Secara umum pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan. Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable)
di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi
manusia dan ternak, karena residunya mudah hilang. Pertanian masa depan
yang ideal seharusnya memadukan teknologi tradisional dan teknologi
modern yang diaktualisasikan sebagai pertanian berwawasan lingkungan.
Salah satu alternatif pengembangan pertanian berwawasan lingkungan
adalah dengan menggunakan tanaman-tanaman penghasil pestisida alami,
misalnya tanaman nimba. Pestisida asal nimba mempunyai tingkat
efektifitas yang tinggi dan berdampak spesifik terhadap organisme
pengganggu. Bahan aktif nimba juga tidak berbahaya bagi manusia dan
hewan. Selain itu, residunya mudah terurai menjadi senyawa yang tidak
beracun, sehingga aman atau ramah bagi lingkungan.
Kekurangan
1. Cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya harus lebih sering
2. Produksinya belum dapat dilakukan dalam jumlah besar karena keterbatasan bahan baku
3. Kurang praktis
4. Tidak tahan disimpan
5. Daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan bagi serangga)
6. Cara kerjanya (efek mortalitasnya) lambat
7. Harus disemprotkan secara berulang-ulang
Kelebihan
1. Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat
2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot
3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa
4. Menghambat reproduksi serangga betina
5. Racun syaraf bagi hama
6. Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga
7. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga
8. Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri
9. Dapat menyebabkan gangguan dalam proses metamorfosa dan gangguan makan (anti feedant) bagi serangga.
MACAM-MACAM PESTISIDA
1. Fungisida,
berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti
jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
2. Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
3. Insektisida,
berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau
segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
4. Nematisida,
berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti
benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di
akar).
5. Rodentisida,
berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk
membunuh binatang pengerat, seperti tikus buah.
Menurut cara masuknya insektisida kedalam tubuh serangga dibedakan menjadi 3
kelompok sebagai berikut:
a. Racun Lambung (racun perut)
Racun
lambung atau perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran
dengan cara masuk ke pencernaan melalui makanan yang mereka makan.
Insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh
dinding usus kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan
sesuai dengan jenis bahan aktif insektisida. Misalkan menuju ke pusat
syaraf serangga, menuju ke organ-organ respirasi, meracuni sel-sel
lambung dan sebagainya. Oleh karena itu, serangga harus memakan tanaman
yang sudah disemprot insektisida yang mengandung residu dalam jumlah
yang cukup untuk membunuh.
b. Racun Kontak
Racun
kontak adalah insektisida yang masuk kedalam tubuh serangga melalui
kulit, celah/lubang alami pada tubuh (trachea) atau langsung mengenai
mulut si serangga. Serangga akan mati apabila bersinggungan langsung
(kontak) dengan insektisida tersebut. Kebanyakan racun kontak juga
berperan sebagai racun perut.
c. Racun Pernafasan
Racun pernafasan adalah insektisida yang masuk melalui trachea serangga dalam bentuk partikel mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati bila menghirup partikel mikro insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida cair.
Racun pernafasan adalah insektisida yang masuk melalui trachea serangga dalam bentuk partikel mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati bila menghirup partikel mikro insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida cair.
FORMULASI PESTISIDA
Bentuk Cair
Bentuk Cair
- EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengankonsentrasi bahan aktifd yang cukup tinggi. Kosentrasi ini jika dicampur dengan air akan membentuk emilsi (butiran denda cair yang melayang dalam media cair lain). EC umumnya digunakan dengan cara disemprot, meskipun dapat pula digunakan dengan cara lain.
- Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC). Formulasi ini mirip EC, tetapi bila decamp[ur air tidsak membentuk emulsi, melainkan membentuk larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan dengan cara disemprotkan.
- Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). pekatan ini diarutkan dalam air. Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya pestisida berbentuk garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida ini juga dighunakan dengan cara disemprot.
- Soluble (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada formulasi slurry.
- Flowable (F) atau Flowabel ini Water (FW). Formulasi ini berupa konsentrasi cair yangs angat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk emilsi seperti halnya WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan.
- Ultra Low Volume (ULV). Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV umumnya merupakan sdiaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air.
Bentuk padat
- Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik yang masih banyak digunakan dingga saat ini. WP adalah formulasi bentuk tepung yang bila dicampur air akan membentuk suspensi yang penggunaannya dengan cara disemprot.
- Soluble powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bia dicampur air akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakand enga cara disemprotkan.
- Butiran (G). Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai dengan konsetrasi rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lapagan (baik secara manual dengan tangan atau dengan mesin penabur) setelah penaburan dapat diikuti denga pegolahan tanah atai tidak. Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand granular.
- Water Dipersible Granule (WG atau WDG) . WDG atau WG berbentuk butiran, mirip G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan denga air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
- Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung yang khusus digunakan untuk perawatan benih
- Tepug Hembus atau Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah yang digunakan dengan cara dihembuskan.
- Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB). umpan merupakan formulasi siap pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida.
Pestisida Nabati dalam penerapan PHT
1. Cengkih (Syzygium aromaticum) sebagai Pestisida Nabati
Minyak
cengkih mengandung beberapa senyawa volatil seperti eugenol, eugenol
asetat, dan metil eugenol. Dari ketiga senyawa tersebut, eugenol adalah
komponen utama penyusun minyak cengkih. Eugenol merupakan cairan tak
berwarna atau kuning pucat, bila kena cahaya matahari berubah menjadi
coklat kehitaman, dan berbau spesifik. Kadar eugenol pada minyak daun
cengkih mencapai 70%, sedang pada bunga cengkih bisa mencapai 90%. Hasil
penelitian membuktikan senyawa eugenol efektif mengendalikan nematoda,
jamur patogen, bakteri, dan serangga hama.
Pemanfaatan eugenol sebagai bahan baku pestisida nabati dapat dilakukan melalui dua cara.
1. Pemberian langsung,
menggunakan
daun atau bunga cengkih. Daun atau bunga cengkih dihancurkan lalu
dicampur dengan kompos dan digunakan sebagai mulsa. Cara ini terbukti
mampu menekan serangan beberapa penyakit penting, seperti penyakit pada
tanaman lada yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora dan pada vanili
akibat Fusarium oxysporum. Pemanfaatan tepung bunga cengkih langsung
ditaburkan di atas permukaan tanah mampu mengendalikan populasi nematoda
Meloidogyne incognita dan Radhopolus similis yang menyerang tanaman
lada sehingga menekan serangan penyakit kuning.
2. Pengolah daun dan bunga menjadi minyak cengkih.
Pemberian
minyak cengkih yang diformulasikan dengan pelarut seperti xylol dan
toluena dan pengemulsi tween mampu mengendalikan beberapa bakteri
patogen tanaman, seperti Bacillus subtilis, Staphyloccus aureus, dan
Eschericia coli yang mengganggu pertumbuhan tanaman jahe, nilam, dan
kentang. Selain efektif mengendalikan serangan bakteri, minyak cengkih
juga efektif mengendalikan keong mas, yang merupakan hama penting pada
tanaman padi. Minyak cengkih juga efektif terhadap hama gudang seperti
Tribolium castaneum dan hama penting di pertanaman seperti Aphis
gossypii, A. craccivora, Ferissia virgata, dan Valanga nigricornis.
Agar
mudah diaplikasikan, eugenol yang terkandung dalam cengkih
diformulasikan menjadi pestisida nabati siap pakai. Saat ini Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) telah berhasil membuat
beberapa formula pestisida nabati berbahan aktif eugenol yang
dikombinasikan dengan senyawa lainnya. Formula tersebut diberi nama
CEES, CEKAM, dan Bio-Protector-1. Pada pengujian skala laboratorium,
rumah kasa, dan semilapangan, formula mampu berperan aktif sebagai
bakterisida, fungisida, dan insektisida.
2. Tanaman Pestisida Nabati: Mindi (Melia azedarah L.)
Mindi
sering digunakan sebagai tanaman pelindung di perkebunan kopi dan teh.
Buah yang masak akan tetap tinggal di pohon selama beberapa bulan.
Kandungan minyak di dalam bijinya sampai 40%. Kandungan minyak ini
mengandung bahan aktif alkaloid yang larut di dalam air. Minyak mindi
mengandung carotinoid dan meliatin. Kandungan bahan aktif mindi mirip
seperti mimba, yaitu: azadirachtin, triol, dan salanin. Tanaman mindi
banyak dimanfaatkan untuk pestisida nabati.
Bagian tanaman mindi yang dapat digunakan untuk pengendalian hama adalah daunnya, biji/buahnya, dan kulitnya.
Mindi
dapat digunakan untuk pestisida nabati, untuk mengusir atau penolak
hama, menghambat hama untuk bertelur, insektisida, dan menghambat
perkembangan cendawan Mindi juga mengandung racun kontak dan racun perut
bagi serangga sasaran.
Hama Sasaran yang bisa dikendalikan dengan pestisida nabati Mindi
- Aphis Aphis citri
- Ulat grayak Spodoptera spp, Spodoptera eridania
- Ngengat umbi kentang Phtorimaea operculella
- Penggerek jagung asia Ostrinia furnacalis
- Apis kobis Brevicoryne brassica
- Kupu-kupu putih kobis Pieris brassicae
- Ulat jarak Spodoptera littoralis
- Hama daun jeruk Phyllocnistis citrella
- Kutu Psyllid jeruk Diaphorina citri
- Kutu sisik jeruk Panonychus citri
- Ngengat punggung berlian Plutella xylostella
- Kumbang Epilachna varivestis
- Belalang berpindah Locusta migratoria
- Wereng padi hijau Nephotettix virescens
- Penggerek batang padi Tryporyza incertulas
- Ulat kuncung tembakau Helicoverpa virescens
- Wereng punggung utih Sogatella furcifera
- Hama gudang Ephestia cautella, Rhizopertha domonica
Efek samping pestisida nabati mindi untuk manusia, binatang, dan serangga bukan sasaran. Mindi tidak mempunyai efek racun pada laba-laba, dan sedikit meracuni predator Cyrtorhinus lividipennis.
3. Tanaman Pestisida Nabati: Tembakau (Nicotiana tobacum L.)
Tembakau
tidak hanya untuk pengendalian hama, tetapi juga untuk pengendalian
beberapa penyakit. Bagian tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk bahan
pestisida nabati adalah daun dan batang yang banyak mengandung nikotin.
Daun bisa daun yang masih segar atau yang sudah difermentasi. Selain itu
juga bisa memanfaatkan sisa batang tembakau setelah tebang. Setelah
daun tembakau dipanen, biasanya batang tembakau ditebang dan dibuang.
Sisa batang ini juga bisa dimanfaatkan untuk bahan pestisida nabati.
Hama: aphis, ulat, ulat kobis (tritip), kumbang kecil, tungau, penggerek
batang. Penyakit: karat pada buncis dan gandum, kamur kentang, dan
virus keriting daun. Cara kerja pestisida nabati tembakau, sebagai
penolak, insektisida, fungisida, dan akarisida. Sebagai racun kontak,
racun perut, dan racun pernafasan.
4. Tanaman Pestisida Nabati: Tuba
Larutan
Tuba dibuat dari akar tuba, ditumbuk, diberi air sedikit, lalu dituang
ke bagian hulu sungai. Di bagian yang lebih rendah ditunggui, beberapa
saat aja, ikan-ikan sudah terkapar tak berdaya. Sifat ini bisa
dimanfaatkan untuk membuat pestisida nabati yang sangat ampuh. Bagian
tanaman tuba yang sangat beracun adalah akar. Akar ditumbuk dan
dilarutkan dalam air. Larutan tuba ini lah yang digunakan sebagai bahan
aktif pestisda nabati. Racun akar tuba dulu dikenal dengan derrids,
sekarang lebih dikenal dengan rotenone. Selain rotenone, tuba juga
mengandung racun deguelin, racuh tephorsin, dan racun toxicarol.
Tepung
tuba menyebabkan kulit menjadi ruam bintil-bintil merah. Bila semprotan
tuba terhisap pernafasan dalam waktu lama menimbulkan kaku bibir,
lidah, dan kerongkongan. Untuk mamalia akan keracunan bila termakan dan
tidak berefek pada kulit. Tuba beracun pada ikan. Tuba tidak beracun
bagi lebah.
Hama Sasaran, Aphis, Ulat grayak (Spodoptera litura), ulat jengkal kobis (Trichoplusia ni), ulat kobis (Crocidolomia binotalis), ngengat punggung berlian (Plutella xylostella), lalat buah, kutu sisik hijau (Coccus viridis), wereng mangga (Idiocerus niveosparus, I. atkinsoni, I. clypealis), lalat buah laut tengah (Ceratitis capitata), Kepik hijau (Nezara viridula), Thrips (Thrips tabaci). Racun tuba juga efektif untuk pengendalian cendawan padi Pyricularia orizae.
5. Tanaman Pestisida Nabati: Sirsak (Annona muricata L.)
Buah
sirsak atau kadang-kadang disebut nangka sebrang adalah salah satu
bahan petsisida nabati yang ampuh banget. Nama latin sirsak adalah Annona muricata
L. Beberapa keluarga sirsak yang lain juga memiliki manfaat yang sama,
seperti: Srikaya (Annona squamosa L.) dan Mulwa (Annona reticulata L.).
Bagian yang dimanfaatkan untuk bahan pestisida nabati adalah daunnya.
Sirsak dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah yang kering.
Pembiatakn tanaman sirsak ini dapat dilakukan dengan biji atau okualasi.
Seluruh
bagian tanaman sirsak, srikaya, dan mulwa bisa digunakan untuk bahan
pestisida nabati, yaitu: daun, biji, batang, akar dan buahnya yang belum
masak. Bagian biji lebih beracun daripada daunnya. Akan tetapi karena
biji jumlahnya sedikit, daun lebih sering dimanfaatkan untuk bahan
pestisida nabati.
Hama sasaran pestisida nabati dari sirsak, srikaya, dan mulwa:
- Macam-macam aphis
- Aphis kentang (Macrosiphum euphorbiae)
- Aphis bunga krisan (Macroshiponiella sanborni)
- wereng coklat (Nilaparvata)
- Wereng hijau (nephotettix virescenns)
- Wereng punggung putih (Sogatella furcifera)
- kutu sisik hijau (Coccus viridis)
- macam-macam ulat
- ulat tritip (Plutella xylostella)
- lalat buah (Ceratitis capitata)
- lalat buah asia (Batrocera dorsalis)
- Kumbang labu merah (Aulachopora foveicollis)
- Kepik hijau
- hama kapas (Dysdercus koeniglii)
Pembuatan pestisida nabati dari sirsak :
- Siapkan 500 gr daun sirsak, srikaya atau mulwa
- Rebus dengan 1 – 2 lite air.
- Biarkan sampai mendidih dan airnya tinggal setengah liter.
- Air rebusan disaring dan didinginkan.
- Untuk penyemprotan, larutkan setengah liter ekstrak daun sirsak dengan 10-15 liter air.
- Semprotkan ke bagian tanaman yang terserang hama.
Dosis aplikasi pestisida adalah jumlah pestisida yang diaplikasikan untuk mengendalikan OPT pada setiap satuan luas bidang sasaran,
misalnya liter produk pestisida per hektar, kilogram pestisida per
hektar, dan sebagainya.untuk fumigasi ruangan dosis adalah jumlah
fumigan yang diaplikasikan untuk setiap satuan volume ruang sasaran.
Pada penyemprotan tanaman pohon dosis adakalanya dinyatakan dalam jumlah produk per pohon. Dosis dapat dinyatakan dalam dosis produk atau dosis bahan aktif. Maka untuk mengubah ke dosis produk harus dikonversikan dengan kandungan bahan aktif produk tersebut. Sedangkan konsentrasi aplikasi digunakan dalam aplikasi dengan cara penyemprotan. konsentrasi penyemprotan adalah jumlah pestisida yang di campurkan dalam satu liter air untuk mengendalikan OPT tertentu. Konsentrasi dinyatakan dalam produk per liter, per mililiter dan gram produk per liter. Selain hal tersebut yang sangat penting dalam pengaplikasian pestisida adalah volume semprot yang merupakan ukuran banyaknya cairan yang dibutuhkan untuk menyebarkan pestisida agar merata pada areal tertentu.
Pada penyemprotan tanaman pohon dosis adakalanya dinyatakan dalam jumlah produk per pohon. Dosis dapat dinyatakan dalam dosis produk atau dosis bahan aktif. Maka untuk mengubah ke dosis produk harus dikonversikan dengan kandungan bahan aktif produk tersebut. Sedangkan konsentrasi aplikasi digunakan dalam aplikasi dengan cara penyemprotan. konsentrasi penyemprotan adalah jumlah pestisida yang di campurkan dalam satu liter air untuk mengendalikan OPT tertentu. Konsentrasi dinyatakan dalam produk per liter, per mililiter dan gram produk per liter. Selain hal tersebut yang sangat penting dalam pengaplikasian pestisida adalah volume semprot yang merupakan ukuran banyaknya cairan yang dibutuhkan untuk menyebarkan pestisida agar merata pada areal tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar