Perilaku serangga hama merusak tanaman sehingga merugikan pertanian, diantaranya adalah:
a. Serangga
menyerang (menggerek, melubangi, menghisap cairan, menggorok,
menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada akar tanaman
sehingga proses pengisapan/penyerapan unsur hara, air, dan lain-lain terganggu.
b. Serangga
menyerang (menggerek, melubangi, menghisap cairan, menggorok,
menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada batang atau
cabang dan ranting sehingga pengangkutan (transportasi) zat makanan
terganggu atau terhenti sama sekali sehingga tanaman menjadi layu atau
mati.
c. Serangga
menyerang (menggerek, melubangi, menghisap cairan, menggorok,
menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada bagian daun
sehingga proses fotosintesis terganggu (terhambat).
d. Serangga
menyerang (menggerek, melubangi, menghisap cairan, menggorok,
menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada bagian buah atau
biji sehingga buah rusak ataupun bijinya hampa.
e. Serangga
menyerang atau merusak (menggerek, melubangi, menghisap cairan,
menggorok, menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada titik
tumbuh tanaman.
f. Serangga sebagai vektor atau penular penyakit tanaman.
g. Mengambil bagian-bagian tertentu tanaman untuk dijadikan sarang atau tempat meletakkan telur, sehingga merusak tanaman.
h. Membawa serangga jenis lain yang berpotensi menjadi hama tanaman.
Gejala Serangan Serangga Hama
Bentuk
Gejala serangan serangga hama diantaranya ditentukan oleh jenis hama
dan tipe alat mulut dari serangga hama tersebut. Berikut ini adalah
contoh gejala serangan serangga hama menurut ordo serangga.
A. Ordo Lepidoptera (kupu-kupu & ngengat)
Dari
ordo ini yang banyak merusak tanaman adalah larvanya (ulat). Tipe alat
mulut larva menggigit-mengunyah. Akibat serangannya ialah bagian organ
tanaman hilang atau rusak, pertumbuhan tidak normal, bahkan dapat
menimbulkan kematian tanaman atau bagian tanaman.
B. Ordo Hemiptera (kepik)
Tipe
alat mulut ordo Hemiptera adalah menusuk-mengisap. Bagian tanaman yang
diserang akan mengalami kehilangan cairan sel. Bekas tusukan bisa
menimbulkan nekrosa (kematian jaringan tanaman).
C. Ordo Orthoptera (belalang)
Tipe alat mulut ordo Orthoptera adalah menggigit-mengunyah. Akibat serangan
hama ordo ini ialah bagian organ tanaman, terutama daun, mengalami
kerusakan, bolong-bolong sehingga kemampuan fotosintesis berkurang.
D. Ordo Thysanoptera (thrips)
Tipe
alat mulut ordo Thysanoptera adalah memarut-mengisap atau
menusuk-mengisap. Serangan sering diikuti dengan masuknya udara ke dalam
sel-sel yang telah diisap cairannya, sehingga tampak berwarna putih
seperti perak.
E. Ordo Homoptera (aphid)
Tipe
alat mulut hama ordo Homoptera adalah menusuk-mengisap. Akibat serangan
hama ini tanaman mengalami kehilangan cairan sel sehingga warna daun
menguning. Pada serangan berat, tanaman tampak seperti terbakar.
F. Ordo Diptera (lalat)
Stadium hama yang banyak merugikan tanaman adalah larvanya. Larva
ordo Diptera sering disebut belatung atau tempayak. Tipe alat mulut
tempayak adalah menggigit-mengunyah. Umumnya tempayak menyerang tanaman
dengan cara menggerek dan masuk ke bagian dalam tanaman, kemudian
memakan bagian dalam tanaman tersebut. Akibat serangannya bisa menim-bulkan perubahan bentuk, pembusukan, atau pertumbuhan tanaman ter-hambat (kerdil).
G. Ordo Coleoptera (kumbang)
Tipe
alat mulut ordo Coleoptera adalah menggigit-mengunyah. Akibat serangan
hama ordo ini ialah bagian organ tanaman hilang atau mengalami
kerusakan.
Gejala serangan khas beberapa serangga hama penting, dibahas pada Sub Pokok Bahasan: Serangga Hama Penting Tanaman Pertanian.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga
Kehidupan
dan perkembangan hama tanaman dipengaruhi oleh faktor dalam (intern)
yang dimiliki jenis hama itu sendiri dan faktor luar(ekstern), yaitu
kondisi lingkungan, tempat hama melakukan aktivitasnya.
Faktor Dalam
A. Kemampuan Berkembang Biak
Kemampuan berkembang biak setiap hama berbeda-beda. Misalnya: penggerek padi putih (Tryporyza innotata) dapat bertelur rata-rata 150 butir dan maksimum 420 butir, kumbang beras (Sitophillus oryzae) bertelur maksimum 575 butir, lembing batu (Scotinophara sp.) selama hidupnya dapat menghasilkan telur 300-680 butir, Ngengat Heliothis assulta dapat bertelur 500-2.000 butir.
Tinggi
rendahnya kemampuan berkembang biak dipengaruhi oleh kecepatan
berkembang biak" dan "perbandingan kelamin" (sex ratio). Hama tersebut
semakin cepat berkembang biak, semakin tinggi kemampuan
berkembangbiaknya. Perbandingan kelamin binatang umumnya 1:1. Misalnya:
penggerek padi putih 1:2 (lebih banyak betina), kutu daun kelapa (Aspidiotus destructor), bila keadaan makanan cukup, perbandingan kelamin jantan dengan betina bisa 1:3. Namun, bila makanan kurang, bisa terjadi 90% jantan sehingga populasi berikutnya menurun.
Kecepatan
berkembang biak dipengaruhi lagi oleh "keperidian" dan "jangka waktu
perkembangan". Keperidian adalah besarnya kemampuan jenis hama untuk
melahirkan keturanan baru, sedangkan jangka waktu perkembangan adalah
waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan sejak dilahirkan atau telur
dikeluarkan sampai masak kelamin (mulai dapat berkembang biak).
Waktu perkembangan (daur hidup) serangga hama umumnya relatif pendek. Misalnya: Ulat kubis (Plutella xylostella L.) 2-3 minggu, Wereng cokelat (Nilaparvata lugens) 21-28 hari, Ulat titik tumbuh kubis (Crocidolomia binotalis) 22-32 hari, Penggerek padi putih (Tryporyza innotata) 34-40 hari, Kumbang beras (Sitophillus oryzae) 30-45 hari, Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) ± 100 hari, Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.) 42-56 hari.
B. Sifat Mempertahankan Diri
Hama tanaman mempunyai alat dan kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap gangguan organisme lain di sekitarnya. Bentuk
alat pertahanan tersebut bermacam-macam. Ada yang berupa bulu-bulu
tajam, selubung, racun, bau-bauan, atau warna yang mirip tempat
tinggalnya.
Contoh beberapa jenis hama dengan alat pertahanannya, diantaranya ulat kantong (Metisa plana
Wlk.) membuat kantong sebagai tempat tinggal. Bila diganggu, ia akan
segera menutup pintu kantong dan sembunyi di dalamnya; walang sangit (Leptocorixa acuta thumb.) mengeluarkan bau kurang sedap; belalang setan (Aularches miliaris), bila dipegang, akan mengeluarkan cairan berbau busuk; ulat perusak daun jeruk (Papilio memnon), bila diganggu, akan mengeluarkan bau yang menyengat hidung; ulat api (Darna trima mr., thosea asigna mr., dan setora nitens wlk.) memiliki bulu beracun sehingga bila terkena kulit akan terasa panas.
C. Umur Imago
Umur imago mempengaruhi peningkatan populasi hama. Semakin lama umur imago betina, semakin banyak pula kesempatan untuk bertelur. Bila keadaan (kondisi) lingkungan mendukung, imago bisa mencapai umur maksimal.
Kisaran umur imago beberapa jenis hama, antara lain sebagai berikut: Ngengat penggerek padi putih (Tryporyza innotata) 4-14 hari, Kepinding tanah (Scotinophara lurida Brum.) ± 7 bulan, Kepik Helopeltis theivora 5-10 hari.
Faktor Luar
A. Iklim
Pengaruh Suhu. Serangga adalah organisme berdarah dingin (poikilotermal),
dimana suhu tubuhnya sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Setiap
serangga memiliki kisaran suhu tertentu. Di luar kisaran suhu yang
ideal, serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Dekat titik minimum
dan maksimum, serangga masih dapat bertahan hidup, tetapi tidak aktif.
Keadaan ini dikenal dengan istilah "tidur" (diapauze). Keadaan tidak aktif karena berada dekat titik minimum disebut "tidur dingin" (hibernation), sedangkan yang terjadi dekat titik maksimum disebut "tidur panas" (aestivation). Kisaran suhu antara titik hibernasi dan titik aestivasi disebut "suhu efektif". Untuk
melakukan aktivitasnya, setiap serangga memiliki kisaran suhu
masing-masing. Suhu optimal bagi kebanyakan serangga adalah 26°C.
Situasi hibernasi umumnya dimulai pada suhu 15°C, dan aestivasi pada
suhu 38°C-45°C. Pada suhu optimum, kemampuan hama untuk melahirkan
keturunan amat besar, dan kematian (mortalitas) sedikit. Misalnya,
kumbang beras (Sitophillus oryzae) suhu efektifnya 26°C-29°C. Bila lebih dari 35°C, kumbang tersebut tidak bisa bertelur. Umur hama pun dipengaruhi suhu lingkungan. Wereng cokelat betina dewasa (Nilaparvata lugens) pada suhu 25°C dapat mencapai umur 42 hari, pada suhu 29°C mencapai 30 hari, dan pada suhu 33°C hanya mampu mencapai 9 hari.
Pengaruh Kelembapan. Kelembapan besar pengaruhnya terhadap kehidupan hama. Bila
kelembapan sesuai dengan kebutuhan hidup serangga, serangga tersebut
cenderung tahan terhadap suhu-suhu ekstrim. Pada suhu 18°C dengan
kelembapan 70%, perkembangan telur hama gudang (Sitophillus oryzae) sampai menjadi dewasa membutuhkan waktu 110 hari. Sedangkan,
pada suhu 18°C tetapi kelembapannya mencapai 89%, perkembangannya hanya
membutuhkan waktu 90 hari. Aktivitas penyerangan pun dipengaruhi
kelembapan. Hama gudang baru bisa menyerang apabila kadar air beras atau
jagung di atas 14%. Hama thrips akan berkembang biak dengan normal pada
kelembapan di atas 70%.
Pengaruh Curah Hujan.
Air merupakan kebutuhan primer bagi setiap makhluk hidup. Begitu pula
bagi hama tanaman pertanian. Bila air berlebihan, akan berakibat tidak
baik terhadap perkembangbiakan dan pertumbuhan organisme hama. Banjir
dan hujan deras bisa menimbulkan kematian kupu-kupu yang sedang
beterbangan, Derasnya aliran air dapat menghanyutkan hama tanaman.
Beberapa hama, seperti ulat daun kubis (Plutella xylostella) dan tungau, tidak tahan terhadap curah hujan yang besar sehingga pada keadaan demikian populasinya akan menurun.
Pengaruh Cahaya. Cahaya
merupakan salah satu faktor ekologi yang besar pengaruhnya terhadap
kehidupan hama tanaman. Beberapa jenis hama mempunyai reaksi positif
terhadap cahaya. Misalnya Penggerek padi putih (Tryporyza innotata), wereng cokelat (Nilaparvata lugens), anjing tanah (Gryllotalpa africana), waiang sangit (Leptocorixa acuta), kumbang katimumul hijau (Anomala viridis), dan kumbang beras (Sitophillus oryza)
tertarik cahaya lampu pada malam hari. Ada beberapa hama yang aktif
pada saat tidak ada cahaya atau malam hari (nokturnal), misalnya ulat
grayak (Spodoptera litura), tikus (Rattus-rattus sp.), ulat tanah (Agrotis ipsilon}, dan jenis kalong (Pteropus sp.). Banyak pula hama yang aktif pada siang hari (diurnal), seperti waiang sangit, wereng cokelat, dan belalang kayu (Valanga nigricornis).
Pengaruh Angin. Angin
berpengaruh terhadap perkembangan hama, terutama dalam proses
penyebaran hama tanaman. Misalnya: Kutu daun (Aphid) dapat terbang
terbawa angin sejauh 1.300 km. Kutu loncat (Heteropsylla cubana),
penyebarannya dipengaruhi oleh angin. Seperti halnya pada tahun 1986,
pernah terjadi letusan hama (outbreak atau explosive) kutu loncat
lamtoro gung pada daerah yang luas dalam waktu relatif singkat. Belalang
kayu (Valanga nigricornis zehntneri Krauss), bila ada
angin dapat terbang sejauh 3 km-4 km. Selain mendukung penyebaran hama,
angin kencang bisa menghambat bertelurnya kupu-kupu, bahkan sering
menimbulkan kematian.
B. Tanah
Struktur
dan kelembapan tanah berpengaruh besar terhadap kehidupan hama. Tanah
berstruktur gembur, dengan kandungan bahan organik tinggi, dan
kelembapan yang cukup, dapat mendukung perkembangan hama yang seluruh
atau sebagian hidupnya di dalam tanah. Belalang kayu (Valanga nigricornis zehntneri Krauss) dan bekicot (Achatina fulica) meletakkan telurnya di dalam tanah yang gembur. Ulat tanah (Agrotis ipsilon), untuk pembentukan pupa dan bersembunyi pada siang hari, membutuhkan tanah yang gembur. Ulat heliothis (Heliothis armigera), penggerek buah durian (Hypoperigea leprosticta Hps.), ulat buah mangga (Philotroctis eutraphera Meyr), ulat petal (Mussidia pectinicornella Hamps), lalat buah (Bactrocera sp.), ulat titik tumbuh kubis (Crocidolomia binotalis), dan lain-lain menghendaki tanah gembur sebagai tempat berkepompong. Kumbang badak (Oryctes rhinoceros Linnaeus), kumbang catut (Dynastes gideon), dan kumbang katimumul (Holotrichia helleri), sebagian hidupnya berada di dalam tanah yang lembap, gembur, dan banyak mengandung bahan organik.
C. Tanaman Inang
Tanaman
inang adalah tanaman yang menjadi makanan dan tempat tinggal organisme
hama. Bila tanaman yang disukai terdapat dalam jumlah banyak, populasi
hama cepat meningkat. Sebaliknya, bila makanan kurang, populasi hama
akan turun. Pada musim kemarau (ketika tanaman padi tidak ada) sampai
pengolahan tanah musim berikutnya, populasi tikus menurun dengan cepat
sampai 70%. Kutu daun kelapa (Aspidiotus destructor rigidis), pada saat
makanan kurang tersedia, akan menghasilkan keturunan hampir seluruhnya
berkelamin jantan. Kumbang tembakau (Lasioderma serricorne} yang
merupakan hama gudang, bila diberi makan bungkil kacang, hidupnya hanya
34-39 hari, sedang bila diberi daun tembakau kering, umurnya bisa
mencapai 42-63 hari. Selain
jumlah tanaman yang disukai, sifat tanaman pun mempengaruhi
perkembangan hama tanaman. Ada tanaman yang tahan terhadap gangguan hama
(resisten); ada pula tanaman yang tidak tahan (peka) terhadap hama.
Tanaman
resisten adalah tanaman yang menderita kerusakan lebih sedikit bila
dibandingkan dengan tanaman yang lain dalam keadaan tingkat populasi
hama dan keadaan lingkungan yang sama. Pada tanaman yang tahan,
kehidupan dan perkembangbiakan hama akan terhambat. Penyebab resistensi
tanaman, antara lain, adalah hal-hal berikut ini:
a. Antibiotik dalam Tubuh Tanaman
Antibiotik
adalah semua pengaruh fisiologis pada serangga hama yang sifatnya
sementara atau tetap, sebagai akibat serangga tersebut makan dan
mencerna jaringan atau cairan tanaman tertentu. Bila suatu serangga
dipindahkan dari tanaman yang tidak memiliki antibiotik ke tanaman yang
memiliki antibiotik, akan terlihat gejala penyimpangan fisiologis pada
serangga tersebut. Bentuk penyimpangan bisa berupa kematian larva,
pengurangan laju pertumbuhan, peningkatan mortalitas (kematian) pupa,
imago tidak bisa keluar dari pupa, morfologi imago tidak normal, dan
lain-lain. Keadaan ini bisa terjadi antara lain karena hal-hal berikut
ini, yaitu (1) ada metabolik toksik pada jaringan tanaman (alkaloid, glukosid, dan quinon); (2) unsur
hara utama yang dibutuhkan serangga tidak terdapat pada tanaman inang;
perbandingan unsur hara yang tersedia dalam tubuh tanaman tidak seimbang
(tidak sesuai) dengan kebutuhan serangga; (3) ada enzim-enzim yang
mampu menghalangi proses pencernaan ma-kanan dan pemanfaatan unsur hara
oleh serangga hama.
Antibiotik
yang telah dimanfaatkan untuk pengendalian hama, antara lain kandungan
gosipol pada kapas, untuk ketahanan terhadap hama Heliothis; pengurangan kadar asparagin pada varietas padi agar tahan terhadap wereng cokelat; kandungan dimboa (glucoside) pada tanaman jagung, untuk ketahanan terhadap penggerek batang Ostrinia furnacalis.
b. Nonpreference (Ketidaksukaan)
Nonpreference
ialah adanya rasa ketidaksukaan serangga hama terhadap tanaman untuk
makan, berkembang biak, dan berlindung. Kumbang mentimun (Diabrotica undecimpunctata
Howardi) lebih menyukai mentimun yang memiliki kandungan kukurbitasin
(suatu zat attraktan dan penggairah makan) tinggi dibanding dengan jenis
mentimun lain yang kandungan kukurbitasinnya sedikit. Wereng daun kapas
(Empoasca sp.) tidak menyukai tanaman kapas yang
berbulu karena bulu-bulu tersebut menghalangi alat mulutnya (rostrum)
dalam mengisap cairan tanaman. Penggerek padi kuning (Tryporyza incertulas) tidak menyukai kulit batang padi yang keras.
c. Sifat Toleran
Sifat
"toleran" dalam resistensi tanaman ialah suatu kemampuan tanaman untuk
menyembuhkan luka akibat serangan hama atau pertumbuhan tanaman yang
lebih cepat sehingga serangan hama kurang berpengaruh terhadap basil
bila dibandingkan dengan tanaman lain yang peka (rentan). Sifat
toleran menunjukkan reaksi tanggap (respons) tanaman terhadap serangan
hama. Sifat ini merupakan kebalikan dari mekanisme antibiotik
dannonpreference sehingga ada beberapa ahli yang memisahkan antara sifat
toleran dan resistensi tanaman.
D. Faktor Hayati
Prinsip
faktor hayati adalah organisme yang berada dalam lingkungan hama
tersebut. Faktor hayati dapat berupa binatang, bakteri, cendawan, dan
virus yang menghambat perkembangbiakan hama tanaman karena memakan-nya,
memparasiti, menjadi penyakit hama, atau bersaing dalam mencari makanan
dan ruang hidup.
Binatang
yang membunuh dan memakan binatang lain disebut "predator", sedangkan
binatang yang dimakannya disebut "mangsa". Ukuran predator biasanya
lebih besar daripada mangsanya. Predator hama amat banyak macamnya.
Parasit
adalah binatang atau serangga yang hidupnya tergantung dari binatang
atau serangga lain. Binatang yang digunakan sebagai tempat hidup dan
makannya, disebut "inang". Ukuran parasit umumnya lebih kecil daripada
inangnya. Bila predator memerlukan beberapa mangsa untuk melengkapi
perkembangannya, parasit hanya memerlukan seekor inang saja. Parasit
dapat menyerang telur, larva, nimfa, kepompong, dan inang dewasa.
Serangga Hama Penting pada Tanaman Pertanian
Contoh serangga hama penting tanaman pertanian dan gejala serangannya adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Contoh Serangga Hama Penting Tanaman Pertanian dan Gejala Serangannya
No
|
Ordo/Jenis hama
|
Tanaman inang
|
Gejala serangan
|
1. Ordo Lepidoptera:
|
|
a. Ulat plutella
|
- Kubis, kubis bunga, lobak, dan sawi
|
- Daun berlubang-lubang, pada serangan berat tinggal tulang daun saja.
|
b. Ulat croci
|
- Kubis
|
- Krop kubis berlubang-lubang.
|
c. Ulat tanah
|
- Kubis, bawang, seledri, melon, padi, dan lain-lain
|
- Tanaman muda terpotong, layu terkulai, dan mati.
|
d. Ulat jengkal
|
- Tembakau, kedelai, kubis, tanaman kacang2an.
|
- Daun bolong-bolong, kadang-kadang tinggal tulang daun saja.
|
|
Ordo/Jenis hama
|
Tanaman inang
|
Gejala serangan
|
|
e. Ulat grayak
|
- Bawang, cabai, kubis, kacang-kacangan, kapas, tembakau, dan lain-Iain (polifag).
|
- Bagian daun tampak putih karena tinggal lapisan epidermis saja.
- Pada serangan berat disisakan tulang daun tua saja.
|
f. Penggerek putih, kuning, bergaris, dan merah jambu
|
- Padi
|
- Daun muda menggulung, berwarna kuning kecokelatan, mudah dicabut; pangkalnya terdapat bekas gigitan ulat (sundep).
- Malai berwarna putih, berdiri tegak, hampa, mudah dicabut; pangkalnya terdapat bekas gigitan ulat (beluk).
|
g. Hama putih
|
- Padi
|
- Tampak jalur-jalur putih tembus cahaya
- karena hijau daun dimakan.
|
h. Hama putih palsu
|
- Padi
|
- Daun bagian ujung menggulung; tampak adanya jalur-jalur putih tembus
- cahaya karena hijau daun dimakan.
|
i. Heliothis
|
- Kapas, tomat, jagung, dan lain-lain (polifag)
|
- Buah muda berlubang; sebagian badan ulat sering tampak di bagian luar buah yang diserang.
|
2. Ordo Hemiptera
|
|
a. Kepik hijau
|
- Kacang-kacangan, kentang, dan lain-lain (polifag)
|
- Biji hitam, busuk, kulit biji keriput dan bercak-bercak cokelat; kadang-kadang polong kempes dan gugur. Daun bintik-bintik.
|
|
b. Kepik tanah
|
- Padi
|
- Bekas isapan berwarna cokelat. Bila serangan hebat, tanaman menjadi kering.
|
c. Walang sangit
|
- Padi, kangkung
|
- Bulir padi tampak kecokelatan, hampa.
- Bila masih berisi, kualitasnya rendah.
- Daun kangkung muda bintik-bintik hitam atau kecokelatan.
|
d. Helopeltis
|
- Teh, kakao
|
- Daun teh muda bercak-bercak cokelat kehitaman.
- Pada buah tua terdapat bercak-bercak hitam.
- Pada buah muda terdapat bercak hitam, keriput; kadang-kadang buah
- gugur.
|
3. Ordo Orthoptera
|
|
a. Belalang kayu
|
- Polifag, terutama pohon jati
|
- Daun bolong-bolong. Pada serangan berat, tinggal tulang daun saja.
|
b. Belalang bersungut pendek
|
- Padi
|
- Daun bolong-bolong besar memanjang.
|
c. Belalang sexava
|
- Polifag, terutama kelapa
|
- Daun tua rusak dimakan.
|
d. Anjing tanah
|
- Padi, kentang, tebu, dan lain-lain.
|
- Tanaman merana, layu, dan mati karena diserang akarnya.
|
4. Ordo Thysanoptera
|
|
a. Selenothrips
|
- Jambu biji, mangga, jambu monyet, salam, dan lain-lain (polifag)
|
- Terdapat putih perak pada daun, akhirnya cokelat dan mati.
|
b. Heliothrips
|
- Polifag, terutama kina
|
- Timbul warna putih perak, lalu daun gugur.
|
|
|
|
|
|
No
|
Ordo/Jenis hama
|
Tanaman inang
|
Gejala serangan
|
|
c. Drichromothrips
|
- Anggrek
|
- Timbul warna putih perak pada daun; tangkai bunga kerdil; mahkota bunga rontok.
|
d. Thrips tabaci
|
- Bawang merah, cabai bai, kentang, kacang- kacangan, tembakau, tomat, dan lain-lain
|
- Timbul warna putih perak, kadang-kadang mengeriting ke atas.
- Buah berubah bentuk; terdapat goresan cokelat muda pada kulit buah.
|
5. Ordo Homoptera
|
|
a. Wereng batang
|
- Padi
|
- Tanaman tampak seperti terbakar karena cairan tanaman diisap pada bagian pangkal batang.
|
|
b. Wereng daun
|
- Padi
|
- Daun tampak bercak-bercak cokelat. Serangan berat pada tanaman muda menyebabkan daun kering dan akhirnya mati.
|
c. Empoasca sp.
|
- Keluarga Malvaceae, Solanaceae, dan Leguminoseae
|
- Daun keriting; warna lebih tua, kadang-kadang kemerahan dan rontok.
|
d. Kutu daun
|
- Kapas, kentang, cabai, apel, bawang merah, jeruk, tomat, dan lain-lain
|
- Daun salah bentuk menjadi keriting atau
- keriput; warna pucat; kadang-kadang bunga dan buah gugur.
|
e. Kutu kebul
|
- Tanaman kacang-kacangan, kapas, tembakau, dan lain-lain
|
- Daun menguning, kemudian cokelat, akhirnya mengering dan mati.
|
6. Ordo Diptera
|
|
a. Ganjur
|
- Padi
|
- Daun muda berubah bentuk seperti tabung mirip daun bawang merah dengan warna putih ungu.
|
b. Lalat bisul
|
- Mangga
|
- Jaringan
daun membesar, timbul bisulbisul bulat berwarna hijau, hijau
kecokelatan atau keunguan. Di dalamnya sering terdapat tempayak
|
c. Lalat kacang
|
- Tanaman kacang-kacangan, jagung, dan padi
|
- Terdapat bintik-bintik putih dan alur lengkung pada kotiledon, daun pertama atau daun kedua. Akhirnya, tanaman
- layu dan mati.
|
d. Lalat penggerek batang
|
- Kedelai
|
- Terdapat bintik-bintik putih dan alur lengkung pada daun muda. Bila batang dibelah terdapat bekas gerekan hama berwarna cokelat, tanaman kerdil.
|
e. Lalat penggerek pucuk
|
- Kedelai
|
- Pucuk tampak layu kemudian mati (2-3 ruas). Bila bagian pucuk dibelah, terdapat bekas gerekan hama berwarna cokelat.
|
f. Lalat buah asia
|
- Mangga, pisang, pepaya, jambu biji, jeruk, dan lain-lain
|
- Bentuk buah kurang baik, benjol-benjol, busuk dan mudah rontok; di dalamnya terdapat tempayak.
|
7. Ordo Coleoptera
|
|
a. Kumbang catut dan kumbang badak
|
- Kelapa
|
- Daun muda seperti digunting berbentuk segi tiga atau huruf V Pelepah daun kadang kadang dimakan sehingga patah. Bila menyerang titik
- tumbuh, tanaman kelapa akan mati.
|
|
|
|
|
|
No
|
Ordo/Jenis hama
|
Tanaman inang
|
Gejala serangan
|
|
b. Kumbang katimumul
|
- Padi, jagung, tebu, pisang, kacang-kacangan, jeruk, dan lain-lain (polifag)
|
- Bila uret menyerang akar, tanaman merana Serangan uret pada kulit batang, menyebabkan tanaman mati
|
c. Epilachna
|
- Kentang, kedelai, tembakau, dan kangkung.
|
- Terdapat bercak ternbus cahaya pada daun Pada serangan berat tinggal tulang daun saja.
|
d. Hama boleng
|
- Ubi jalar
|
- Permukaan
ubi bercak-bercak cokelat kehitaman. Bila ubi dibelah, terdapat
terowongan-terowongan berwarna cokelat kehitaman dan mengeluarkan bau
yang khas.
|
e. Kumbang bubuk beras
|
- Beras, jagung
|
- Beras atau biji jagung bolong-bolong. Pada serangan berat biji-bijian hancur atau
- bubuk.
|
sumber: http://aranthasclubhomevision.blogspot.com/2010/02/serangga-hama-tanaman.html [23/01/14]