Jumat, 21 Februari 2014

Teknik Menciptakan Tanaman Berbuah Sepanjang Masa

Teknik Menciptakan  Tanaman  Berbuah Sepanjang Masa
Tanaman buah-buahan di daerah tropika, pada umumnya hanya berbuah sekali saja dalam satu tahun, terjadi di waktu musim yang relatif pendek. Pada waktu itu, buah melimpah dan sering lebih cepat rusak. Akibatnya petani buah mengalami kesulitan dalam penyimpanan serta menimbulkan kerugian besar.
Mengatasi hal itu, para ahli telah menemukan teknologi, agar tanaman dapat berbuah setiap saat. Tujuannya menjaga ketersediaan buah setiap saat di pasaran, serta dapat memperoleh keuntungan dari harga jual buah yang tinggi. Teknologi yang telah dihasilkan itu adalah dengan cara memanipulasi fisik maupun kimiawi pohon. Perontokan daun, stress kekeringan air dan penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT),  merupakan cara yang sudah dilakukan untuk memproduksi buah sepanjang waktu.

Proses pembungaan
Pembungaan merupakan awal dari keberhasilan untuk berbuah. Pembungaan mengalami proses kompleks. Masa reproduksi seksual (pembungaan) tanaman semusim, dipicu oleh perubahan panjang hari (fotoperiod), sehingga dikenal adanya tanaman hari panjang (long-day plant) dan tanaman hari pendek (short-day-plant).
Pendekatan genetic moleculer telah berhasil mengidentifikasi gen-gen yang terlibat dalam pembungaan (Komeda, 2004). Perkembangan reproduktif, umumnya diinisiasi ketika protein pendorong-pembungaan telah terakumulasi sampai level tertentu. Protein tersebut diencode oleh gen Flowering locus T (FT, Kobayashi et al. 1999) dan gen Suppressor of expression of Co1 (SOC1 = AGL, Samach et al., 2000).
Umur, fotoperiod, vernalisasi dan hormon gibberellin (GA), berpengaruh dalam pembungaan (Kobayashi et.al.1999 dan Samach et.al.2000). Gen FT dan SOC1 mengaktifkan gen Leafy (Blazquez and Weigel 2000), dan mengaktifkan transkripsi Apetala1 (Wagner et al. 1999).
Transisi pertumbuhan vegetatif ke generatif pada tanaman semusim,  terjadi sekali dalam siklus hidup tanaman. Transisi meliputi perubahan meristem pucuk yang tumbuh menjadi bunga. Kebanyakan pohon buah-buahan merupakan tanaman polikarpik, yang harus mempertahankan pertumbuhan vegetatif pada sebagian pucuknya.
Musim berperan dalam perkembangan bunga. Induksi bunga dan diferensiasi tunas bunga terjadi sebelum pohon dorman di musim dingin, sehingga proses munculnya bunga dapat terjadi musim semi. Waktu yang diperlukan sejak dari induksi sampai bunga muncul lebih 10 bulan.
Sinyal fotoperiod mengatur dormansi tanaman di daerah dingin, dan tidak terlibat langsung dalam mengendalikan induksi bunga pada pohon tahunan. Stimulus lingkungan (suhu sejuk dan kering) berperan dalam induksi bunga di daerah tropis dan sub-tropis. Di akhir suhu sejuk dan kering, pembungaan makin intensif (Davenport 1988).
Hormon gibberellins (GAs) berperan dalam pertumbuhan bunga dan buah pada tumbuhan tingkat tinggi. GAs mengontrol tahap pertumbuhan vegetatif dan generatif. GAs menghambat diferensiasi tunas bunga (Goldschmist etal. 1997), dan pertumbuhan vegetatif serta mendorong pembungaan yang lebih intensif (Rademacher 2004).
Pembungaan Jeruk
Jeruk berasal dari daerah tropika basah di Cina dan Asia Tenggara. Sekarang telah tersebar di daerah  40o LU sampai 40o LS. Pembungaan jeruk dipicu oleh suhu dingin atau stres kekeringan, diikuti dengan pemulihan kondisi lingkungan. Tingkat kelebatan bunga, proporsional dengan lama dan tingkat cekaman stres tersebut (Davenport 1988). Southwich dan Davenport (1986) melakukan cekaman air, pada tingkat menengah dan tinggi, yaitu -2.8 dan -3.5 MPa (potensial air daun tengah hari) selama 2-5 minggu.
Setelah dua minggu dilakukan cekaman air, akibatnya potensial air daun (dini hari) -0.9 MPa sampai -2.25 MPa (siang hari). Hal ini, telah cukup menginduksi tunas-tunas generatif.  Perlakuan stres air menengah menghasilkan 9 tunas, 32-90% nya adalah tunas generatif per tanaman. Stres air tinggi menghasilkan 50 tunas, 84% nya adalah tunas generatif. Kontrol hanya menghasilkan 3 atau 4 tunas yang semuanya vegetatif. Pertumbuhan tunas terjadi pada kondisi air tanah optimum setelah cekaman air dihilangkan, akibatnya tidak ditemukan perbedaan panjang tunas diantara perlakuan.
Teknik stres air untuk membuat tanaman jeruk berbuah dua kali setahun di lahan sawah, sudah dilakukan oleh petani di Garut sejak tahun 1980, sementara di lahan darat hanya berbuah sekali (Supanjani 1985). Di musim kemarau, petani mengeringkan sawah dengan sistem surjan.  Ketika daun telah layu non permanen (sekitar 1-1.5 bulan setelah pengeringan), tanaman dipupuk NPK, selokan diairi penuh dan kanopi daun disiram air.

Pembungaan Apel
Apel adalah tanaman daerah dingin, yang mengalami dormansi. Untuk mematahkan dormansi perlu suhu dingin (chilling requirement), paling efektif pada 2oC dibanding 6oC >10oC (Thompson et al. 1975). Di daerah tropika, seperti di Batu Malang, apel layak dibudidayakan, karena suhunya relatif stabil dan mempunyai suhu chilling, dan tanaman tidak memerlukan dormansi untuk menghadapi musim dingin (winter).
Teknik yang dilakukan adalah mencegah tanaman memasuki masa dormansi, dan perontokan seluruh daun (defoliasi), sebelum kuncup tersebut memasuki dormansi (Saure 1973). Teknik pengguguran daun berhasil diterapkan untuk budidaya apel dan peach di beberapa negara tropika, sehingga berbuah dua kali setahun (Saure 1985).  Pengguguran daun dapat dilakukan langsung dengan cara mekanik atau kimia (10% CuSO4 atau 10% urea),  atau secara tidak langsung dengan pengeringan sehingga daun layu dan gugur.
Efektifitas defoliasi daun dalam menginduksi pembungaan, dapat ditingkatkan dengan cara pemotongan pucuk pohon dan pelengkungan cabang.  Kedua cara ini, seperti pengaruh kekeringan sementara, mengurangi kuatnya dominansi apikal dan mendorong induksi bunga dan perkembangan bunga berikutnya; sementara pada pohon yang vigor memacu pertumbuhan spur, dapat berbunga pada musim berikutnya (Saure 1985).

Pembungaan Mangga
Mangga berbuah di pucuk. Faktor yang menentukan pergantian dari pertumbuhan vegetatif ke generatif belum banyak diketahui, meskipun periode suhu dingin (<18oC) sebelum periode pembungaan diduga berperan penting (Davenport and Nunez-Elisea, 1997). Di Indonesia, kemarau selama tiga bulan diduga penting untuk pembungaan mangga, meskipun ini mungkin dapat lebih pendek.
Di Filipina, pembungaan mangga telah berhasil melalui menyemprot daun dengan Multi NPK (12-2-44), sehingga produksi buah mangga telah terejadi sepanjang tahun (Golez and Zamora 1997).  Pembungaan meningkat dengan n dosis dari 0.5 sampai 2% Multi NPK dan terjadi  pembungaan maksimum (81%). Dosis Multi NPK sampai 3% menurunkan pembungaan, dan hanya (51%) cabang berbunga, sementara itu, tanaman kontrol tidak berbunga sama sekali. Buah yang terbentuk meningkat pada dosis Multi NPK sampai 2.5%, dan jumlah buah per malai terbanyak pada dosis 2.24%.
Golez dan Zamora (1997) menyarankan untuk aplikasi induksi akhir (Desember-April) sebaiknya digunakan konsentrasi Multi NPK rendah (1.0-1.5%), sementara untuk induksi awal (Juli-November) dosis yang lebih tinggi (2.0-2.5%) perlu digunakan.
Penggunaan zat penghambat tumbuh paklobutrazol dan morphactin telah diuji di Australia (Blaikie et al. 2004, Gonzales et al. 2004). Paklobutrazol disiramkan ke tanah sekeliling pohon dengan dosis 1.25 g per m kanopi. Sementara 0.5% morphactin dicampur dalam toluene dan minyak diesel (1:2 ) dan emulsifier.  Pohon dikerat dengan alur melingkar selebar 0.5 cm pada kedalaman setebal kulit batang, dengan ketinggian sekitar 0.5 m di atas permukaan tanah, tali kapas dicelup dalam larutan dan ditalikan pada alur tersebut. Perlakuan ini dapat menurunkan pertumbuhan kanopi sebesar 20-30%, dan akar sebesar 30-50%.  Kedua perlakuan ini meningkatkan pembungaan 60-80% pada tahun pertama, tetapi pada tahun kedua paklobutrazol lebih baik, meningkatkan lebih dari 90%, dan morphactin sekitar 40-60% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.  Pada tahun ketiga, pengaruh morphactin hilang, sementara paklobutrazol masih meningkatkan pembungaan. Perlakuan ini tidak merubah pola pembungaan mangga.

Pembungaan Lengkeng
Lengkeng (Dimocarpus longan), memerlukan suhu dingin untuk berbunga. Di dataran rendah/daerah panas, budidaya lengkeng tidak berkembang. Tahun 2000 ditemui varietas Diamond River, yang cocok untuk dataran rendah, dan kini telah berkembang di Indonesia.
Tahun 1998 para ahli menemukan cara induksi pembungaan lengkeng dengan KClO3 (Manochai et al. 2005).  Dosis yang digunakan adalah 0.25 g/cm diinjeksi batang,  2 g/l disemprotkan ke daun, dan 1-8 g KClO3/m2 disebar di tanah bawah kanopi (cara paling efisien). Varietas Sri Chompo lebih responsif (1 gr KClO3/m2) dibandingkan varietas Edaw (4 g KClO3/m2). Aplikasi KClO3 terbaik adalah saat daun telah tua (40-45 hari), apabila daun terlalu muda (kurang dari 10 hari), pembungaan tidak terjadi.
Pohon telah dapat diinduksi kembali 72 hari setelah panen. Panjang malai berkurang, bila masa pemulihan kurang dari tiga bulan (Manochai et al. 2005). Percobaan di Hawaii menunjukkan bahwa varietas Kohala, Sri Chompoo, Biew Kiew, dan E-Wai, mampu berbunga serentak dua bulan setelah perlakuan KClO3 (Anonim 2002).
Di Thailand, bunga lengkeng muncul 21-24 hari setelah aplikasi KClO3 pada tanah (Subhadrabandhu dan Yapwathanapun, 2001), dan mekar 25-30 hari. Buah terbentuk setelah 17-21 hari, berukuran sebesar kacang pea 17-20 hari berikutnya.  Biji berubah warna menjadi hitam 80-85 hari, dan buah sudah masak dan siap panen 34-40 hari.  (Sumber: Supanjani. *) Penyuluh pada BPTP Sumbar)

Oleh Ahmad Syufri   
Selasa, 31 Januari 2012 08:42
http://sumbar.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=399:teknik-menciptakan-tanaman-berbuah-sepanjang-masa&catid=1:info-teknologi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar