- Penggunaan metabolit mikroorganisme sebagai nutrien utama
- Pengaruh zat pengatur tumbuh yang dihasilkan mikroorganisme
- Penguraian hara yang semula tidak tersedia menjadi tersedia dari bahan organik dan mineral
- Menghambat perkembangan patogen tumbuhan
- Substansi fitotoksik yang dihasilkan mikroorganisme saprofit dan parasit
- Produksi enzim
- Persaingan antara mikroorganisme dan tumbuhan terhadap unsur hara esensil
Hubungan tanaman dengan mikroorganisme dapat bersifat langsung dan tidak langsung.
- Langsung: berkaitan dengan mikroorganisme yang ada di daerah perakaran
- Tidak langsung : mikroorganisme yang dapat mendorong atau menghambat pertumbuhan tanaman yang disebabkan oleh perubahan struktur tanah (agregasi zarah tanah dan pembentukan struktur sarang).
Interaksi tanaman dengan mikroba, biasanya
sukar diamati sebab perubahan pertumbuhan tanaman akibat mikroorganisme menyerupai
perubahan yang diakibatkan oleh sifat fisik dan kimia tanah. Sifat
fisik dan kimia tanah juga mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme yang selanjutnya
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
1. Penggunaan metabolit mikroorganisme sebagai nutrien utama
Hampir semua substansi yang dihasilkan mikroorganisme dilepaskan ke dalam tanah dan dapat berfungsi sebagai hara bagi
tanaman, namun yang banyak disoroti adalah yang melibatkan senyawa
nitrogen. N amat penting bagi tanaman karena perannya dalam pembentukan
protein. Namun demikian N mudah hilang oleh pencucian, penguapan dll.
Nitgogen banyak dijumpai diatmosfir (±
78%) dari jumlah gas yang ada, namun demikian N atmosfir tidak dapat
digunakan langsung oleh sebagian besar tanaman. Mikroba tertentu mampu
menambat N gas dan mengubahnya ke dalam senyawa amonium yang akan
tersedia bagi tanaman. Mikroba tersebut adalah bakteri bintil akar yang
bersimbiose dengan tanaman pepolongan dan bakteri yang hidup bebas
seperti Azotobacter, Beijerinckia, Clostridium, Nocardia, Pseudomonas,
Rhodospirillum, ganggang hijau biru dll. Tidak semua mikroorganisme tersebut
berhasil dibuktikan kemampuannya menambat N, namun telah diketahui bahwa mikroorganisme tersebut dapat hidup pada media yang kurang N.
Azotobacter adalah bakteri penambat N
yang hidup bebas, banyak dijumpai di daerah rizosfer (dalam tanah 20 –
8000 sel/g), pada pH tanah antara 5,9 – 8,4 (tidak jumpai jika pH
masam). Pada tanah dimana Azotobacter tidak ditemukan, maka bakteri
penambat N yang hidup bebas lainnya dapat dijumpai (ex. Beijerinckia)
yang tumbuh aerob pada tanah tropik masam. Clostridium tumbuh secara
anaerob pada kisaran pH antara Azotobacter dengan Beijerinckia.
Pseudomonas spp adalah bakteri penambat N untuk tanah masam.
Azotobacter mendapat banyak perhatian
karena dapat diintroduksi masuk ke dalam tanah guna meningkatkan
produksi tanaman. Para pakar Rusia melaporkan adanya kenaikan produksi
serealia, tembakau dan kapas sebesar 20 % pada tanah yang diinokulasi
dengan Azotobacter. Ada 3 spesies yang Azotobacter yang terkenal yaitu
A. Chroococcum, A. Vinelandii, dan A. Agite. Azotobacter adalah
organisme penambat N yang hidup bebas yang paling efisien, ia
mengoksidasi 1 g gula untuk menambat 5 – 20 mg N. Bakteri ini hanya
bertahan di daerah rizosfer dan tidak di daerah bebas akar. Jumlah
inokulan yang diperlukan agar diperoleh hasil yang baik adalah 104
sel bakteri perbiji.
Perlakuan biji dengan Azotobacter dimungkinkan
karena ia mampu bermigrasi sepanjang pertumbuhan akar. Migrasi dan
perbanyakannya berlangsung karena stimulasi eksudat akar muda seperti
berbagai gula. Sel – sel bakteri ini tidak memperbanyak diri pada
bagian akar yang dewasa.
Inokulasi Azotobacter pada tanaman
dimaksudkan untuk meningkatkan produksi, laju pekecambahan, pertumbuhan
akar dan perkembangan tanaman (ex. pada tanaman tomat). Pengaruh
peningkatan produksi tersebut terjadi akibat Azotobacter dapat menambat
N, dapat menghasilkan pemacu tumbuh, dan dapat menghambat patogen
tanaman.
Ganggang hijau biru, tumbuh subur pada
lapisan permukaan tanah yang cukup cahaya. Ganggang sangat penting untuk
padi sawah karena dapat menambat N sebanyak 13 – 70 kg N/ha/th.
Dilaporkan oleh Watanabe (1960), padi yang diinokulasi dengan ganggang
hijau biru akan memperoleh N 20% lebih banyak dari pada yang tidak
diinokulasi.
Rhizobium yang diinokulasikan pada
kedelai menaikkan hasil biji sebesar 31% (Norman, 1943), sedangkan Lynch
dan Sears ( 1952) menemukan bahwa 89 dari 108 buah unit percobaan
kedelai yang menunjukkan bahwa inokulasi meningkatkan hasil produksi.
Umumnya tanah yang tidak mengandung rhizobia memerlukan pre-inokulasi
untuk mendapatkan produksi yang tinggi pada tahun-tahun pertama setelah
penanaman, sedangkan pada tanah yang secara alami mengandung rhizobia
yang efektif, pre-inokulasi hanyalah suatu usaha untuk mengatasi
kegagalan produksi. Tidak semua legum yang berbintil menambat N dengan
kadar yang sama. Clover putih dan lucerna yang merupakan pepolongan yang
paling efisien dalam nemambat N.
Tabel. Fiksasi N oleh berbagai pepolongan
Pepolongan | N yang difiksasi/acre/tahun |
Lucerna
Clover putih Legum campuran Clover merah Sweet clover Kedelai |
158
133 112 103 93 84 |
Fungi-mikoriza dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman melalui akumulasi nutrien terlarut dari tanah dan
memindahkannya ke tanaman. Fungi-mikoriza ektotrofik membantu
pengambilan P oleh akar tanaman (diserap melalui selubung fungi). Hanya
sejumlah kecil P akan diteruskan ke akar jika lingkungan luar (tanah)
kaya P, sebaliknya sejumlah besar P akan diteruskan ke akar jika
lingkungan luar kekurangan P. Fungi-mikoriza bertindak sebagai
perangkap yang akan menyimpan P jika lingkungan tanah cukup P dan
memasok inang dengan sejumlah P sepanjang tahun.
Tomat, jagung dan tembakau meningkat
pertumbuhannya dengan inokulasi Fungi-mikoriza, terutama pada tanah yang
kekurangan P dan jumlah inokulan tinggi.
2. Produksi substansi pengatur tumbuh
Mikroorganisme penghasil substansi pengatur tumbuh
dan vitamin yang dalam jumlah kecil sudah dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Kemampuan mikroorganisme untuk mensintesis asam Indole asetat (IAA) sudah
lama diketahui namun peran IAA sebagai pengatur tumbuh baru kemudian
diketahui. Dari 150 jenis fungi, bakteri dan aktinomicetes yang
diisolasi dari tanah 66% diantaranya dapat mensintesis substansi yang
merangsang pertumbuhan koleoptil avena. Ekstrak algae , dapat memacu
pertumbuhan kecambah padi dalam waktu singkat, memacu perkembangan akar
dan tanaman bagian atas serta kandungan protein padi meningkat (Shukla
dan Gupta, 1968). Akar tanaman tidak dapat mensintesa vit, dan dalam
keadaan biasa mendapat suplai dari bagian tanaman lain, namun akar dapat
menyerap substansi pengatur tumbuh dan hormon jika ada dalam tanah.
Azotobacter, menghasilkan hormon tumbuh (auksin dan IAA) dan melalui
proses imbisi masuk ke dalam biji yang berkecambah.
3. Penyediaan hara untuk pertumbuhan tanaman
Mikroorganisme merombak bahan organik, melepas hara
anorganik yang dibutuhkan tanaman. Jika mikroorganisme tidak ada maka bahan
organik akan berakumulasi, unsur hara tidak tersedia. Di daerah dengan
aktivitas mikroorganisme yag rendah seperti daerah rawa endapan gambut akan
terbentuk kerena laju pembentukan substansi organik melebihi laju
perombakannya. Rhizoctonia (simbion mikoriza anggrek), merombak
karbohidrat dan meneruskannya ke inang (anggrek) berupa gula.
Mikroorganisme dapat menghasilkan asam-asam organik
seperti asam glukonat (bakteri), asam sitrat, asam ksalat (fungi) dapat
melarutkan mineral, namun fosfat besi, fosfat aluminium resisten
terhadap asam-asam tersebut, tetapi dapat larut oleh asam hidrogen
sulfida yang juga dihasilkan oleh mikroorganisme. Sebagian besar pengurai silikat
dan fosfat ditemukan di dalam tanah yang cukup bahan organik sebagai
substrat mikroorganisme. Kobus (1962), mengestimasi bahwa 8 – 95% mikroorganisme yang
diteliti dari berbagai contoh tanah dapat menguraikan kalsiumdifosfat.
Tabel. Mineral silikat yang diuraikan oleh m.o tanah
Total isolat | % mineral yang diurai | ||
Ca-silikat | Mg-silikat | Zn-silikat | |
Bakteri 265 | 83 | 65 | - |
Aktinomicetes 39 | 87 | 46 | - |
Fungi 149 | 94 | 76 | 96 |
Mikroorganisme pelarut P banyak ditemukan di
daerah rhizosfer dan meningkat lagi di daerah permukaan akar. Senyawa P
yang banyak terurai adalah fenoltalin difosfat, glycerofosfat dan
natrium fitat. Mikroorganisme dapat mengurai fosfat organik dalam kultur tetapi
sering terjadi senyawa tersebut tidak terurai dalam tanah karena mineral
liat dan sesquioksida mampu menjerapnya.
Imobilisasi P oleh mikroorganisme terjadi bila
konsentrasi P di daerah luar akar <0,5 ppm, maka mikroorganisme akan
mengakumulasi P. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya transfer P ke
bagian atas tanaman dan peningkatan jumlah P dalam bentuk as.nukleat,
fosfolipid dan fosfoprotein pada mikroorganisme permukaan akar dalam lingkungan
tidak steril.
4. Hambatan terhadap patogen tumbuhan
Mikroorganisme yang bersifat patogen dapat
menyebabkan hilangnya tanaman pangan dalam jumlah besar. Untuk
meningkatkan produksi maka mikroorganisme patogen harus ditekan, penekanan
terhadap mikroorganisme tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan sifat
antagonis dari saprofit tanah. Hambatan terhadap mikroorganisme patogen lebih
mudah didemonstrasikan dalam lingkungan terkendali dibandingkan dalam
lingkungan alami. Contoh, pengendalian Fusarium solani (penyebab penyakit busuk akar) pada kacang panjang oleh Xanthomonas
. Disamping itu akibat pemberian sulfur akan terbentuk asam akibat
organisme pengoksidasi sulfur, hal ini (asam) dapat menekan pertumbuhan Streptomyces scabies (penyebab
kudis) pada kentang. Disamping bakteri, aktinomicetes penghasil
antibiotik dapat mengurangi kerusakan akar kecambah gandum yang
disebabkan oleh Helminthosporium sativum.
Tanaman yang resisten memiliki mekanisme yang mendorong pertumbuhan mikroba antagonis. Contoh, resistensi
penyakit pada flax karena adanya senyawa linamarin yang akan membentuk
hidrogen sianida bila dihidrolisis. Patogen Fusarium dan Helminthosporium dihambat oleh pembentukan hidrogen sianida sedangkan yang antagonis seperti Trichoderma viride
tidak terpengaruh. Namun demikian pembentukan asam sianida perlu
dikendalikan sebab kalau berlebih dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
5. Pembentukan susbstansi fitotoksin
Banyak parasit tanaman asal tanah dan mikroorganisme
hidup bebas dapat menghasilkan toksin atau melepas toksin dari residu
tanaman dalam tanah sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Senyawa kimia fitotoksik yang potensil dihasilkan mikroorganisme hidup bebas adalah
asam amino, antibiotik, giberelin, nitrit, karbon dioksida, hidrogen
sulfida. Alkaloid, koumarin, fenol, aldehild, amonia, hidrogen sianida,
as.amino, asam organik dapat dilepas mikroorganisme dari bahan organik tanah.
Ciri suatu fitotoksin:
- Sejumlah kecil senyawa sudah cukup menghambat pertumbuhan tanaman, sehingga sukar untuk dideteksi dan diekstrak pada konsentrasi efektif dari tanah (konsentrasi rendah). Mungkin juga substansi yang terdapat dalam tanah berada pada konsentrasi yang tidak efektif tetapi menjadi pekat bila diabsorpsi tanaman. Dapat juga suatu konsentrasi bersifat toksik tetapi pada konsentrasi yang berbeda bersifat stimulasi (Ex. Giberellin dan amonia).
- Substansi biasanya diserap tanaman. Perakaran dapat menyerap molekul berukuran besar baik melalui difusi ataupun penyerapan aktif (Ex. Antibiotik diserap dan ditranslokasi ke berbagai bagian tanaman).
- Fitotoksin dapat bertahan lama dalam tanaman atau jika didegradasi akan menjadi senyawa yang dapat lebih beracun yang kemudian dapat menampakkan gejala.
Diagnosis fitotoksin biasanya rumit,
karena sulit membedakan gejala kekurangan mineral dan pengaruh keadaan
lingkungan yang tidak cocok. Disamping itu substansi anorganik dapat
menstimulasi atau menekan aktivitas toksin. Contoh, besi meningkatkan
potensi toksin yang dihasilkan patogen fusaria.
Fitotoksin yang dihasilkan mikroorganisme hidup
bebas biasanya berasosiasi dengan lingkunga yang berat, kandungan bahan
organik yang tinggi, aerasi buruk, tergenang, bersuhu rendah, yang
secara terpisah memang menghambat pertumbuhan tanaman.
Produksi toksin tampaknya berasosiasi
dengan tahap awal dekomposisi. Misalnya, dekomposisi jerami gandum pada
tahap awal dekomposisi memberi efek yang merugikan bagi tanaman
serealia terutama pada dua sampai tiga minggu pertama.
Gejala yang tampak pada tanaman akibat
aktivitas fitotoksin beragam. Misalnya, menghambat perkecambahan,
pertumbuhan akar dan tanaman bagian atas, menjadi layu dan meningkatnya
kepekaan terhadap penyakit. Efek lain fitotoksin pada tembakau yang
disebut “ frenching” yaitu tanaman membentuk sejumlah tunas tambahan dan
daun yang abnormal.
6. Produksi enzim
Enzim adalah molekul yang fungsi
biologisnya mengarahkan reaksi kimia yang khusus. Enzim merupakan
katalis organik, bersifat protein, mempercepat reaksi kimia. Enzim dapat
diserap akar sehingga bila enzim banyak dibentuk di dalam rizosfer
maupun organisme permukaan akar maka dapat menimbulkan pengaruh.
Poligalakturonase yang dibentuk akar distimulasi oleh adanya rizobia
disekitar rambut akar yang selanjutnya akan menginfeksi dan memodifikasi
struktur akar. Beberapa contoh enzim yang berasal dari eksudat akar dan
dari aktivitas mikroorganisme yaitu, invertase, amilase, protease, fosfatase,
nuklease dan sellulase.
7. Kompetisi antara mikroorganisme dengan tanaman
Mikroorganisme bersaing secara efisien dengan akar
tanaman untuk memperoleh hara mineral mengingat reaksi metabolismenya
yang lebih kompleks. Makin banyak ATP yang dihasilkan setiap bobot
suatu jaringan untuk suatu waktu tertentu menyatakan jumlah energi yang
tersedia untuk pengambilan ion. Kompetisi juga dijumpai dalam
lingkungan anaerob karena banyak mikroorganisme mampu menghasilkan energi sedang
akar terhambat. Contoh, bakteri denitrifikasi dapat memanfaatkan nitrat
sebagai akseptor elektron pengganti oksigen yang diutuhkan pada
respirasi. Dengan demikian mikroorganisme tersebut tidak hanya mengambil nitrat
dari lingkungan akar tetapi juga bersaing untuk memperoleh hara lain.
Denitrifikasi dihambat oleh oksigen,
karena oksigen bersaing dengan nitrat sebagai akseptor elektron. Dengan
demikian denitrifikasi terjadi pada tanah tergenang. Denitrifikasi juga
dapat terjadi didaerah akar yang hidup karena adanya tekanan oksigen
yang rendah dalam rizosfer yang diawali oleh respirasi mikroorganisme yang aktif,
adanya donor hidrogen yang sesuai dan jumlah bakteri denitrifikasi yang
banyak. Denitrifikasi adalah proses reduksi nitrat menjadi nitrit,
nitrogen atau nitrous oksida selama respirasi yang diperantarai nitrat
reduktase dan sitokrome. Proses ini dapat dilakukan oleh beberapa spsies
seperti Pseudomonas, Micrococcus dan Bacillus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar