Senin, 28 Oktober 2013

DEKOMPOSER

Pengertian Dekomposer
Di dalam tanah hidup berbagai jasad renik (mikroorganisme) yang melakukan berbagai kegiatan bagi kehidupan mahkluk hidup lainnya atau dengan perkataan lain menjadikan tanah memungkinkan bagi kelanjutan makhluk –makhluk alami. Populasi mikrobiologi yang mendiami tanah, bersama dengan berbagai bentuk binatang dan berbagai jenis tanaman tingkat lebih tinggi membentuk suatu system kehidupan yang tidak terpisahkan dari bahan mineral dan sisa –sisa bahan organic yang ada dalam tanah.
Komposisi kuantitatif populasi dalam tanah dan kualitatif alam lingkungannya dapat dikatankan adalah sangat tergantung pada sumber dan kondisi alami dari tanah itu dan komposisi relative dari unsure- unsure organic dan anorganik
Decomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut. Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing memiliki banyak kegunaan antara lain: membantu menghancurkan bahan organic yang dapat mempengaruhi kesuburan suatu tanah, Bahan Pakan Ternak, Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit, Bahan Baku Kosmetik dan bahan baku makanan untuk beberapa jenis cacing yang dapat dikonsumsi dan bermanfaat bagi manusia. Biodekomposer untuk pengomposan
Populasi mikroba tanah yang terdiri atas alga biru-hijau, fitoplankton, bakteri, cendawan, dan aktinomiset pada permukaan dan lapisan olah tanah mencapai puluhan juta setiap gram tanah, yang merupakan bagian integral dan pembentuk kesuburan tanah pertanian. Proses daur ulangsecara alamiah di permukaan dan lapisan olah tanah yang sangat penting bagi kegiatan pertanian tidak terjadi tanpa aktivitas mikroba. Manfaat mikroba dalam usaha pertanian belum disadari sepenuhnya, bahkan sering diposisikan sebagai komponen habitat yang merugikan, karena pandangan umum terhadap mikroba lebih terfokus secara selektif pada mikroba patogen yang menimbulkan penyakit pada tanaman.
Padahal sebagian besar spesies mikroba merupakan mikroflora yang bermanfaat, kecuali beberapa jenis spesifik yang dapat menyebabkan penyakit bagi tanaman. Pada lahan sawah yang tergenang air terdapat lebih dari 20 jenis bakteri fiksasi N dari udara yang hidup secara bebas (Watanabe 1978). Mikroba lain berfungsi sebagai perombak bahan organik (dekomposer), nitrifikasi, denitrifikasi, pelarut fosfat, dan lain-lain.
Mikroba perombak bahan organik
Mikroorganisme perombak bahan organik merupakan aktivator biologis yang tumbuh alami atau sengaja diinokulasikan untuk mempercepat pengomposan dan meningkatkan mutu kompos. Jumlah dan jenis mikroorganime turut menentukan keberhasilan proses dekomposisi atau pengomposan. Di dalam ekosistem, mikroorganisme perombak bahan organik memegang peranan penting karena sisa organik yang telah mati diurai menjadi unsur-unsur yang dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk hara mineral N, P, K, Ca, Mg, dan atau dalam bentuk gas yang dilepas ke atmosfer berupa CH atau CO Dengan demikian terjadi siklus hara yang berjalan secara alamiah, dan proses kehidupan di muka bumi dapat berlangsung secara berkelanjutan. Mikroba perombak bahan organik dalam waktu 10 tahun terakhir mulai
banyak digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi sisa-sisa tanaman yang banyak mengandung lignin dan selulosa untuk meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah. Di samping itu, penggunaannya dapat meningkatkan biomas dan aktivitas mikroba tanah, mengurangi penyakit, larva insek, biji gulma, dan volume bahan buangan, sehingga dapat
meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah. Pengertian umum mikroorganisme perombak bahan organik atau biodekomposer adalah mikroorganisme pengurai serat, lignin, dan senyawa
organik yang mengandung nitrogen dan karbon dari bahan organik (sisa-sisa organik dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah mati). Mikroba perombak bahan organik terdiri atas Trichoderma reesei, T. harzianum, T. koningii, Phanerochaeta crysosporium, Cellulomonas, Pseudomonas, Thermospora, Aspergillus niger, A. terreus, Penicillium, dan Streptomyces.
Fungi perombak bahan organik umumnya mempunyai kemampuan yang lebihbaik dibanding bakteri dalam mengurai sisa-sisa tanaman (hemiselulosa,selulosa dan lignin). Umumnya mikroba yang mampu mendegradasi selulosa juga mampu mendegradasi hemiselulosa (Alexander 1977). Menurut Eriksson et al. (1989), kelompok fungi menunjukkan aktivitas biodekomposisi paling
nyata, yang dapat segera menjadikan bahan organik tanah terurai menjadi senyawa organik sederhana, yang berfungsi sebagai penukar ion dasar yang menyimpan dan melepaskan hara di sekitar tanaman. Beberapa enzim yang terlibat dalam perombakan bahan organik antara -glukosidase, lignin peroksidase (LiP), manganese peroksidaseblain adalah (MnP), dan lakase, selain kelompok enzim reduktase yang merupakan penggabungan dari LiP dan MnP, yaitu enzim versatile peroksidase. Enzim-enzim ini dihasilkan oleh Pleurotus eryngiiP. ostreatus, dan Bjekandera adusta (Lankinen 2004). Selain mengurai bahan berkayu, sebagian besar
fungi menghasilkan zat yang besifat racun, sehingga dapat dipakai untuk menghambat pertumbuhan/perkembangan organisme pengganggu, seperti beberapa strain T. harzianum yang merupakan salah satu anggota Ascomycetes. Apabila kebutuhan karbon (C) tidak tercukupi, fungi tersebut akan menghasilkan racun yang dapat menggagalkan penetasan telur
nematoda Meloidogyn javanica (penyebab bengkak akar), sedangkan bila kebutuhan C tercukupi akan bersifat parasit pada telur atau larva nematoda tersebut. Fungi Zygomycetes (Mucorales) sebagian besar berperan sebagai pengurai amylum, protein, lemak, dan hanya sebagian kecil yang mampu mengurai selulosa dan khitin. Pemanfaatan mikroorganisme perombak bahan organik yang sesuai dengan substrat bahan organik dan kondisi tanah merupakan alternatif yang
efektif untuk mempercepat dekomposisi bahan organik dan sekaligus sebagai suplementasi pemupukan. Proses perombakan bahan organik yang terjadi secara alami akan membutuhkan waktu relatif lama (2 bulan) sangat menghambat penggunaan bahan organik sebagai sumber hara. Apalagi jika dihadapkan kepada tenggang waktu masa tanam yang singkat, sehingga
pembenaman bahan organik sering dianggap kurang praktis dan tidak efisien. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan inokulasi mikroba terpilih guna mempercepat proses perombakan bahan organik. Percepatan perombakan sisa hasil tanaman dapat meningkatkan kandungan bahan organik dan ketersediaan hara tanah, sehingga masa penyiapan lahan dapat lebih singkat
dan mempercepat masa tanam berikutnya, yang berarti akan meningkatkan intensitas pertanaman. Inokulan perombak bahan organik telah tersedia secara komersial dengan berbagai nama, seperti EM-4, Starbio, M-Dec, Stardek, dan Orgadek.
Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah
Pemanfaatan mikroba penyubur tanah sesuai dengan kondisi tanah dan target peruntukannya merupakan alternatif untuk meningkatkan kesuburan tanah, efisiensi pemupukan, produktivitas tanaman, dan mengurangi bahaya pencemaran lingkungan. Penggunaan mikroba penyubur tanah dapat memberikan berbagai manfaat, yaitu (1) menyediakan sumber hara bagi tanaman, (2) melindungi akar dari gangguan hama dan penyakit, (3) menstimulir sistem perakaran agar berkembang sempurna dan memperpanjang usia akar, (3) memacu mitosis jaringan meristem pada titik tumbuh pucuk, kuncup bunga, dan stolon, (4) sebagai penawar racun beberapa logam berat, (5) sebagai metabolit pengatur tumbuh, dan (6) sebagai bioaktivator. Badan Litbang Pertanian pada tahun 1997 telah berhasil mengembangkan Pupuk Mikroba Multiguna (PMMg) (biological nitrogen-phosphorus fertilizer) yang merupakan perbaikan mutu inokulan rhizobium yang telah ada di pasaran. Pupuk mikroba ini mampu meningkatkan efisiensi pemupukan N dan P untuk tanaman kedelai melalui peningkatan efektivitas fiksasi N simbiosis dan kemampuan melarutkan P, sehingga dapat menggantikan kebutuhan pupuk nitrogen 100% dan pupuk fosfat 50% dari dosis rekomendasi, dengan hasil meningkat 20-40% (Saraswati 1999, Simanungkalit and Saraswati 1999). Selanjutnya pada tahun 2007, diformulasikan nodulin (biological nitrogen-phosphorus-potassium fertilizer) yang merupakan pengembangan PMMg yang berfungsi memacu pembentukan bintil akar dan pertumbuhan tanaman serta memperlebat dan memperkuat perakaran tanaman, dan memacu aktivitas mikroba rizosfer dalam meningkatkan ketersediaan hara N, P, dan K, sehingga meningkatkan efisiensi pemupukan. Produk mikroba bermanfaat ganda tersebut telah diperkenalkan kepada petani dan mulai diproduksi secara komersial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar