Teknik Menciptakan Tanaman Berbuah Sepanjang Masa
Tanaman buah-buahan di daerah tropika,
pada umumnya hanya berbuah sekali saja dalam satu tahun, terjadi di
waktu musim yang relatif pendek. Pada waktu itu, buah melimpah dan
sering lebih cepat rusak. Akibatnya petani buah mengalami kesulitan
dalam penyimpanan serta menimbulkan kerugian besar.
Mengatasi hal itu, para ahli telah
menemukan teknologi, agar tanaman dapat berbuah setiap saat. Tujuannya
menjaga ketersediaan buah setiap saat di pasaran, serta dapat memperoleh
keuntungan dari harga jual buah yang tinggi. Teknologi yang telah
dihasilkan itu adalah dengan cara memanipulasi fisik maupun kimiawi
pohon. Perontokan daun, stress kekeringan air dan penggunaan zat
pengatur tumbuh (ZPT), Â merupakan cara yang sudah dilakukan untuk
memproduksi buah sepanjang waktu.
Proses pembungaan
Pembungaan merupakan awal dari
keberhasilan untuk berbuah. Pembungaan mengalami proses kompleks. Masa
reproduksi seksual (pembungaan) tanaman semusim, dipicu oleh perubahan
panjang hari (fotoperiod), sehingga dikenal adanya tanaman hari panjang (long-day plant) dan tanaman hari pendek (short-day-plant).
Pendekatan genetic moleculer
telah berhasil mengidentifikasi gen-gen yang terlibat dalam pembungaan
(Komeda, 2004). Perkembangan reproduktif, umumnya diinisiasi ketika
protein pendorong-pembungaan telah terakumulasi sampai level tertentu.
Protein tersebut diencode oleh gen Flowering locus T (FT, Kobayashi et al. 1999) dan gen Suppressor of expression of Co1 (SOC1 = AGL, Samach et al., 2000).
Umur, fotoperiod, vernalisasi dan hormon
gibberellin (GA), berpengaruh dalam pembungaan (Kobayashi et.al.1999
dan Samach et.al.2000). Gen FT dan SOC1 mengaktifkan gen Leafy (Blazquez and Weigel 2000), dan mengaktifkan transkripsi Apetala1 (Wagner et al. 1999).
Transisi pertumbuhan vegetatif ke
generatif pada tanaman semusim, terjadi sekali dalam siklus hidup
tanaman. Transisi meliputi perubahan meristem pucuk yang tumbuh menjadi
bunga. Kebanyakan pohon buah-buahan merupakan tanaman polikarpik, yang
harus mempertahankan pertumbuhan vegetatif pada sebagian pucuknya.
Musim berperan dalam perkembangan bunga.
Induksi bunga dan diferensiasi tunas bunga terjadi sebelum pohon dorman
di musim dingin, sehingga proses munculnya bunga dapat terjadi musim
semi. Waktu yang diperlukan sejak dari induksi sampai bunga muncul lebih
10 bulan.
Sinyal fotoperiod mengatur dormansi
tanaman di daerah dingin, dan tidak terlibat langsung dalam
mengendalikan induksi bunga pada pohon tahunan. Stimulus lingkungan
(suhu sejuk dan kering) berperan dalam induksi bunga di daerah tropis
dan sub-tropis. Di akhir suhu sejuk dan kering, pembungaan makin
intensif (Davenport 1988).
Hormon gibberellins (GAs) berperan dalam
pertumbuhan bunga dan buah pada tumbuhan tingkat tinggi. GAs mengontrol
tahap pertumbuhan vegetatif dan generatif. GAs menghambat diferensiasi
tunas bunga (Goldschmist etal. 1997), dan pertumbuhan vegetatif serta
mendorong pembungaan yang lebih intensif (Rademacher 2004).
Pembungaan Jeruk
Jeruk berasal dari daerah tropika basah di Cina dan Asia Tenggara. Sekarang telah tersebar di daerah  40o LU sampai 40o LS.
Pembungaan jeruk dipicu oleh suhu dingin atau stres kekeringan, diikuti
dengan pemulihan kondisi lingkungan. Tingkat kelebatan bunga,
proporsional dengan lama dan tingkat cekaman stres tersebut (Davenport
1988). Southwich dan Davenport (1986) melakukan cekaman air, pada
tingkat menengah dan tinggi, yaitu -2.8 dan -3.5 MPa (potensial air daun
tengah hari) selama 2-5 minggu.
Setelah dua minggu dilakukan cekaman
air, akibatnya potensial air daun (dini hari) -0.9 MPa sampai -2.25 MPa
(siang hari). Hal ini, telah cukup menginduksi tunas-tunas generatif.Â
Perlakuan stres air menengah menghasilkan 9 tunas, 32-90% nya adalah
tunas generatif per tanaman. Stres air tinggi menghasilkan 50 tunas, 84%
nya adalah tunas generatif. Kontrol hanya menghasilkan 3 atau 4 tunas
yang semuanya vegetatif. Pertumbuhan tunas terjadi pada kondisi air
tanah optimum setelah cekaman air dihilangkan, akibatnya tidak ditemukan
perbedaan panjang tunas diantara perlakuan.
Teknik stres air untuk membuat tanaman
jeruk berbuah dua kali setahun di lahan sawah, sudah dilakukan oleh
petani di Garut sejak tahun 1980, sementara di lahan darat hanya berbuah
sekali (Supanjani 1985). Di musim kemarau, petani mengeringkan sawah
dengan sistem surjan. Ketika daun telah layu non permanen (sekitar
1-1.5 bulan setelah pengeringan), tanaman dipupuk NPK, selokan diairi
penuh dan kanopi daun disiram air.
Pembungaan Apel
Apel adalah tanaman daerah dingin, yang mengalami dormansi. Untuk mematahkan dormansi perlu suhu dingin (chilling requirement), paling efektif pada 2oC dibanding 6oC >10oC
(Thompson et al. 1975). Di daerah tropika, seperti di Batu Malang, apel
layak dibudidayakan, karena suhunya relatif stabil dan mempunyai suhu chilling, dan tanaman tidak memerlukan dormansi untuk menghadapi musim dingin (winter).
Teknik yang dilakukan adalah mencegah tanaman memasuki masa dormansi, dan perontokan seluruh daun (defoliasi),
sebelum kuncup tersebut memasuki dormansi (Saure 1973). Teknik
pengguguran daun berhasil diterapkan untuk budidaya apel dan peach di
beberapa negara tropika, sehingga berbuah dua kali setahun (Saure
1985). Pengguguran daun dapat dilakukan langsung dengan cara mekanik
atau kimia (10% CuSO4 atau 10% urea), atau secara tidak langsung dengan pengeringan sehingga daun layu dan gugur.
Efektifitas defoliasi daun dalam
menginduksi pembungaan, dapat ditingkatkan dengan cara pemotongan pucuk
pohon dan pelengkungan cabang. Kedua cara ini, seperti pengaruh
kekeringan sementara, mengurangi kuatnya dominansi apikal dan mendorong
induksi bunga dan perkembangan bunga berikutnya; sementara pada pohon
yang vigor memacu pertumbuhan spur, dapat berbunga pada musim berikutnya
(Saure 1985).
Pembungaan Mangga
Mangga berbuah di pucuk. Faktor yang
menentukan pergantian dari pertumbuhan vegetatif ke generatif belum
banyak diketahui, meskipun periode suhu dingin (<18oC)
sebelum periode pembungaan diduga berperan penting (Davenport and
Nunez-Elisea, 1997). Di Indonesia, kemarau selama tiga bulan diduga
penting untuk pembungaan mangga, meskipun ini mungkin dapat lebih
pendek.
Di Filipina, pembungaan mangga telah
berhasil melalui menyemprot daun dengan Multi NPK (12-2-44), sehingga
produksi buah mangga telah terejadi sepanjang tahun (Golez and Zamora
1997). Pembungaan meningkat dengan n dosis dari 0.5 sampai 2% Multi
NPK dan terjadi  pembungaan maksimum (81%). Dosis Multi NPK sampai 3%
menurunkan pembungaan, dan hanya (51%) cabang berbunga, sementara itu,
tanaman kontrol tidak berbunga sama sekali. Buah yang terbentuk
meningkat pada dosis Multi NPK sampai 2.5%, dan jumlah buah per malai
terbanyak pada dosis 2.24%.
Golez dan Zamora (1997) menyarankan
untuk aplikasi induksi akhir (Desember-April) sebaiknya digunakan
konsentrasi Multi NPK rendah (1.0-1.5%), sementara untuk induksi awal
(Juli-November) dosis yang lebih tinggi (2.0-2.5%) perlu digunakan.
Penggunaan zat penghambat tumbuh
paklobutrazol dan morphactin telah diuji di Australia (Blaikie et al.
2004, Gonzales et al. 2004). Paklobutrazol disiramkan ke tanah
sekeliling pohon dengan dosis 1.25 g per m kanopi. Sementara 0.5%
morphactin dicampur dalam toluene dan minyak diesel (1:2 ) dan
emulsifier. Pohon dikerat dengan alur melingkar selebar 0.5 cm pada
kedalaman setebal kulit batang, dengan ketinggian sekitar 0.5 m di atas
permukaan tanah, tali kapas dicelup dalam larutan dan ditalikan pada
alur tersebut. Perlakuan ini dapat menurunkan pertumbuhan kanopi sebesar
20-30%, dan akar sebesar 30-50%. Kedua perlakuan ini meningkatkan
pembungaan 60-80% pada tahun pertama, tetapi pada tahun kedua
paklobutrazol lebih baik, meningkatkan lebih dari 90%, dan morphactin
sekitar 40-60% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Pada tahun
ketiga, pengaruh morphactin hilang, sementara paklobutrazol masih
meningkatkan pembungaan. Perlakuan ini tidak merubah pola pembungaan
mangga.
Pembungaan Lengkeng
Lengkeng (Dimocarpus longan),
memerlukan suhu dingin untuk berbunga. Di dataran rendah/daerah panas,
budidaya lengkeng tidak berkembang. Tahun 2000 ditemui varietas Diamond
River, yang cocok untuk dataran rendah, dan kini telah berkembang di
Indonesia.
Tahun 1998 para ahli menemukan cara induksi pembungaan lengkeng dengan KClO3 (Manochai et al. 2005). Dosis yang digunakan adalah 0.25 g/cm diinjeksi batang, 2 g/l disemprotkan ke daun, dan 1-8 g KClO3/m2 disebar di tanah bawah kanopi (cara paling efisien). Varietas Sri Chompo lebih responsif (1 gr KClO3/m2) dibandingkan varietas Edaw (4 g KClO3/m2). Aplikasi KClO3 terbaik adalah saat daun telah tua (40-45 hari), apabila daun terlalu muda (kurang dari 10 hari), pembungaan tidak terjadi.
Pohon telah dapat diinduksi kembali 72
hari setelah panen. Panjang malai berkurang, bila masa pemulihan kurang
dari tiga bulan (Manochai et al. 2005). Percobaan di Hawaii menunjukkan
bahwa varietas Kohala, Sri Chompoo, Biew Kiew, dan E-Wai, mampu berbunga
serentak dua bulan setelah perlakuan KClO3 (Anonim 2002).
Di Thailand, bunga lengkeng muncul 21-24 hari setelah aplikasi KClO3
pada tanah (Subhadrabandhu dan Yapwathanapun, 2001), dan mekar 25-30
hari. Buah terbentuk setelah 17-21 hari, berukuran sebesar kacang pea
17-20 hari berikutnya. Biji berubah warna menjadi hitam 80-85 hari,
dan buah sudah masak dan siap panen 34-40 hari. (Sumber: Supanjani. *)
Penyuluh pada BPTP Sumbar)
Oleh Ahmad Syufri |
Selasa, 31 Januari 2012 08:42 |
http://sumbar.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=399:teknik-menciptakan-tanaman-berbuah-sepanjang-masa&catid=1:info-teknologi