyawa aktif
utama dalam ekstrak tumbuhan juga terdapat senyawa lain yang kurang aktif,
namun keberadaannya dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan
(sinergi). Serangga tidak mudah menjadi resisten terhadap ekstrak tumbuhan
dengan beberapa bahan aktif, karena kemampuan serangga untuk membentuk sistem
pertahanan terhadap beberapa senyawa yang berbeda sekaligus lebih kecil
daripada terhadap senyawa insektisida tunggal. Selain itu cara kerja senyawa
dari bahan nabati berbeda dengan bahan sintetik sehingga kecil kemungkinannya
terjadi resistensi silang. Pada umumnya pestisida sintetik dapat
membunuh langsung organisme sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan
pestisida nabati, sebagai contoh insektisida nabati yang umumnya tidak dapat
mematikan langsung serangga, biasanya berfungsi seperti berikut: Refelen, yaitu
menolak kehadiran serangga terutama disebabkan baunya yang menyengat, Antifidan menyebabkan
serangga tidak menyukai tanaman, misalnya disebabkan rasa yang pahit, Attraktan sebagai
pemikat kehadiran serangga yang dapat digunakan sebagai perangkap, mencegah
serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur, pestisida
nabati bersifat racun syaraf dan mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh
serangga.
Pada
praktikum ini bahan alami yang digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati
adalah nimba, lengkuas, serai, daun sirsak, dan daun tembakau. Bahan-bahan
tersebut memiliki kandungan kimia yang berbeda, sehingga sasaran hama yang
ditujupun juga berbeda. Berikut keterangan dari bahan-bahan baku tersebut
1. Mimba
(Azadirachta indica)
Daun
dan biji dari tanaman mimba dapat digunakan untuk mengendalikan ulat, kumbang,
serta kutu daun yang selalu menyerang tanaman pangan dan hortikultura. Zat yang
terkandung dalam mimba mampu menghambat pertumbuhan serangga hama. Tanaman
mimba mengandung zat azadirachtan, triol, salanin, dan nimbin. Tanaman
ini dapat mengendalikan OPT seperti : Helopeltis sp,; Empoasca sp.;
Tungau jingga (Erevipalpis phoenicis), ulat jengkal (Hyposidra
talaca), Aphis gossypii, Epilachna varivestis, Fusarium oxyporum, Pestalotia,
sp.; Phytophthora sp.; Heliothis armigera, pratylenchus sp.; Nilaparvata
lugens.
2. Tembakau
(Niocotiana tabacum L.)
Selain
mimba, tembakau juga berpotensi digunakan sebagai insektisida nabati untuk
mengendalikan ham. Bagian tanaman tembakau yang dapat dimanfaatkan sebagai
insektisida nabati untuk mengendalikan hama. Bagian tanaman tembakau yang dapat
dimanfaatkan sebagai insektisida nabati adalah batang dan daunnya. Tembakau
mengandung zat beracun berupa nikotin.
3. Sirsak
(Annona muricata L.)
Daun
sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati daun sirsak
efektif untuk mengendalikan hama trip. Jika ditambahkan daun tembakau dan
sirsak akan efektif mengendalikan hama belalang dan ulat. Sedangkan jika
ditambahkan jeringau dan bawang putih akan efektif mengendalikan hama wereng
coklat. OPT sasaran : wereng batang coklat.
4. Lengkuas
(Alpinia galanga SW.)
Daun
lengkuas memiliki bahan aktif berupa tanin, saponin, alkaloid, terpenoid dan
flavanoid yang dapat digunakan untuk mengendalikan serangga.
5. Sirih
(Piper betle)
Kandungan
kimia daun sirih adalah minyak atsiri 0,8 - 1,8 % (terdiri atas
chavikol, chavibetol (betel phenol), allylprocatechol (hydroxychavikol),
allypyrocatechol-mono dan diacetate, karvakrol, eugenol, p.cymene, cineole,
caryophyllene, cadinene, esragol, terpenena, seskuiterpena, fenil propane,
tannin, diastase, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, gula,
pati dan asam amino. Chavikol yang menyebabkan sirih berbau khas dan
memiliki khasiat antibakteri (daya bunuh bakteri lima kali lebih kuat daripada
fenol biasa).
Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap.
Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap.
6. Serai
(Andropogon nardus L.)
Daun
serai wangi (Andropogon nardus L.). Serai wangi memiliki kandungan
kimia yang terdiri dari saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid dan minyak
atsiri. Minyak atsiri serai wangi terdiri dari sitral, sitronelal, geraniol,
mirsena, nerol, farsenol, metilheptenon, dipentena, eugenol metil eter,
kadinen, kadinol dan limonene. Senyawa geraniol dan sitronellal dilaporkan
dapat berfungsi sebagai fungisida nabati. Eugenol yang terkandung dalam serai
wangi mempunyai pengaruh dalam menghambat pertumbuhan dan perkembangan jamur
patogen. Tanaman ini dapat mengendalikan Tribolium sp,;
Sitophilus sp.; Callosobruchus sp.; Meloidogyne sp.; dan Pseudomonas sp.
7. Rimpang
Jeringau
Rimpang
jeringau mengandung bahan aktif arosone, kalomenol, kalomen, kalameone, metil
eugenol yang jika dikombinasi dengan bahan aktif daun sirsak akan efektif
mengendalikan hama wereng.
Berdasarkan
hasil pengamatan, diketahui bahwa ekstrak daun mimba, ekstrak daun sirsak,
ekstrak daun sirih-tembakau, dan ekstrak belengse dari karakter fisik (warna
dan endapan) sama, secara umum ekstrak yang terbentuk berwarna korelasi hijau
dan semua ekstrak kecuali ekstrak daun sirih-tembakau terdapat endapan yang
merupakan suspensi dari ekstrak yang telah dibuat. Pada saat baru diekstrak
semua perlakuan daun beraroma menyengat daun (aroma bisa dipengaruhi dari
berbagai zat yang terkandung di dalam ekstrak). Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa-senyawa yang terkandung di dalam ekstrak, yang berupa senyawa fenol
pada daun bereaksi sehingga menimbulkan aroma pada setiap perlakuan. Selain
berbahan baku ekstrak daun, pembuatan pestisida nabati juga ditambahkan senyawa
pelarut seperti sabun colek dan alkohol. Penambahan sabun colek pada ekstrak
daun-daun tersebut bertujuan agar bisa merekatkan berbagai senyawa yang
terdapat pada larutan ekstrak nabati, yang pada dasarnya saling
terlepas, sehingga dengan adanya penambahan detergen diharapkan senyawa-senyawa
(senyawa yang mengandung bahan aktif untuk mengendalikan hama) tersebut saling
berikatan, sehingga pestisida nabati akan menjadi cukup efektif dalam mengendalikan
hama, juga agar pestisida nabati ini saat disemprotkan bisa melekat cukup lama
pada tanaman.
Setelah
disimpan selama 24 jam, terjadi perubahan aroma dan perubahan warna pada
ekstrak. Secara umum aroma ekstrak yang tadinya menyengat dan beraroma sabun
colek menjadi lebih meningkat dan warna ekstraknya pun menjadi lebih kecoklatan
dan kekuningan. Pada ekstrak daun mimba setelah setelah disimpan sehari
warnanya cenderung sama yaitu hijau, namun aroma ekstrak ini berubah menjadi
aroma mirip bawang putih. Untuk ekstrak daun sirsak, warnanya juga tidak
terlihat mengalami perubahan yaitu tetap hijau tua, sedangkan aromanya berubah
semakin menyengat. Ekstrak daun sirih-tembakau, ekstrak ini menggunakan dua
bahan yang sama-sama beraroma kuat, namun sejak pertama hingga hari kedua aroma
ekstrak ini lebih kuat beraroma daun sirih, dibandingkan aroma daun tembakau.
Ekstrak balengse juga terbuat dari beberapa bahan baku, yaitu mimba, lengkuas
dan serai. Bahan-bahan tersebut memiliki aroma kuat dan bisa dibedakan dengan
jelas. Namun setelah dari awal pengamatan hingga hari kedua aroma serai lebih
tercium kuat daripada bahan lain, sedangkan warna ekstrak ini berubah menjadi
hijau kekuningan.
Pada
pengamatan hari ke-3,atau pengamatan terakhir secara umum aroma ekstrak yang
tadinya menyengat menjadi lebih meningkat dan warna ekstraknyapun menjadi
kekuningan dan kehitaman. Ekstrak daun mimba diakhir pengamatan diketahui
berwarna tetap seperti semula, yaitu hijau, beraroma bawang putih menyengat,
dan terbentuknya endapan. Untuk ekstrak daun sirih warnanya berubah menjai
hijau kehitaman, beraroma menyengat dan terbentuk endapan. Ekstrak daun
sirih-tembakau telah berubah warna menjadi hijau kekuningan, aroma daun sirih
semakin menyengat meskipun sampai akhir pengamatan tidak ada endapan. Ekstrak
balengse telah berubah warnanya menjadi kuning kehijauan, bau serai semakin
menyengat dan endapan putih telah terbentuk.
Penyebab
ekstrak beraroma lebih menyengat bisa dikarenakan adanya fermentasi pada
ekstrak tersebut yang kemungkinan besar adanya peran dekomposisi dari mikrobia
yang mungkin terlarut dalam ekstrak sehingga muncul aroma yang lebih busuk,
sebagaimana sampah-sampah organik yang jika dibiarkan akan semakin beraroma
busuk. Sedangkan terjadi perubahan warna bisa karena terjadi pengendapan
(suspensi yang mengandung warna hijau akibat klorofil terendapkan) sehingga
larutan nampak lebih coklat bida juga warna hijau yang ditimbulkan klorofil
mulai hilang karena klorofil sudah mulai rusak tidak ada produksi klorofil
sebagaimana dedaunan yang masih melekat pada pohon, sehingga semakin lama
klorofil daun akan rusak dan warna hijaunya mulai terdegradasi menjadi lebih
kecoklatan. Endapan yanng terjadi semakin banyak. Walaupun pestisida nabati
banyak keunggulannya dibandingkan dengan pestisida sintetik, keefektifannya
dalam mengendalikan hama masih lebih efektif jika menggunakan pestisida kimia
karena memang diproduksi dari bahan-bahan beracun, sehingga jika menggunakan
pestisida nabati perlu pengaplikasian yang lebih sering dibandingkan
pengaplikasan pestisida sintetik. Hal tersebut dibuktikan pada pembuatan
pestisida nabati pada praktikum ini yang selalu mengalami perubahan indikator
setelah melewati masa penyimpanan.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum pembuatan pestisida nabati yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pestisida
nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian
tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah.
2. Pestisida
nabati tidak bisa digunakan secara langsung, namun harus melewati tahap
penyimpanan dan fermentasi. Terbukti melalui pengamatan karakter ekstrak
pestisida nabati selau meningkat setelah masa penyimpanan.
5.2 Saran
Praktikan
diharapkan lebih fokus dan efisien waktu terhadap jalannya proses praktikum.
Praktikan juga diharapkan lebih cermat dalam melakukan pengamatan agar data
yang diperoleh lebih detail. Selain itu alat yang digunakan saat praktikum
hendaknya ditambah, sehingga praktikan lain tidak menunggu lama.
DAFTAR PUSTAKA
M.Thamrin,
S. Asikin, Mukhlis dan A.Budiman. 2005. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa
Sebagai Pestisida Nabati Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Jurnal
Pertanian. Vol.3(1): 35-54
Octavia Dona, Dkk .2008.
Keaneka ragaman jenis tumbuhan sebagai pestisida alami di Savana Bekol Taman
Nasional Baluran. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.
Vol.5(4):355-365.
Raharjo,
Ari, dkk. 2010. Membuat Pestisida Organik. Jakarta : PT AgroMedia
Pustaka.
Santosa,
S.J dan Sumarmi. 2008. Pengendalian Plutella xylostella dan Crocidolomia
binotalis pada Tanaman Kobis dengan Insektisida Hayati. Jurnal
Eksplorasi Vol. XX, No 1 tahun 2008.
Subiyakto.
2009. Ekstrak Biji Mimba Sebagai Pestisida Nabati: Potensi, Kendala,
dan Strategi Pengembangannya. Perspektif Vol. 8 No. 2 / Desember 2009. Hlm
108 – 116
Tombe,
Mesak. 2008. Pemanfaatan Pestisida Nabati Dan Agensia Hayati Untuk
Pengendalian Penyakit Busuk Jamur Akar Putih Pada Jambu Mete.
Buletin Littro. Vol.19(1): 68 -77
Tidak ada komentar:
Posting Komentar